Anda di halaman 1dari 11

1.

Jelaskan secara singkat perbedaan sistem klasifikasi AASHTO, sistem klasifikasi Unified
dan SNI
terkait klasifikasi tentang tanah !
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan
jalan yaitu lapisdasar (subbase) dan tanah dasar(subgrade). Karena sistem ini ditujukan
untuk pekerjaan jalan tersebut, Sistem klasifikasi ASHTO yang biasa di pakai di jalan
raya di semua bagian AMERIKA SERIKAT. Sistem klasifikasi tanah dengan
menggunakan Unified merupakan metode klasifikasi tanah yang cukup banyak
digunakan dalam bidang geoteknik. Sedangkan sistem klasifikasi tanah SNI
mengklasifikasikan tanah dan tanah organik untuk
keperluan teknik berdasarkan hasil pengujian laboratorium yaitu penentuan karakteristik
ukuran butir, batas cair, dan indeks plastisitas.
2. Jelaskan secara sederhana CBR, baik CBR Laboratorium maupun CBR lapangan ditinjau
dari segi pengertian dan pelaksanaan !
CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan
tanah atau perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi
yang sama.
Pelaksanaan pengujian CBR Lapangan diatur dalam SNI 1738-2011 (Cara Uji CBR
Lapangan)
3. tanah : Salah satu persyaratan utama dalam penggunaan bahan tanah sebagai tanah dasar
atau sebagai bahan untuk lapisan lainnya pada struktur perkerasan jalan adalah bahwa
bahan tanah tersebut harus cukup kuat untuk meneruskan dan mendukung beban volume
lalu lintas.
• Agregat : pemilihan jenis agregat yang sesuai digunakan pada konstruksi perkerasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu diameter gradasi, kekuatan, bentuk butir, tekstur
permukaan, dan kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat kimianya.
• Aspal : digunakan sebagai salah satu komponen utama dalam perkerasan lentur karena
aspal mempunyai adhesi yang kuat dan kedap air. Dalam campuran berbahan pengikat
aspal, selain sifat agregat, sifat aspal sangat menentukan kinerja dari campuran tersebut.
Oleh sebab itu, sebelum digunakan kuantitas dan kualitas aspal harus diuji terlebih di
laboratorium.
4. Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat . Gradasi agregat
berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan  menentukan workabilitas
(kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran.
Jenis-jenisnya:
 Gradasi seragam (uniform graded)
Gradasi seragam adalah gradasi agregat dengan ukuran butir yang hampir sama.
 Gradasi rapat (dense graded)
Gradasi rapat adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar
sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi baik
(well graded).
 Gradasi senjang (gap graded)
Gradasi senjang adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak
lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali.
5. aspal adalah bahan material alam yang berwarna hitam kecokelatan, yang digunakan
untuk merekatkan agregat pada perkerasan jalan lentur.
a. JENIS-JENIS ASPAL
 Aspal Alam
 Aspal Buatan
b. SIFAT ASPAL
 Durability
 Adhesi
 Kepekaan terhadap Suhu
 Kekerasan Aspal
6. Aspal adalah material perekat (cementitious), berwarna hitam atau coklat tua, dengan
unsur utama bitumen yang diperoleh dari residu hasil pengilangan minyak bumi
berfungsi sebagai pengikat agregat dalam pembuatan jalan. Aspal dipilih untuk
konstruksi jalan karena mempunyai sifat pekat (consistency), tahan terhadap pelapukan
yang disebabkan oleh cuaca, derajat pengerasan dan ketahanan terhadap air.
Fungsi Aspal
Aspal memiliki banyak fungsi khususnya sebagai bahan konstruksi jalan, antara lain
yaitu:
Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water
proofing, protect terhadap erosi).
Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di atas
lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakkan di atas jalan yang telah
beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara keduanya.
Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.
Sifat dan Bahan Penyusun Aspal
Aspal banyak digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan karena memiliki sifat sebagai
pengikat dan pengisi rongga udara antara agregat.
Adapun sifat-sifat aspal adalah sebagai berikut (Sukirman, 1993):
a. Mempunyai Daya Tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari campuran
aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan dan
sebagainya.
b. Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur penyusun dari dirinya
sendiri sehingga terbentuknya aspal dengan daktilitas yang tinggi. Sedangkan adhesi
menyatakan kemampuan aspal untuk berikatan dengan agregat dan tetap
mempertahankan agregat pada tempatnya setelah berikatan.
c. Kepekaan terhadap temperatur
Kepekaan aspal terhadap temperatur adalah sensitivitas perubahan sifat viskoelastis aspal
akibat perubahan temperatur, sifat ini dinyatakan sebagai indeks penetrasi aspal (IP).
d. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga
agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat yang telah
disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi oksidasi yang
menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi).
e. Viskoelastisitas Aspal
Viskoelastisitas aspal adalah suatu material yang bersifat viskoelastis yang sifatnya akan
berubah tergantung pada temperatur atau waktu pembebanan. Sifat viskoelastis aspal
adalah untuk menentukan pada temperatur beberapa pencampuran aspal dengan agregat
harus dilakukan agar mendapatkan campuran yang homogen dimana semua permukaan
agregat dapat terselimuti oleh aspal secara merata dan aspal mampu masuk ke dalam
pori-pori agregat untuk membentuk ikatan kohesi yang kuat dan untuk mengetahui pada
temperatur berapa pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus dihentikan.
Jenis-jenis Aspal
Terdapat tiga jenis aspal yang biasa digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan,
yaitu:
Aspal alam. Aspal alam ditemukan di pulau Buton (Sulawesi Tenggara Indonesia),
Perancis, Swiss, dan Amerika Serikat.
Aspal buatan. Aspal buatan merupakan residu penyulingan minyak bumi, dengan
karakteristiknya sangat bergantung dari jenis minyak bumi yang disuling (dikilang),
apakah minyak bumi berbasis aspal (asphaltic base), parafin (parafine base) atau berbasis
campuran (mixes base).
Aspal polimer. Aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari modifikasi
antara polimer alam atau polimer sintetis dengan aspal. Modifikasi aspal polimer (atau
biasa disingkat dengan PMA) telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir.
7. Adapun sifat-sifat aspal adalah sebagai berikut (Sukirman, 1993):
a. Mempunyai Daya Tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari campuran
aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan dan
sebagainya.
b. Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur penyusun dari dirinya
sendiri sehingga terbentuknya aspal dengan daktilitas yang tinggi. Sedangkan adhesi
menyatakan kemampuan aspal untuk berikatan dengan agregat dan tetap
mempertahankan agregat pada tempatnya setelah berikatan.
c. Kepekaan terhadap temperatur
Kepekaan aspal terhadap temperatur adalah sensitivitas perubahan sifat viskoelastis aspal
akibat perubahan temperatur, sifat ini dinyatakan sebagai indeks penetrasi aspal (IP).
d. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga
agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat yang telah
disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi oksidasi yang
menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi).
e. Viskoelastisitas Aspal
Viskoelastisitas aspal adalah suatu material yang bersifat viskoelastis yang sifatnya akan
berubah tergantung pada temperatur atau waktu pembebanan. Sifat viskoelastis aspal
adalah untuk menentukan pada temperatur beberapa pencampuran aspal dengan agregat
harus dilakukan agar mendapatkan campuran yang homogen dimana semua permukaan
agregat dapat terselimuti oleh aspal secara merata dan aspal mampu masuk ke dalam
pori-pori agregat untuk membentuk ikatan kohesi yang kuat dan untuk mengetahui pada
temperatur berapa pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus dihentikan.
8. Aspal modifikasi; adalah aspal yang dibuat dengan cara mencampur aspal
keras dengan suatu bahan tambah misalnya polymer elastomer dan polymer
plastomer. tujuan Aspal Modifikasi :
1. Sifat-sifat aspal alami yang kurang tahan terhadap keadaan iklim sekitar yang sering
membuat aspal lembab dan mudah rusak
2. Aspal pada temperatur rendah tidak rapuh/getas sehingga mengurangi potensi
terjadinya retak (cracking).
3. Tidak tahan terhadap genangan air sehingga memerlukan drainase yang baik untuk
mempercepat proses pengurangan jumlah genangan di aspal.
4. Mencari sifat aspal yang baru, contohnya aspal yang fleksibel (untuk jalan-jalan yang
memiliki tanah yang labil dan selalu bergerak)
5. Aspal pada temperatur tinggi lebih stabil sehingga potensi terjadinya alur (rutting)
pada perkerasan beraspal dapat dikurangi.
6. Mengurangi viskositas pada temperature penghamparan sehingga dicapai kemudahan
pelaksanaan penghamparan sekaligus pemadatannya.
7. Meningkatkan stabilitas dan kekuatan campuran beraspal
9. Aspal Polymer Elastomer
Elastomer adalah polymer yang bersifat elastis, apabila ditarik, diberikan
tegangan akan kembali kebentuk semula. Styrene Butadine Styrene (SBS), Styrene
Butadine Rubber (SBR), Styrene Isoprene Styrene (SIS), dan lateks adalah jenisjenis
polymer elastomer yang biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal
keras. Penambahan polymer jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat
aspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras.
Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki
tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat dengan
aspal keras. Persentase penambahan polymer elastomer pada aspal keras harus
ditentukan berdasarkan pengujian laboratorium karena penambahan, karena
penambahan yang berlebih justru akan memberikan pengaruh yang negatif.
Kelebihan elastomer:
1. Untuk permukaan yang bergesekan tinggi atau tidak licin
2. Melindungi daripada kakisan dan lelasan
3. Isolator elektrik
4. Isolator kejutan dan getaran
Aspal Polymer Plastomer
Plastomer adalah polymer yang bersifat kaku, apabila ditarik, diberikan
tegangan tidak akan kembali kebentuk semula. Seperti halnya dengan aspal
polymer elastomer, penambahan polymer plastomer pada aspal keras juga
dimaksudkan untuk meningkatkan sifat fisik aspal. Jenis aspal polymer elastomer
yang telah banyak digunakan antara lain adalah Ethylene Vinyl Acetate (EVA),
Polypropilene (PP) dan Polyethilene (PE). Persentase penambahan polymer jenis
ini ke dalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian
laboratorium karena penambahan polymer plastomer sampai batas tertentu dapat
memperbaiki sifat-sifat aspal. Kelebihan aspal modifikasi polimer plastomer
1. Meningkatkan ketahanan terhadap suhu
2. Meningkatkan ketahanan terhada pretak
3. Meningkatkan ketahanan terhadap deformasi plastis
4. Meningkatkan nilai elastis recovery
5. Meningkatkan nilai ketahanan terhadap air
6. Meningkatkan nilai adhesi dan kohesi
7. Meningkatkan ketahanan terhadap oksidasi uv
Kelemahan
1. Temperatur pecampuran tinggi
2. Temperatur penggelaran cukup tinggi
10. a. aspal supracoat 51 : aspal SUPRACOAT 51 merupakan aspal multigrade dimana
dalam proses pembentukannya ditambahkan bahan aditif sehingga aspal ini mampu
mengaktifasi asphalten yang mengakibatkan titik lembek aspal menjadi lebih tinggi dan
nilai penetrasi sedikit turun
b. aspal prima 55 : Untuk jenis aspal ini sekarang masih dalam taraf uji laboratorium dan
uji lapangan. Berdasarkan hasil pengujian awal aspal Prima 55 mempunyai titik lembek
yang lebih rendah dari spesifikasi teknis yang diberikan oleh yang memproduksi,
sehingga dikhawatirkan jika digunakan perkerasan jalan nantinya tidak akan tahan dalam
menerima temperatur udara yang tinggi di siang hari.
c. retona blend 55 : kelebihan Blend 55 ini antara lain dapat meningkatkan kestabilan,
ketahanan terhadap deformasi, ketahanan fatigue dan daya tahan terhadap air. Disamping
itu kemudahan dalam penggunaan (seperti aspal biasa), usia elayanan yang lebih lama
dan biaya pemeliharaan menjadi lebih murah menjadi pertimbangan penting dalam
penggunaan produk ini
11. Zeolit merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat bermanfaat
bagi industri kimia di Indonesia. Zeolit ada dua macam yaitu zeolit alam dan sintetik.
Zeolit alam sudah banyak
dimanfaatkan, umumnya zeolit alam digunakan untuk pupuk, penjernihan air, dan
diaktifkan untuk dimanfaatkan
sebagai katalis dan adsorbent (Furqon A., dan Hendri H., 2011).
Aspal Buton (Asbuton) adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan yang
terdapat di Pulau Buton dan sekitarnya. Aspal alam yang berada di Pulau Buton
(Asbuton) mempunyai cadangan yang sangat besar untuk digunakan sebagai bahan
pengikat pada campuran beraspal. Asbuton mengandung bahan aromatik dan resin yang
tinggi, sehingga di dalam campuran Asbuton mempunyai daya lekat yang lebih tinggi
(anti stripping) dan kelenturan yang tinggi (fatigue life tinggi)
12. Aspal Asbuton Panas : campuran antara agregat dengan aspal keras serta asbuton butir
atau campuran agregat dengan aspal yang diperoleh dari hasil ekstraksi asbuton (Aspal
Yang Dimodifikasi Asbuton atau Bitumen Asbuton Modifikasi), yang dicampur di Unit
Pencampur Aspal (UPCA/AMP), dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
temperatur tertentu
Aspal Asbuton Hangat : campuran antara agregat dengan peremaja dan Asbuton butir,
yang dicampur di Unit Pencampur Aspal (UPA), dihampar dan dipadatkan dalam
keadaan hangat pada temperatur tertentu. Aspal Asbuton Dingin : Cold
Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah campuran yang terdiri dari agregat, asbuton
butir, bahan peremaja dan bahan tambah lain yang dicampur panas dipadatkan dingin
(pada temperatur ruang 30°C)
13. Asbuton terus dikembangkan baik dari sisi jaminan kualitas dan teknik penghamparan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR diantaranya
yakni campuran beraspal dengan Asbuton, Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA),
Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (LPMA), Butur Seal, Cape Buton Seal dan Asbuton
Campuran Aspal Emulsi.
CPHMA adalah produk campuran beraspal siap pakai. Pencampuran dilakukan secara
pabrikasi kemudian didistribusikan dalam bentuk kemasan dan selanjutnya dihampar dan
dipadatkan secara dingin (pada temperatur udara). Teknologi ini bermanfaat untuk
pembangunan jalan di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak memiliki akses
ke alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan, AMP). CPHMA memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan campuran sejenis antara lain konstruksi perkerasan
yang lebih merata dan homogen serta kerataan permukaan yang lebih baik.
14. 1. Persiapan Bahan Baku
Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk
lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil
penambangan batu-batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah
lainya, kemudian batu–batuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone
Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan.
2. Bahan Baku Aspal
Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan
yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat, keras
dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang
diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi.
3. Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal yang
berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang
disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan.
4. Bin dingin
Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap
fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi
campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal Mixing Plant) adalah
bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus
dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin).
Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu.
5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer
Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit stone crusher
yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai dengan ukuran
masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryer dengan menggunakan
belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer tujuannya untuk menghilangkan kadar
air, kadar air harus seminim mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada
pencampuran aspal nantinya. Proses pengeringan pada dryer adalah dengan cara
membakar agregat di dalam kilen yang berputar dengan suhu ±1500 C proses
pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran ini belangsung
selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.
6. Pengumpul Debu (dust collector).
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi
udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari sistem
pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke
pengumpul debu. Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan
menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu
di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP (Aspal Mixing Plant).
7. Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen.
Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer selanjutnnya di
bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot
screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan
pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan
agregat sesuai dengan ukurannya masing-masing.
8. Bin panas (hot binn)
Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran (batch). Pada
AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi
dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi
yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi
yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan panas.
9. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-
masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga
dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan
timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat biasanya
timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan berat jenis dari
agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/ tidak dapat membaca
apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
10. Proses Akhir Mixer.
Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan dan
telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya
dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem
hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.
11. Tenaga penggerak (genset).
Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga
utamanya adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin
diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere)
cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang dipakai serta peralatan-
peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk penerangan.
15. Pengujian Aspal
 Penetrasi, yaitu angka yang menunjukkan kekerasan aspal yang diukur dari
kedalaman jarum penetrasi yang diberi beban 100 gram selama 5 detik pada suhu
ruang 25°C. Semakin besar nilai penetrasinya, maka semakin lunak aspal tersebut
dan sebaliknya.
 Berat jenis, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan berat aspal dengan berat air
pada volume yang sama pada suhu ruang. Semakin besar nilai berat jenis aspal, maka
semakin kecil kandungan mineral minyak dan partikel lain didalam aspal. Semakin
tinggi nilai berat jenis aspal, maka semakin baik kualitas aspal. Berat jenis aspal
minimum sebesar 1,0000.
 Kelekatan aspal terhadap agregat, yaitu angka yang menunjukkan persentase luasan
permukaan agregat batu silikat yang masih terselimuti oleh aspal setelah agergat
tersebut direndam selama 24 jam. Kelekatan aspal yang tinggi dapat diartikan bahwa
aspal tersebut memiliki kemampuan yang tinggi untuk melekatkan agregat sehingga
semakin baik digunakan sebagai bahan ikat perkerasan. Nilai kelekatan aspal yang
baik minimal sebesar 85 %.
 Titik nyala aspal, yaitu angka yang menunjukkan temperatur (suhu) aspal yang
dipanaskan ketika dilewatkan nyala penguji di atasnya terjadi kilatan api selama
sekitar 5 detik. Syarat aspal AC 60/70 titik nyala sebesar minimal.
 Titik bakar aspal, yaitu angka yang menyatakan besarnya suhu aspal yang sipanaskan
ketika dilewatkan nyala penguji di atas aspal terjadi kilatan api lebih dari 5 detik.
Semakin tinggi titik nyala dan titik bakar aspal, maka aspal tersebut semakin baik.
Besarnya nilai titik nyala dan titik bakar tidak berpengaruh terhadap kualitas
perkerasan, karena pengujian ini hanya berhubungan dengan keselamatan
pelaksanaan khususnya pada saat pencampuran (mixing) terhadap bahaya kebakaran.
 Titik lembek aspal (Ring and Ball test), yaitu angka yang menunjukkan suhu
(temperature) ketika aspal menyentuh plat baja. Titik lembek juga mengindikasikan
tingkat kepekaan aspal terhadap perubahan suhu, di samping itu titik lembek juga
dipengaruhi oleh kandungan parafin (lilin) yang terdapat dalam aspal. Semakin tinggi
kandungan parafin pada aspal, maka semakin rendah titik lembeknya dan aspal
semakin peka terhadap perubahan suhu.
 Kelarutan aspal dalam cairan Carbon Tetra Chlorida (CCl4), yaitu angka yang
menunjukkan jumlah aspal yang larut dalam cairan CCl4 dalam proses setelah aspal
digoncang atau dikocok selama minimal 20 menit. Angka kelarutan aspal juga
menunjukkan tingkat kemurnian aspal terhadap kandungan mineral lain. Semakin
tinggi nilai kelarutan aspal, maka aspal semakin baik.
 Daktilitas aspal, yaitu angka yang menunjukkan panjang aspal yang ditarik pada suhu
25° C dengan kecepatan 5 cm/menit hingga aspal tersebut putus. Daktilitas yang
tinggi mengindikasikan bahwa aspal semakin lentur, sehingga semakin baik
digunakan sebagai bahan ikat perkerasan.
16. Pemeriksaan Agregat
 Analisa Saringan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar dan
halus , dimana gradasi terbagi atas 3 : gradasi senjang, gradasi menerus dan gradasi
seragam.
 Berat Jenis Agregat berfungsi untuk menentukan density dan penyerapan pada
agregat. 3 keadaan berat jenis : Bulk, SSD,Apparent.
 Berat Isi Agregat berfungsi untuk mengetahui berat isi suatu agregat baik dalam
keadaan gembur maupun padat.
 Soundness Test untuk mengetahui keausan / pelapukan agregat akibat pengaruh
iklim/cuaca. Dengan menggunakan larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat
 Sand Equivalent untuk menentukan kadar debu / lumpur pada agregat halus.
 Kelekatan Agregat terhadap Aspal Untuk mengetahui kemampuaan aspal yang
merekat pada suatu agregat.
 Analisa Bentuk untuk mengetahui bentuk /kepipihan agregat yang akan dipakai
sebagai campuran beton.
 Keausan hilangnya materi dari permukaan benda padat sebagai akibat dari gerakan
mekanik.
17. Menurut ASTM C.618 (1996), abu terbang atau fly ash didefinisikan sebagai butiran
halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batubara yang mengandung sedikit
atau tidak mengandung semen, tetapi dalam keadaan halus bereaksi dengan air dan kapur
padam pada suhu normal (240 – 270 C) menjadi massa yang padat yang tidak larut dalam
air.
abu terbang atau fly ash dibagi atas 3 kelas yaitu abu terbang kelas F dan kelas C serta
kelas N (natural). Fly ash kelas F dan kelas C adalah hasil residu pembangkit listrik yang
menggunakan bahan bakar batubara. Fly ash diperoleh pada sebuah ruangan atau tempat
yang disebut presipitator elektrostatic, yaitu suatu alat untuk mengendalikan partikel yang
akan keluar cerobong dan alat pengolahan abu batubara sebelum dimasukkan ke dalam
silo untuk selanjutnya dibuang.
Abu terbang kelas F tersedia dalam jumlah terbesar. Secara umum fly ash kelas F
memiliki kadar kapur yang lebih rendah biasanya kurang dari 15% dan memiliki
kandungan oksida silikat (SiO2), Al2O3, dan Fe2O3 yang lebih besar (min. 70%)
dibandingkan dengan fly ash kelas C. Fly ash kelas C memiliki kandungan kapur yang
lebih besar, biasanya lebih besar dari 15% bahkan sampai 30%. Tingginya kadar CaO
menjadikan fly ash kelas C mempunyai karakter atau sifat mudah mengeras dengan
sendirinya
18. Spesifikasi pengujian aspal:
 Aspal Keras: Titik Nyala : Minimal 232℃
Daktilitas : Tingkat kekenyalan < 100 cm = getas,
100 - 200cm = plastis
> 200 cm = sangat plastis
Titik Lembek : Pen 40/50 Min. 51 ℃ max. 63℃
Pen 60/70 Min. 48 ℃ max. 58℃
Pen 80/100 Min. 46 ℃ max. 54℃
Berat jenis : 1,00 – 1,16
 Aspal Cair : Berat Jenis : 0,92 – 1,06 gr/cm3
Kelekatan : ≥ 90 %
19. spesifikasi pengujian agregat:
 Berat jenis dan penyerapan agregat : Berat jenis : 2,4-2,9
Penyerapan ≤ 3 %
 Berat isi agregat : 1,4-1,9 gr/cm3
 Soundness test : ≤ 12%
 Sand equivalent : Minimal 50 %
 Kelekatan agregat : ≥ 95 %
 Keausan : ≤ 40 %
 Analisa bentuk agregat : Pipih ≤ 25 %
Lonjong≤ 40 %

Anda mungkin juga menyukai