Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH : KDK II ∕ KD II NAMA : NUR ALIAH

DOSEN : Ns.Eva Wijayanti,S.Kep NIM : B2 002 18 007

EUTHANASIA
A. Pengertian Euthanasia

Euthanesia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang
diangkap tidak menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara
menberikan suntikan yang mematikan.

Secara etimologis Euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa penderitaan, maka dari
itu dalam mengadakan Euthanasia arti sebenarnya bukan untuk menyebabkan kematian,
namun untuk mengurangi atau meringankan penderitaan orang yang sedang menghadapi
kematiannya. Dalam arti yang demikian itu Euthanasia tidaklah bertentangan dengan
panggilan manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan hidupnya, sehingga tidak
menjadi persoalan dari segi kesusilaan. Arti dari segi kesusilaan dapat
dipertanggungjawabkan bila orang yang menghendakinya.

Akan tetapi dalam perkembangan istilah selanjutnya, Euthanasia lebih menunjukkan


perbuatan yang membunuh karena belas kasihan, maka menurut pengertian umum sekarang
ini, Euthanasia dapat diterangkan sebagai pembunuhan yang sistematis karena kehidupannya
merupakan suatu kesengsaraan dan penderitaan. Inilah konsep dasar dari Euthanasia yang
kini maknanya berkembang menjadi kematian atas dasar pilihan rasional seseorang, sehingga
banyak masalah yang ditimbulkan oleh euthanasia ini. Masalah tersebut semakin kompleks
karena definisi dari kematian itu sendiri telah menjadi kabur.

Beberapa pengertian tentang termonologi euthanasia:

a) Menurut hasil seminar aborsi dan Euthanasia ditinjau dari segi medis, hukum dan
psikologi, Euthanasia diartikan:
 Dengan sengaja melakukan sesuatu untuk mengakhiri hidup seorang pasien.
 Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup pasien.
 Dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu sendiri atas permintaan atau
tanpa permintaan pasien.
b) Menurut kode etik kedokteran Indonesia, kata Euthanasia dipergunakan dalam tiga
arti:
 Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan, untuk
yang beriman dengan nama Allah dibibir
 Ketika hidup berakhir, diringankan penderitaan sisakit dengan memberikan
obat penenang.
 Mengakhiri penderitaan dan hidup seseorang sakit dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri dan keluarganya.
Dari beberapa kategori tersebut, dapat disimpulkan bawa unsur-unsur Euthanasi adalah
sebagai berikut:

 Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.


 Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak memperpanjang hidup pasien.
 Pasien menderita suatu penyakit yang sulit disembuhkan kembali.
 Atas atau tanpa permintan pasien atau keluarganya
 Demi kepentingan pasien dan keluarganya.

B. Jenis-Jenis Euthanasia

1) Euthanasia ditinjau dari sudut cara pelaksanaannya


Bila ditinjau dari cara pelaksanannya, euthanasia dapat dibagi menjadi tiga ketegori,
yaitu:
 Euthanasia agresif disebut juga Euthanasia aktif, adalah suatu tindakan secara
sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk
mempersingkat atau mengakhiri hidup seorang pasien. Euthanasia angresiif
dapat dilakukan dengan pemberian suatu senjawa yang mematikan, baik
secara oral maupun melalui suntikan. Salah satu contoh senjawa mematikan
tersebut adalah tablet sianida.
 Euthanasia non agresif kadang juga disebut Euthanasia otomatis
(autoeuthanasia) digolongkan sebagai euthanasia negatif, yaitu kondisi dimana
pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan
medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan memperpendek atau
mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan secara resmi dengan
membuat sebuah “codicil” (pernyataan tulis tangan). Euthanasia non agresif
pada dasarnya adalah suatu praktik Euthanasia pasif atas permintaan pasien
yang bersangkutan.
 Euthanasia pasif dapat juga dikaregorikan sebagai tindakan euthabasia negatif
yang tidak menggunakan alat-alat atau langkah langkah aktif untuk
mengakhiri kehidupan seorang pasien. Euthanasia pasif dilakukan dengan
memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup
pasien secara sengaja. Beberapa contohnya adalah dengan tidak memberikan
bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan,
tidak memberikan antibiotika ke[ada penderita pneumonia berat, meniadakan
tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup
pasien, atau pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin yang disadari
justru akan mengakibatkan kematian. Tindakan Euthanasia pasif seringkali
dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan rumah sakit. Penyalahgunaan
euthanasia pasif bisa dilakukan dengan tenaga medis maupun pihak keluarga
yang menghendaki kematian seseorang, misalnya akibat keputusasaan karna
ketigak sanggupan menanggung beban biaya pengobatan. Pada beberapa kasus
keluarga pasien yang tidak mungkin membayar biaya pengobatan, akan ada
permintaan dari pihak rumah sakit untuk membuat “pernyataan pulang paksa”.
Meskipun akhirnya meninggal, pasien diharapkan secara alamiah sebagai
upaya depensif medis.
2) Euthanasia ditinjau dari sudut pemberian izin
Ditinju dari sudut pemberian izin maka euthanasia dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
 Euthanasia diluar kemauan pasien yaitu suatu tindakan euthanasia yang
bertentangan dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan
euthanasia sejenis ini dapat disamakan dengan pembunuhan.
 Euthanasia secara tidak sukarela yaitu Euthanasia semacam ini adalah yang
sering kali menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan
yang keliru oleh siapapun juga. Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak
kompeten atau tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan misalnya
statusnya hanya seorang wali dari si pasien (seperti dalam kasus Terri
Schiavo). Kasus ini menjadi sangat kontroversial sebab beberapa orang wali
mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si pasien.
 Euthanasia secara sukarela yaitu dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri,
namun hal ini juga masih merupakan hal kontroversial.
3) Euthanasia ditinjau dari sudut tujuan
Beberapa tujuan pokok dari dilakukannya Euthanasia yaitu :
 Pembunuhan bedasarkan belas kasihan (mercy killing)
 Euthanasia hewan
 Euthanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk lain daripada
Euthanasia agresif secara sukarela.

C. Etika Keperawatan Pada Euthanasia

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat


manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan
sosial.

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senangtiasa memelihara suasana


lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama klien.

Tanggungjawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan


keperawatan. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehedaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Dalam menghadapi pasien dalam kondisi kritis yang mengharuskan euthanasia maka
sebagai seorang perawat kita harus membimbing baik pasien maupun keluarga dengan
bimbingan baik moral maupun spritual. Memberikan pengetahuan tentang tindakan
euthanasia pada pihak keluarga.
D. Syarat-Syarat Dilakukan Euthanasia

Tentunya dalam tindakan euthanasia harus melalui prosedur dan persyaratan yang harus
dipenuhi agar euthanasia bisa dilakukan adapun syaratnya yaitu :

1. Orang yang ingin mengakhiri hidupnya adalah orang benar-benar sakit dan tidak
dapat diobati, misalnya kanker.
2. Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan hidupnya kecil dan tinggal
menunggu kematian.
3. Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga penderitaanya hanya dapat
dikurangi dengan memberikan morfin.
4. Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien, hanyalah dokter
keluarga yang merawat pasien dan ada dasar dari dua orang dokter spesialis yang
menentukan dapat tidaknya dilaksanakan Euthanasia.

Contoh Kasus Euthanasia :


Kasus euthanasia yang terkenal di indonesia adalah kasus Ny Agian Isna Nauli
Siregar. Ibu Agin merupakan korban mal praktrek di sebuah rumah sakit di Jakarta.
Terjadi kasus mal praktek itu menyebabkan 86% otak dari Ibu Agian mengalami
kerusakan parah. Suami korban, Hasan Kusuma, sempat mengajukan permohonan
euthanasia atau suntik mati untuk istrinya kepada DPR RI karena harapan hidup Ibu
Agian amat kecil dan biaya perawatan sangat mahal. Setelah mengkomsumsi suatu
obat herbal kesehatannya berangsur pulih, harapan hidupnya kembali hadir. Tentu ini
perlu disyukuri sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai