Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Kelompok Kerja Guru (KKG)


Pengembangan Model-model Pembelajaran
dan Jurnal Belajar

KELOMPOK KERJA GURU MIN KENDAL


TAHUN 2018
MODEL PEMBELAJARAN PENYINGKAPAN
(DISCOVERY LEARNING)

A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning


1. Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning) adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan .
2. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip..
3. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan
dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive processsedangkan discovery itu sendiri
adalah the mental process of assimilatingconcepts and principles in the mind.
B. Sintak atau Tahapan Model Pembelajaran Discovery Learning
1. Pemberian rangsangan (Stimulation);
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa untuk melakukan eksplorasi. Dalam hal
memberikan stimulasi dapatmenggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang guru harus menguasai teknik-teknik
dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk
mengeksplorasi dapat tercapai.
2. Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
Setelah melakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan  yang mereka
hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar
terbiasa untuk menemukan masalah
3. Pengumpulan data (Data Collection);
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa
belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan
yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Pengolahan Data (Data Processing);
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh
para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan
pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Dari generalisasi  tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru
tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5. Pembuktian (Verification), dan
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data yang
telah diolah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi.
MODEL PEMBELAJARAN 
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


1. Suyatno (2009 : 58) bahwa: ”Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses
pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam
kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk
pengetahuan dan pengalaman baru”.
2. Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa: ”Model
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat
lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri”.
B. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep
pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsepHigh Order Thinking Skills (HOT’s),
keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan.
Menurut Arends (2008:70) Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah,belajar
peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa
percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar
yang mandiri”
C. Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Ciri utama model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh
siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu,
atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau
pertanyaan.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran
tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.
3. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode
penyelidikan ini bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
4. Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video
maupun program komputer
5. Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan
yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama
untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga
dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan
D. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
1. Orientasi siswa kepada masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan, pengajuan
masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya
5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
6. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dalam proses-proses yang mereka gunakan.
JURNAL BELAJAR

A. Pengertian Jurnal Belajar


1. Jurnal Belajar diterjemahkan dari learning journal yakni merupakan dokumen yang
secara terus-menerus bertambah dan berkembang. Biasanya ditulis oleh peserta didik
(pembelajar), sebagai rekaman terhadap perkembangan materi yang sedang dipelajari.
2. Jurnal Belajar  merupakan wadah untuk menuliskan hasil refleksi peserta didik tentang
pembelajaran yang telah diikuti. Bagaimana tanggapan peserta didik dituliskan dalam
Jurnal Belajar , misalnya materi sudah dipahami, materi pembelajaran belum dipahami
dengan menuliskan alasan mengapa belum dipahami, penjelasan yang berbeda dengan
yang disampaikan gurunya yang didapat dari sumber belajar yang lain. Jurnal Belajar
Peserta didik sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan kebiasaan menulis,
menyusun suatu alur pikir secara tertulis, yang bagi guru dapat menjadi acuan dalam
menilai berhasil tidaknya peserta didik mempelajari materi yang disampaikan
3. Jurnal belajarsebagai wadah yang memuat hasil refleksi peserta didik tentang
pembelajaran dapat dimanfaatkan guru, kepala sekolah dan bahkan orang tua dapat
membacanya sebagai bahan masukan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam
bidang yang dipelajarinya. Peserta didik mengisinya dengan hasil bacaan, hasil diskusi,
refleksi terhadap temuan dalam pembelajaran, hasil pengamatan, hasil abstraksi atau apa
saja yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Jurnal belajar bukan hanya ditulis
oleh peserta didik yang mempunyai karya yang berkualitas dapat mengisinya.
Kesempatan menulis Jurnal Belajar diberikan kepada semua peserta didik, walaupun
menurut guru apa yang dituliskan peserta didik itu pada awalnya hanya cerita yang
kelihatannya kurang bermakna bagi guru tersebut
B. Tujuan Jurnal Belajar
1. Tujuan membuat jurnal belajar  adalah bagaimana agar peserta didik memperoleh
keuntungan dari jurnal tersebut. Dengan menuliskan sesuatu yang bermakna atau
pemikiran peserta didik tentang pengalaman berharga dalam belajar, selain sebagai
bahan refleksi dapat dijadikan rujukan oleh pembaca/peserta didik lain yang
menghadapi hal yang sama. Jurnal belajar  diharapkan menjadi wadah untuk
saling sharing informasi, pengalaman belajar, hasil pemikiran, hasil bacaan, pertanyaan
kepada guru dan lain sebainya.
2. Jurnal belajar  dapat merupakan tempat untuk bertanya, jika ada peserta didik tidak
mengerti penjelasan gurunya, setelah itu dituliskan dalam jurnal belajar  yang kemudian
dibaca oleh sang guru. Setelah guru membacanya, pada pertemuan berikutnya dijawab
oleh sang guru, yang membuat peserta didik memahami materi yang sebelumnya
membingungkan yang bersangkutan.
C. Bentuk Jurnal Belajar
Jurnal belajar  dapat dibuat dalam beberapa bentuk alternatif pilihan:
1. Jurnal belajar  bisa dalam ukuran yang kecil, sebesar  block notes atau setengah ukuran
kertas A4, atau sebesar kertas A4. Lebih mudah dibuat dalam buku tulis biasa
2. Jurnal belajar  dapat ditulis dalam lembar kertas yang terpisah, kemudian kertas tersebut
disusun dan diurutkan berdasarkan poin yang telah diajarkan, apa yang masih perlu
diajarkan, pertanyaan peserta didik kepada pengajar dan lain sebagainya;
3. Berdasarkan catatan kecil tadi oleh peserta didik tersebut diuraikan kedalam tulisan
(diketik atau ditulis tangan) dan ini akan menjadi catatan penting sebagai  referensi,
catatan setelah pembelajaran selesai;
4. Jika satu saat nanti di masa yang akan datang, peserta didik langsung menulis di laptop
atau komputer, kemudian dicetak, setiap halaman dibundel/dijilid, sebagai rekaman
permanen perkembangan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik;
5. Jika lebih suka membaca dari layar komputer, akan tetapi disarankan tetap membuat
print outnya untuk menjaga kalau mengalami kesulitan membuka file yang dibuat oleh
peserta didik (terjadi gangguan sehingga tidak dapat dibaca).
6. Bentuk yang mana pun yang akan dipilih, yang penting bahwa tulisan peserta didik
tersebut setiap selesai ditulis diberikan kepada gurunya untuk dibaca dan boleh dibaca
oleh temanya (diharapkan)
D. Isi Jurnal Belajar
Secara umum Jurnal belajar  dapat berisi sebagai berikut:
1. Butir-butir yang ditemukan, khususnya materi yang menarik dari yang dibaca peserta
didik dan tertarik untuk ditindaklanjuti lebih detail;
2. Pertanyaan yang muncul di benak peserta didik yang berkaitan dengan materi yang
dibaca pada topik tertentu (bahan ajar);
3. Setelah pembelajaran di kelas (segera setelahnya, jika memungkinkan) adalah
merupakan waktu yang paling tepat untuk membuat catatan untuk  me-reinforce
(mendorong dengan sekuat tenaga) hasil belajar peserta didik  dengan mencoba
mengingat apa inti yang telah diajarkan. Berpikir apa yang menjadi poin utama yang
baru bagi peserta didik dari materi yang diajarkan hari ini. Peserta didik diminta oleh
gurunya untuk menuliskan hal tersebut tanpa melihat buku pelajaran , kemudian
membandingkan dengan buku, sekadar untuk menyakinkan apakah poin yang dibuat
tersebut akurat;
4. Catatan di jurnal belajar  dapat diambil dari materi lain yang dibaca, yang dikutip dari
buku atau materi  yang berkaitan, seperti artikel dalam surat kabar;
5. Catatan apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan, komentar peserta didik dalam
bentuk satu atau dua kalimat terhadap pokok bahasan, yang ditemukan/dibaca yang
berkaitan dengan materi pembelajaran;
6. Refleksi peserta didik terhadap materi dan kaitannya dengan kebutuhan peserta didik
tersebut pada saat guru mengajar;
7. Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut dan dikaitkan dengan apa yang diajarkan
dengan cara yang berbeda;
8. Pemikiran peserta didik yang belum sepenuhnya terwujud tetapi peserta didik harus
merumuskan kembali. Ini bisa meliputi perasaan peserta didik tentang materi dan
perkembangan dan teori yang dikembangkan dalam pikiran peserta didik tersebut.
9. Setiap peserta didik diwajibkan memiliki jurnal belajar , yang dapat ditulis setiap hari
atau seminggu sekali, setelah guru selesai mengajar.
10. Apakah materi tersebut sudah diketahui peserta didik sebelumnya? Hal-hal seperti itulah
yang hendaknya dituliskan oleh peserta didik walaupun hanya satu atau dua paragraf.

Anda mungkin juga menyukai