Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

OLEH

YUNITA R.I. SETTE

171111084

PROGRAM STUDI NURSE

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2012).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka
diabetes militus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerotik dan penyakit vascular mikroangiopati dan neuropati.
Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun
mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien
dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan
gangguan toleransi glukosa) dapat tetap beresiko mengalami komplikasi
metabolic diabetes).
Diabetes militus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
2. KLASIFIKASI DIABETES MILITUS
Klasifikasi Diabetes Militus dan penggolongan intoleransi glukosa yang
lain:
a. Insulin Dependent Diabetes Militus (IDDM)
Adalah defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang
berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik,
predisposisi pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosisi dan
terjadi pada semua usia muda). Kelainan Ini terjadi karena kerusakan
system imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel
pulau langerhans di pancreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan
produksi insulin.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
Yaitu diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tetapi dapat terjadi
pada semua umur. Kebanyak penderita kelebihan berat badan, ada
kecendrungan familiar, mungkin perlu insulin saaat hiperglikemik
selama stress.
c. Diabetes mellitus tipe yang lain
Adalah DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
hiperglikemik terjadi karena penyakit lain, penyakit pancreas,
hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor
insulin, sindroma genetik tertentu.
d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa anatara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes
atau menjadi normal atau tetap tidak berubah.
e. Gastrointestinal Diabetes Militus (GDM)
Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan
terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui .
Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3
kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin sehiungga relative hipoinsulin maka
mengakibatkan hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh
adanya hormone estrogen, progesterone, prolaktin dan placenta
laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel
sehingga mengurangi aktivitas insulin (Aknani. 2012)

3. ETIOLOGI
Diabetes militus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh
sel-sel beta pulau langerhans. Jenis Juvenilis (usia muda disebabkan) oleh
predisposisi herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel-
sel beta atau degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas
disebabkan oleh degenarsi ssel-sel beta akibat penuaan dan akibat
kegemukan / obesitas . Tipe ini jelas disebabkan oleh degenarasi sel-sel
beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang rentan dan obesitas
mempredidposisi terhadap jenis obesitas karena diperlukan insulin dalam
jumlah yan besar untuk pengelolaan metabolisme pada orang kegemukan
dibandingkan orang norma
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu
jelas, tetapi factor resiko yang banyak berperan antara lain:
a. Kelainan genetik, diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga
yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes
mellitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan
penurunan produksi insulin.
b. Usia, umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan capat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini yang akan beresiko pada penurunan fungsiu endokrin pancreas
untuk memproduksi insuli.
c. Gaya hidup stress, strees kronik cenderung membuat seseorang
mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawat, lemak dan gula.
Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pancreas. Stres juga
akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan
akan sumber energy yang berakibat pada kenaikan kerja pancreas.
Beban yyang tinggi membuat pancreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah, kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-
sama meningkatkan risiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak
pancreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau
resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung
terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pancreas.
e. Obesitas, mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban
metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energy
sel yang terlalu banyak.
f. Infeksi, masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penuruynan
fungsi pancreas (Aknani. (2012).

4. PATOFIOLOGIS
Kerusakan pancreas menyebabkan defesiensi insulin sehingga
glukosa tidak dapat menerobos masuk kedalam sel mengakibatkan
peningkatan glukosa diluar sel dan menyebabkan “hiperglikemia”.dalam
sel. Hiperglikemia ini menyebabkan kelaparan, sehingga penderita banyak
makan. Salah satu efek yaitu hiperosmolaritas cairan (kelebihan tekanan
osmotic pada plasma sel karena adanya peningkatan konsentrasi zat
(Aknani. (2012))sehingga menarik cairan intraseluler mengalami dehidrasi
akan menyebabkan haus yang berlebihan sehingga memaksa orang untuk
banyak minum, akibat dari banyak minum maka akan banyak kencing.
Fungsi dari ginjal yaitu filtrasi, reabsorsi dan sekresi. Berhubungan dengan
hiperglikemia menyebabkan gangguan faal ginjal sebagai filtrasi sehingga
molekul-molekul dalam darah tidak dapat disaring ( protein, glukosa ) dan
dikeluarkan bersama urine yang dinamakan :” glukosuria”. Kompensasi
tubuh atas ketidakmampuan tubuh mengubah karbohidrat menjadi energy
adalah dengan cara membakar lemak dan protein sehingga penurunan BB.
Hasil akhir dari metabolisme adalah dalam benda-benda keton dan asam
lemak, jika dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan ketoasidosis
dan aseton uria. Zat keton ini meracuni tubuh dan dapat menyebabkan
muntah, pusing, bingung dan akhirnya jatuh dalam koma.
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat menghubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
 Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa setinggi 300-1200 mg/dl.
 Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
 Berkurangnya protein dalam jaringan darah..
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang
ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml),
akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
dieresis osmotic yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium,
klorida, potasium dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urin maka pasien
akan mengalami keseimbangan protein negative dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polofagi. Akibat yang lain adalag asthenia atau
kekurangan energy sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurannya penggunaan karbohidrat untuk energy hiperglikemia yang
lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membrane basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Trias gejala dari diabetes mellitus adalah :polidipsi, polyuri, poliphagia.
Saat ini gejala diabetes mellitus ditambah satu lagi yai adanya penurunan
berat badan
5. KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi 2 kategori mayor yaitu:
a. Komplikasi metabolik akut
 Koma hipoglikemia, terjadi karena pemakaina obat-obat diabetic
yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan
glukosa dalam darah, Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi
untuk masuk ke dalam sel.
 Ketoasidosis, minimnya glukosa di dalam sel akan
mengakibatkan sel mencari sumber alternative untuk dapat
memperoleh energy sel. Kalau tidak ada glukosa maka benda-
benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan memgakibatkan
penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang
berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis.
 Koma hiperosmolar nonketotik, koma ini terjadi karena penurunan
komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena banyak diekskresi
lewat urin.
b. Komplikasi kronik jangka panjang
 Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh drah otak.
Perubahan pada pembuluh darah besar dpat mengalami
aterosklerosis sering terjadi pada DMTT1/NIDDM. Komplikasi
makroangipati adalah penyakit vascular otak, penyakit arteri
koronaria dan penyakit vaskuler perifer.
 Mikroangipati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetic. Perubahan-perubahan mikrovaskuler
yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan yang ditandai
dengan penebalan dan kerusakan membrane diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTI/IDDM yang
terjadi neuropati, nefropati dan retinopati.
 Neuropati diabetika adalah akumulasi orbital didalam jaringan dan
perubahan metabolic mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik
saraf menurun, kehilangan sensori mengakibatkan penurunan
persepsi nyeri.
 Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivintis dan ISK
Kaki diabetic, perubahan mikroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komlikasinya
dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangrene, penurunan
sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjangterjadi
trauma atau tidak terkontolnya infeksi yang mangakibatkan gangrene
(Curry, 2012).
6. MANIFESTAS KLINIK DAN KOMPLIKSI DIABETES MILITUS
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes mellitus
yaitu:
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang
pengeluaran ADH (antideuretic hormone) dan menimbulkan rasa
haus.
c. Palifagi (peningkatan rasa lapar)
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukan berat badan yang terus
naik, bertambah gemuk karena pada sat itu jumlah insulin masih
mencukupi/ ini merupakan permulaan gejala yang dapat menunjukan
bila seorang mengidap penyakit diabetes militus.Bila keadaan tersebut
tidak diobati lama kelamaan mulai timbul gajala yang disebabkan oleh
kurangnya insulin. Nafsu makan mulai berkurang, bahkan kadang
mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/detik.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagi energy.
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
f. Kelainan kulit: kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi
didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti diketiak dan di bawah payudara.
Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
g. Kelainan genekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama candida.
h. Kesemutan rasa akibat terjadinya neuropati, pada penderita diabetes
mellitus regenarasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer mengalami
kerusakan.
i. Kelemahan tubuh, terjadi akibat penurunan produksi energy metabolik
yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat
berlangsung secara optimal.
j. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utam dari protein dan unsure makanan
yang lain. Pada penderita diabetes militus bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami
gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.
k. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi, Ejakulasi dan dorongan
seksualitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormone
testoteron. Pada kondisi optimal (periodic hari ke 3) maka secara
otomatis akan meningkatkan dorongan seksual. Penderita diabetes
militus mengalami penurunan produksi hormone seksual akibat
kerusakan testoteron dan system yang berperanan.
l. Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.mungkin juga disebabkan
oleh kelainan pada corpus vitreum.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan gula darah pada penderita diabetes militus adalah:
a. Gula darah puasa (GDO) 70- 110 mg/dl. Kriteria diagnostic untuk DM>
140 mg/dl paling sedikit dalam dua kali pemeriksaan atau > 140 mg/dl
disertai gejal klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg.dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial< 140 mg/dl digunakan untuk skrining atau
evaluasi pengobatan bukan didiagnostik
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
didiagnostik.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO), GD < 115mg/dl ½ jam, 1 jam , 1 ½
jam < 200mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl. TTGOhanya dilakukan pada pasien
yang telah bebas dan diet dan beraktifitas fisik 3 hari sebelum tes tidak
dianjurkan pada hiperglikemi yang sedang puasa, orang yang mendapat
thiazide, dilantin, propanolol, lasik, thyroid, estrogen, pil KB, steroid,
pasien yang dirawat atau sakit akut atau pasien inaktif.
e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI), dilakukan jika TTGO merupakan
kontra indikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi
absorbsi glukosa.
f. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna,
kortison menyebabkan peningkatan kadar gula arah abnormal dan
menurunan penggunaan gula darah perifer pada orang yang
berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/ dl pada akhir 2
jam dianggap sebagai hasil positif.
g. Glycosatet Hemoglobin, berguna dalam memantau kadar glukosa darah
rata-rata selama lebih dari 3 bulan.
h. C-Peptida 1-2 mg/dl (puasa )5-6 kali menigkat setelah pemberian glukosa.
Untuk mengukur proinsulin dari pembentukan insulin dapat mengetahui
sekresi insulin
i. Insuliin serum puasa: 2-20 mu/ml glukosa sampai 120 mu/ml, tidak dapat
digunakan dalam diagnose banding hipoglikemia atau dalam penelitian
diabetes Fatimah, (2015).
8. PENATALAKSAAN DIABETES MILITUS
 Penatalaksaan umum:
Perancanaan makan/diet Misalnya :
- Kurangi makan yang ,mengandung glukosa jeroan, santan dan
makan ringan yang banyak mengandung glukosa
- Sering mengkonsumsi yang kurang manis, misalnya papaya,
kedondong, pisang, apel, tomat,semangka
- Sayur-sayuran dan buahan yang berserat
 Latihan jasmani/latihan fisik
Dapat memperbaiki metabolisme glukosa asam lemak dan
meranggsang sintesis glikogen. Latihan juga meningkatkan kepekaan
insulin pada jaringan oerifer, sehingga dosis insulin dapat menurunkan
waktu latihan.
 Pemberian obat hipoglikemi
Obat OAD : oral anti diabetes dan insulin
 Pengobatan dan perawatan
Dasar-dasar pengobatan dan perawatan diabetes militus yang dinamakan
pentalogi terapi diabetes militus
 Terapi primer, meliputi :
 Diet : dalam pelaksanaan diet diabetes militus sehari-hari,
hendaklah di ikuti pedoman 3 J (jumlah, jadwal,jenis)
 Latihan fisik atau olahraga : macam dan intensitas latihan olahraga
pada penderita diabetes mellitus tergantung pada usia dan
komplikasi yang ada pada penderita

 Terapi sekunder, meliputi :


 Obat hipoglikemi
 Cangkok pangkreas

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1. Nama : -
2. Umur : Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis
secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes
sering muncul setelah memasuki usia tersebut terutama setelah
seseorang memasuki 45 tahun terlebih orang dengan overweight.
3. No RM : -
4. jenis kelamin : Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung
untuk mempunyai pola hidup dan poia makan yang salah. Cenderung
untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan
lemakyang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan yang berat
serta aktivitas fisik yang sedikit oleh karena itu penyakit ini biasanya
banyak dialami pegawai perkantoran, bos perusahaan dan pejabat
pemerintahan.
5. status :-
6. agama : pada semua agama
7. alamat :-
8. suku bangsa : pada semua suku bangsa
9. pekerjaan : pada orang dengan pendapatan tinggi cendrung
untuk mempunyai pola hidup dan pola makan yang sama
10. pendidikan : pada semua jenjang pendidikan
11. Alasan MRS :-
12. Tanggal MRS : -
13. Diagnosa medis :-
b. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka, Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol
badan teras sangat lemas sekali disertai penglihatan yang kabur.
c. Riwayat penyakit sekarang
Apakah ada rasa haus yang berlebihan? , Apakah ada nafsu makan
berlebihan?, Apakah sering buang air kecil ?
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan
dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya.
demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai
penyakit menular, biasanya klien pernah terjadi kecelakaan, cedera akibat
kekerasan dan trauma persalinan. Diabetes dapat terjadi saat kehamilan,
yang terjadi nahnya saat hamil saja dan biasanya tidak dialami setelah
melahirkan namun perlu diwaspadai akan kemungkinan mengalami
diabetes yang sesungguhnya dikemudian hari. Diabetes sekunder
umumnya digambarkan sebagai kondisi penderita yang pernah mengalami
suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia tertentu.
Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya diabetes mellitus dan
perlu dilkukan pengkajian diantaranya: Penyakit pancreas, Gangguan
peneriamaan insulin, Pemberian obat-obatan seperti: (Glukokortikoid
(sebagai obat radang), Furosemid (sebagai diuretik), Thiazid (sebagai
diuretik), Beta bloker (urnrtuk mengobati gangguan jantung), Produk yang
mengandung estrogen (kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon).
e. Riwayat penyakit keluarga
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan insulin dengan baik
akan di sampaikan informasinya pada keturunan karena diabetes militus
merupakan penyakit keturunan sehingga perlu ditanyakan apakah ada
anggota keluarga yang pernah menderita diabetes militus
f. Riwayat alergi
Apakah ada riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan dll Data-data ini
sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien
g. Riwayat pengobatan
Pengobatan terdahulu yang dilakukan.
h. Pemeriksaan fisik
 Head to toe
1) B 1
Sesak napas,batuk dengan/tanpa sputum purulen,
perubahan frekuesi pernapasan, lapar udara, Terjadi perubahan
pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi yaitu
cepat dan dangkal, irama tidak teratur (chyne stokes, ataxia
brething), bunyi napas ronchi, wheezing atau stridor. Adanya
sekret pada tracheo brokhiolus. Peningkatan suhu tubuh dapat
terjadi karena adanya infeksi atau rangsangan terhadap
hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh.

2) B 2
Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, takikardi,
tekanan darah yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang
menurun, rasa kesemutan dan bebas pada ekstermita
merupakan tanda gejala dari penderita diabetes mellitus.
3) B 3
Pusing/pening, kesemutan,kram, gangguan penglihtan, sakit
kepla, kelemahan pada otot, disorientasi, mengantuk, letargi,
stupor, abdomen yang tegang/nyeri, wajah meringis dengan
palpitasi: tampak sangat berhati-hati Iritabilitas
4) B 4
perubahan pola perkemihan, nokturia, adanya rasa
nyeri/terbakar, ISK baru/ berulang, nyeri tekan abdomen, urine
encer, pucat, kuning, poliuria, abdomen keras dan asites
5) B 5
Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti
diet, peningkatan pemasukan glukosa/karbohidrat, penurunan
berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, harus
meningkat, penggunaan diuretic
penurunan BB, turgor jelek, kekakuan, kulit kering bersisik,
banyak minum, muntah, pembesaran tiroid, bau hilotosis/
manis, bau buah, pada kulit apakah ada strie dan simetris
adanya pembesaran organ (pada penderita dengan penyerta
penyakit sirosis hepatic atau hepatomegali dan splenomegali)
6) B 6
Lemah, letih dan sulit bergerak atau berjalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan tidur atau istirahat, takikardia
dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
penurunan kekuatan otot,kelelahan, kulit gatal – gatal, kulit
kering, ulkus kulit, parastesia/ paralisis, penurunan kekuatan
otot, penurunan kemampuan dalam beraktivitas
 Tanda- tanda vital
tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi, RR
bervariasi dan Suhu bervariasi.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan b.d dieresis osmotic.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d disfungsi
insulin, penurunan masukan oral
3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan kimia;
ketidakseimbangan glukosa /insulin dean elektrolit
4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit kebutuhan pengobatan b.d
kurang informasi.
5. Risiko cidera b.d kurang kesedaran terhadap lingkungan.
6. Gangguan eliminasi urin b.d gangguan sensori atau neuromuskular.
7. Pola napas tidak efektif b.d sesak napas.
8. Kecemasan b.d perubahan status peran, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,status ekonomi.
9. Resiko tinggi infeksi b.d faktor lingkungan
10. Kerusakan integritas kulit b.d faktor internal
3. Perencanaan Keperawatan
1. Defisit volume cairan b.d diuresis osmotik
Goal : klien akan mempertahankan volume cairan yang adekuat selama
dalam perawatan
Objectif : klien tidak akan mengalami diuresis osmotik selama dalam
perawatan
Outcomes : dalam waktu 3x24 jam perawatan klien akan
 Tanda - tanda vital tetap stabil
 Warna kulit dan suhu normal
 Nadi perifer dapat teraba
 Kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji riwayat pasien berhubungan Membantu memperkirakan
dengan lamanya/intensitas dari gejala kekurangan volume cairan tubuh
seperti muntah, pengeluaran urin total
yang berlebihan
Pantau tanda-tanda vital Hipofolomik dan dimanivestasikan
oleh hipotensi dan takikardi
Kaji pola napas, adanya pernapasan Paru-paru mengeluarkan asam
kusmaul/napas bau keton. karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi
alkalosis respiratori terhadap
keadaan ketoasidosis.
Kaji nadi perifer, pengisian perifer, Sebagai indicator dari dehidrasi
turgor kulit dan membrane mukosa. atau volume sirkulasi yang adekuat
Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian
terbaik dari suatu status cairan
yang sedang berlangsng

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d disfungsi insulin,


penurunan masukan oral
Goal : klien akan meningkatkan kebutuhan nutrisi yang adekuat selama
dalam perawatan
Objectif : klien tidak akan mengalami disfungsi insulin, penurunan
masukan oral
Outcomes : dalam waktu 3x 24 jam perawatan klien akan
 berat badan normal
 menghabiskan porsi makan sesuai diet
 keluhan mual muntah berkurang atau tidak ada
Intervensi Rasional
Timbang berat badan setiap hari dan Mengkaji pemasukan makanan
sesuai indikasi yang adekuat
Tentukan pola makan dan pola diet Mengidentifikasi kekurangan dan
pasien dan bandingkan dengan penyimpangan dari kebutuhan
makan yang dapat dihabiskan pasien terapeutik
Berikan makanan cair yang Pemberian makanan melalui oral
mengandung zat makanan dan lebih baik apabila pasien sadar dan
elektrolit segera jika pasien tidaka fungsi gastrointestinal baik
toleransi terhadap pemberian cairan
peroral.
Identifikasi makanan yang disukai Jika makanan yang disukai pasien
atau yang dikehendaki termasuk dapat dimasukkan dalam
kebutuhan etnik/cultural pencernaan makan kerja sama ini
dapat diupayakan setelah pulang
Libatkan keluarga dalam Meningkatan rasa keterlibatan,
perencanaan makan ini sesuai memberikan informasi kepada
dengan indikasi keluarga untuk memahami
kebutuahan nutrisi klien

3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan kimia, ketidakseimbangan


glukosa/insulin dan elektrolit
Goal : klien akan meningkatkan persepsi sensori selama dalam perawatan
Objectif : klien akan menurunkan perubahan kimia ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan elektrolit
selama dalam perawatan
Outcomes : dalam waktu 3x24 jam perawatan klien
 keadaan mental normal
 mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital Scederaebagai dasar untuk
membandingkan temuan abnormal,
seperti suhu yang dapat
mempengaruhi fungsi mental
Jadwalkan intervensi agar tidak Meningkatkan tidur dan
menggangu pasien mengurangi rasa letih dan
memperbaiki daya piker
Lindungi pasien dari cedera pada saat Pasien mengalami disorientasi
tingkat kesadarannya terganggu merupakan awal kemungkinan
timbulnya
Berikan tempat tidur yang lembut dan Meningkatkan kenyamanan dan
pelihara kehangatan kaki, tangan dan menurunkan kemungkinan
hindari suhu panas atau dingin yang kerusakan integritas kulit.
tiba-tiba

4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit kebutuhan pengobatan b.d kurang


informasi
Goal : klien akan meningkatkan pengetahuan selama dalam perawatan
Objectif :klien akan mendapatkan informasi selama dalam perawatan
Outcomes : dalam waktu 1x24 jam perawatan klien
 pasien dapat mengungkapkan masalah
 meminta informasi dan selalu bertanya
 mengungkapkan pemahaman terhadap penyakit.
Intervensi Rasional
Ciptakan suasan saling percaya Menggapi perlu diciptakan
dengan mendengarkan penuh sebelum pasien bersedia
pehatian dan selalu ada untuk pasien mengambil bagian dalam proses
belajar
Bekerja sama dengan pasien dalam Partisipati dalam perencanaan
menata tujuan belajar yang meningkatkan antusias dan kerja
diharapkan sama pasien
Demonstrasikan cara pemeriksaan Melakukan tes gula darah sendiri,
gula darah dengan menggunakan meningkatkan kontrol kadar gula
finger stik dan biarkan ia ulangi darah yang secara ketat
Diskusikan tentang rencna diet Kesadaran pentingnya control diet
penggunaan makanan tinggi berserat akan membantu pasien dalam
merencanakan makanan dan
mentaati program diet
Buat jadwal latihan/aktivitas yang Waktu latihan tidak boleh
teratur dan identivikasi hubungan bersamaan dengan waktu kerja
dengan penggunaan insulin. puncak insulin
Instruksikan pemeriksaan secara Mencegah atau mengurangi
rutin komplikasi

5. Risiko cidera b.d kurang kesedaran terhadap lingkungan.


Goal : klien tidak akan mengalami cedera selama dalam perawatan.
Objectif : klien akan meningkatkan kesadaran selama dalam perawatan.
Outcomes : dalam waktu 3x24 jam perawatan klien
 Tidak terjadi tanda-tanda cedera
Intervensi Rasional
Bantu pasien mengidentifikasi situasi Untuk meningkatkan kesadaran
dan bahaya yang dapat pasien tentang kemungkinan
mengakibatkan kecelakaan. bahaya
Anjurkan pasien untuk mengadakan Untuk mengurangi kemungkinan
perbaikan kesadaran pasien tentang cidera
kemungkinan bahaya
Rujuk pasien ke sumber-sumber Dengan tindakan ini paisen dan
komunitas yang tepat untuk anggota keluarga dapat mengubah
mendapatkan informasi lebih lanjut lingkungan dalam mencapai
tentang usaha mengidentifikasi dan tingkat keamanan yang optimal.
menyingkirkan bahaya.

6. Gangguan eliminasi urin b.d gangguan sensori atau neuromuskular


Goal : klien tidak akan meningkatkan eliminasi urin yang adekuat selama
dalam perawatan
Objectif : kilen tidak akan mengalami ganguan sensori selama dalam
perawatan
Outcomes : dalam waktu 3x24 jam perawatan klien
 Dapat Bak dengan normal
Intervensi Rasional
Pantau status neuromuscular dan pola Pengukuran asupan dan haluaran
berkemih pasien : dokumentasikan yang akurat sangat angat penting
dan laporkan asupan dan haluaran. untuk pemberian terapi
penggantian cairan yang benar.
Format data evaluasi yang lengkap
bermanfaat untuk mendiagnosis
faktor kausatif.
Berikan perawatan untuk kondisi
perkemihan pasien dengan tepat dan
sesuai program; pantau kemajuanya.
Laporkan respons terhadat
penanganan. Bantu pasien dan juga
penanganan untuk memangfaatkan
semua tindakan yang mendukung
pemulihan.

7. Pola napas tidak efektif b.d sesak napas


Goal : klien tidak akan meningkatkan pola napas yang efektif efektif
selama dalam perawatan
Objectif : klien tidak akan sesak napas selama dalam perawatan
Outcomes : dalam waktu 5 menit perawatan klien
 Tidak sesak napas
 Suara napas vesikuler
 RR dalam batas normal
Intervensi Rasional
Sediakan waktu khusus untuk Untuk menujukan kenyamanan
berbicara dengan pasien tanpa terhadap isu-isu seksual dan
terganggu meyakinkan pasien bahwa
keluhannya dapat diterima untuk
didiskusikan
Lakukan pendekatan kepada pasien Untuk mendorong pasien
dengan cara menerima pasien tanpa mendiskusikan perasaan tentang
menghakimi perubahan identitas dan perilaku
seksual yang dirasakan. Tindakan
ini menunjukan tanggapan positif
yang tulus terhadap pasien dan
keluhannya tentang pola seksual.
Berikan waktu kepada istri dan Tindakan ini membantu mereka
suami/ istri dan pasangan tentang berfokus pada keluhan khusus,
penyakit yang diderita pasien dan mendorong pertanyaan , dan
penanganannya. Jawab pertanyaan menghindari kesalah pahaman
mereka dan klarifikasi kesalahan
persepsi yanga ada pada mereka.
Berikan waktu untuk privasi Untuk menunjukkan respek pada
pasien, memberikan waktu untuk
introspeksi, dan memberi
kesempatan pasien utuk
mengontrol waktu berinteraksi
dengan orang lain.
Tawarkan rujukan ke konselor, atau Untuk memberikan sumber-
indifidu pendukung, seperti tenga sumber lanjutan terapi kepada
kesehatan jiwa dan konselor seksual, pasien.
atau kelompok pendukung penyakit
yang berkaitan

8. Kecemasan b.d perubahan status peran, lingkungan, status kesehatan, pola


interaksi, fungsi peran,status ekonomi.
Goal : klien tidak akan merasa cemas selama dalam perawatan
Objectif : klien tidak akan mengalami perubahan status peran, lingkungan,
status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,status ekonomi selama dalam
perawatan
Outcomes : dalam waktu 3x 24 jam perawan klien
 Tidak berkeringat
 Wajah tampak segar
Intervensi Rasional
Kurangi reseptor (termasuk Seminimal mungkin jika
membatasi akses individu pada pada memungkinkan untuk menciptakan
pasien jika sesuai) iklim yang tenang dan terapiotik
Secara seksama, perhatikan Untuk menciptakan kesejahteraan
kebutuhan fisik pasien. Berikan dan meyakinkan pasien bahwa
makanan bergizi dan tingkatkan kebutuhannya akan terpenuhi
kualitas tidur disertai dengan
langkah – langkah yang memberikan
rasa nyaman
Berikan obat sesuai yang diresepkan untuk membantu pasien rileks
selama peiode ansietas
Dengarkan dengan penuh perhatian. Untuk mendiskusikan alasan –
Kaji pengetahuan pasien mengenai alasan munjulnya ansietas,
situasi yang dialaminya dan beri sehingga dapat membantu pasien
motifasi kepada pasien mengidentifikasi perilaku
kecemasan dan menyadarkan
penyebabnya.
Berikan penjelasan yang benar Untuk menghindari terlalu
kepada pasien tentang semua banyaknya informasi
tindakan
Motifasi pasien untuk Untuk membangun rasa kontrol
mengidentifikasi dan berpartisipasi
dalam aktivitas yang ia rasa
menyenagkan
Bila memungkinkan, libatkan pasien Untuk membangun keperccayaan
dan anggota keluarga dalam diri pasien dan menumbuhkan rasa
mengambil keputusan tentang percaya
pearawatan
Dukung upaya anggota keluarga Untuk menurunkan ansietas
untuk mengatasi perilaku kecemasan keluarga dan pasien
pasien. Berikan kesempatan keluarga
untuk melakukan kunjungan ekstra,
bila bermanfaat,
Ajarkan kepada pasien teknik Untuk memperbaiki keseimbangan
relaksasi untuk dilakukan sekurang- fisik dan psikologis
kurangnya setiap 4 jam ketika
terjaga,
Berikan kesempatan pada pasien Untuk menghilangkan keraguan
untuk mendiskusikan perasaannya dan meningkatkan dukungan.
dengan orang lain yang memiliki
masalah kesehatan yang sama
Rujuk pasien ke sumber-sumber Untuk memberikan pelayanan
komunitas atau profesi kesehatan kesehatan mental secara
mental kelanjutan.

9. Kerusakan integritas kulit b.d faktor internal


Gaol : klien akan meningkatkan integritas kulit yang adekuat selama
dalam perawatan
Objectif : klien tidak mengalami faktor internal selama dalam perawatan
Oucomes : dalam waktu 3x24 jam perawatan klien
 Kulit utuh
 Tidak ada edema
 Tidak ada lesi, kemerahan

Intervensi Rasional
Inspeksi kulit pasien setiap Untuk mencegah atau
pergantian tugas jaga, meminimalkan kerusakan kulit
Ubah posisi pasien minimal 2 jam Untuk dapat mengurangi tekanan
dan di Ikuti jadwal penggunaan pada jaringan, meningkatkan
posisi sirkulasi, dan mencegah sirkulasi
kulit.
Pertahankan kulit pasien tetap bersih Untuk menjaga kulit kering,
dan kering, hindari penggunaan meningkatkan kenyamanan, dan
sabun yang menimbulkan iritasi mengurangi resiko iritasi dan
kerusakan kulit.
Pantau asupan nutrisi pasien dan Hidrasi membantu
pertahankan hidrasi yang adekuat. mempertahankan inegritas kulit
Anemia (HB 10 mg) dan kadar
albumin serum yang rendah (2
mg)berkaitan dengan terjadinya
ulkus deku bitus
Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk mendorong kepatuhan
atau pasangan tetang perlunya terhadap program perawatan kulit
tindakan perawatan kulit preventif

10. Resiko tinggi infeksi b.d faktor lingkungan


Goal : klien akan bebas dari infeksi selama dalam perawatan
Objectif :klien tidak akan mengalami faktor lingkungan selama dalam
perawatan
Outcomes :dalam waktu 3x24 jam perawatan klien
 Tidak ada tanda- tanda infeksi
Intervensi Rasional
Minimalkan resiko infeksi pasien dengan : Sarung tangan dapat melindungi tangan
a. Mencuci tangan sebelum dan pada saat memegang luka yang balut
setelah memberikan perawatan. atau melalukan berbagai tindakan
Mencuci tangan adalah satu –
satunya adalah cara terbaik untuk
mencegah patogen
b. Mengunakan sarung tangan untuk
mempertahankan asepsis pada saat
memberikan perawatan langsung
Pantau suhu minimal setiap 4 jam dan catat Suhu yang terus meningkat setelah
pada kertas grafit. pembedahan dapat merupakan tanda
awitan, komplikasi pulmonal infeksi luka
atau dehisens, infeksi saluran kemih,
atau tromboflebitis
Anjurkan asupan cairan 3 sampai 4 liter Untuk membantu menipiskan sekresi
setiap hari, bila tidak di kontra indikasikan, mukosa
Yakinkan asupan nutrisi yang adekuat. Tindakan ini membantu menstabilkan
Tawarkan suplemen tinggi protein bila berat badan, meningkatkan tonus dan
tidak dikontraindikasikan masa otot, dan membantu penyembuhan
luka
4. Implementasi
Implementasi dibuat berdasarkan intervensi yang dibuat

5. Evaluasi
Evaluasi dibuat untuk mengetahui apakah kriteria evaluasi tercapai
sebagian, seluruh atau tidak tercapai

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC,.

Nanda Internasional.2013. Diagnosa keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014, EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC,.
Fatimah, Restyana N. (2015). Diabete Melitus Tipe 2. Jurnal Majority, 4 (5): 93-
101.
Aknani. (2012). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam.

Anda mungkin juga menyukai