Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH TERAPI SPRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TEHNIQUE (SEFT)

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI


DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN
TAHUN 2019

MANUSKRIP

Oleh :

RASIDAH

NIM : 15.20.2580

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA BANJARMASIN


PROGRAM S1 KEPERAWATAN
2019
PENGARUH TERAPI SPRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TEHNIQUE (SEFT)
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI
DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN
TAHUN 2019

MANUSKRIP

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Starata (S1) Program


Studi Ilmu Keperwatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Cahaya Bangsa
Banjarmasin

OLEH :

RASIDAH

NIM 15.20.2580

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA BANJARMASIN


PROGRAM S1 KEPERAWATAN
2019
PENGESAHAN MANUSKRIP

Manuskrip dengan judul : Pengaruh Terapi Spritual Emotional Fredom Tehnique


(SEFT) Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Di Ruang Edelwis RSUD
Ulin Banjarmasin Tahun 2019.

Oleh : Rasidah

NIM :15.20.2580

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Skripsi Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Cahaya Bangsa Banjarmasin.

Banjarmasin, 17 September 2019

Pembimbing I

Ns. Rusmegawati., S.Kep., M.Kep

Pembimbing II

Adisurya Saputra., Ns.,M.Kep

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Doni Wibowo., Ns., M.Kep


PENGARUH TERAPI SPRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TEHNIQUE (SEFT)
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG
EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2019

Rasidah* Rusmegawati** Adisurya Saputra***


*Ilmu Keperawatan, STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin*
E-mail : sidahrasidah23@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang : Kecemasan adalah hal normal pada manusia, tetapi bagi beberapa individu
kecemasan dapat keluar kendali. Perasaan cemas yang dirasakan oleh pasien kanker ketika
menjalani kemoterapi dapat berdampak buruk pada proses pengobatan serta rehabilitasi secara
medis maupun psikologi. Kemoterapi bisa menimbulkan dampak fisiologis maupun psikologis.
Dampak tersebut sebagai efek dari perjalanan kanker atau efek samping dari kemoterapi.
Adapun dampak negatif psikologis lainnya adalah gangguan harga diri, seksualitas, dan
kesejahteraan pasien seperti kecemasan. Intervensi keperawatan dalam upaya menurunkan
tingkat kecemasan secara non-farmakologi adalah melalui terapi Spritual Emotional Fredom
Tehnique (SEFT). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi Spritual
Emotional Fredom Tehnique (SEFT) terhadap tingkat kecemasan pasien kemoterapi Di Ruang
Edelwis RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan pre and posttest
control gruoup design. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 orang, 15 orang untuk
kelompok kontrol , dan 15 orang untuk kelompok intervensi di ruang Edelwis RSUD Ulin
Banjarmasin dengan pengambilan sampel random sampling. Hasil analisis Uji pada Wilcoxon
kelompok (O2-O4) yaitu tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi SEFT yang dibandingkan
antara kelompok kontrol dan intervensi didapatkan ρ-value = (0,014) < α (0,05), sehingga
dapat ditarik kesimpulan ada pengaruh yang signifikan antara terapi SEFT terhadap tingkat
kecemasan pasien kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2019.

Kata kunci : Terapi seft, tingkat kecemasan, pasien kemoterapi

ABSTRACT
Background: Anxiety is normal in humans, but for some individuals anxiety can get out of
control. Feelings of anxiety felt by cancer patients when undergoing chemotherapy can
adversely affect the process of treatment and rehabilitation both medically and psychologically.
Chemotherapy can have physiological and psychological effects. These effects are the effects
of the course of cancer or side effects of chemotherapy. The other negative psychological
effects are disorders of self-esteem, sexuality, and patient welfare such as anxiety. Nursing
intervention in an effort to reduce the level of anxiety in a non-pharmacological manner is
through the Spiritual Emotional Fredom Tehnique (SEFT) therapy. The purpose of this study is
to determine the effect of Fredom Tehnique's Emotional Spiritual therapy (SEFT) on the
anxiety level of chemotherapy patients in the Edelwis Room in Ulin Hospital Banjarmasin in

1
2019. This research is a quantitative study using experimental research methods with pre and
posttest control group design. The sample in this study amounted to 30 people, 15 people for
the control group, and 15 people for the intervention group in the Edelwis Room of Ulin
Hospital Banjarmasin by random sampling. The results of the analysis of the test on the
Wilcoxon group (O2-O4) namely the level of anxiety after SEFT therapy compared with the
control group and the intervention was obtained (ρ-value = 0.014 <α (0.05), so that conclusions
can be drawn there is a significant effect between therapies SEFT on anxiety levels of
chemotherapy patients in Ulin Hospital Banjarmasin in 2019.
Keyword : Seft therapy, anxiey level, chemotherapy patient

PENDAHULUAN infus yang bertujuan membunuh sel kanker


(Kartikawati, 2013).
Di Indonesia kanker merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang akan menjadi Salah satu pertimbangan keperawatan yang
masalah kesehatan utama. Data yang harus diperhatikan pada pasien yang menjalani
dikeluarkan International Agency for kemoterapi adalah kecemasan. Kecemasan
research on cancer (IARC) menyebutkan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan
pada tahun 2012 terdapat 14.1 juta kasus yang disertai oleh respon autonom (penyebab
dengan 8,2 juta angka kematian, meningkat sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada
menjadi 18, 1 juta kasus baru dan 9,6 juta setiap individu) perasaan cemas tersebut
kematian pada tahun 2018. Angka kejadian timbul akibat dari antisipasi diri terhadap
penyakit kanker di Indonesia yaitu 136.2 per bahaya. Tiga neurotransmitter utama yang
100.000 penduduk dan berada pada urutan terkait dengan munculnya kecemasan yaitu,
ke 8 di Asia tenggara, sedangkan di Asia NE (Norepinephrine), Serotonin, Gamma-
urutan Ke 2. Data Riskesdas tahun 2018, Aminobutyric Acid (GABA). Norepinephrine
prevalensi tumor /kanker di Indonesia merupakan respon dari „fight or flight‟ dan
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 regulasi dari tidur, suasana hati, dan tekanan
per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi darah. Ketika seseorang mengalami stress akut
1,79 per 1000 penduduk di tahun 2018 mungkin memiliki sistem noradrenergik yang
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, teregulasi secara buruk dan akan terjadi
2019). peningkatan dari pelepasan NE. Pusat dari
norepinephrine terletak pada locus ceruleus di
Prevalensi kanker yang semakin meningkat
pons pars rostralis dan badan selnya
menyebabkan peningkatan kebutuhan untuk
menjulurkan aksonnya ke korteks serebri,
terapi kanker. Terapi modalitas kanker yang
sistem limbik, batang otak serta medula
paling sering digunakan dan menjadi satu-
spinalis (Sadock, Benjamin.J, Sadock,
satunya pilihan metode terapi yang efektif
Virginia.A, 2010). Beberapa penelitian
adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah
menunjukkan bahwa pelepasan NE memegang
proses pemberian obat-obatan anti kanker
peranan penting dalam ketakutan, kecemasan.
dalam bentuk pil atau kapsul atau melalui
Beberapa jenis pembelajaran tentang seseorang untuk berpikir positif dalam
emosional, memori tergantung pada stimulasi menghadapi permasalahan yang ada.
noradrenegik beta dan alpha adrenoreseptor di
inti basolateral dari amigdala. Aktivitas sistem Terapi SEFT dilakukan dengan suatu kegiatan
norepinefrin dalam tubuh dan otak relaksasi dimana pada proses set up klien
menghasilkan gejala fisik kecemasan, seperti diminta untuk santai, mendalami perasaan, dan
berkeringat dan palpitasi, yang dapat menenangkan diri. Pada proses tune in
menyebabkan orang menjadi khawatir dilakukan pendekatan dimana klien didorong
(Davis,Kenneth.L,et al., 2012). untuk merasakan perasaan sakit, cemas dan
sedikit demi sedikit merasakan perasaan sakit
Kecemasan adalah hal normal pada manusia, dan perasaan cemas semakin berkurang.
tetapi bagi beberapa individu kecemasan dapat Selain dengan pendekatan psikis dan
keluar kendali. Seperti halnya pada pasien emosional, dalam SEFT juga dilakukan
yang menjalani kemoterapi, rasa khawatir, pendekatan fisik yaitu dengan tapping atau
gelisah, takut was-was, tidak tentram, panik ketukan ringan pada titik tertentu ditubuh
dan sebagainya merupakan gejala umum klien. Hal terakhir yang dilakukan dan
akibat cemas. Hasil penelitian Bintang (2012) merupakan proses terpenting adalah aspek
menunjukkan bahwa lebih dari 30% pasien spiritual, yaitu adanya proses keikhlasan,
kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP kepasrahan, dan doa atas masalah yang sedang
Dr. Hasan Sadikin Bandung mengalami cemas dihadapi klien (Zainuddin, 2012).
sedang dan sisanya mengalami cemas berat
hingga depresi. Proses set up, tune in, dan tappimg pada terapi
SEFT klien terus dibimbing agar perhatian
Salah satu teknik relaksasi yang termasuk ke menjadi sangat terpusat. untuk terus bersugesti
dalam penanganan kecemasan non- positif, sehingga mengubah tingkat
farmakologi yaitu spiritual emotional freedom kesadarannya. Dalam kondisi seperti ini akan
technique (SEFT) yang merupakan bentuk memasuki kondisi hypnosis yang lebih
mind-body therapy dengan metode hipnoterapi mendalam, sehingga pada kondisi tersebut
dari terapi komplementer dan merupakan gelombang otak yang semula berada pada
alternatif dalam keperawatan. Metode gelombang beta akan berubah pelan-pelan
hipnoterapi merupakan salah satu bentuk menuju gelombang alpha. Otak dalam kondisi
psikoterapi yang menggunakan pendekatan alpha akan memproduksi hormon serotonin
teknik hypnosis pada terapi SEFT sebagai dan endorphin yang menyebabkan seseorang
bagian dari proses penyembuhan dengan merasa nyaman, tenang, bahagia sehingga
tujuan menghilangkan masalah-masalah yang perasaan cemas menjadi turun (Setiawan,
mempengaruhi pola berpikir seseorang. 2009).
Metode ini bekerja di alam bawah sadar untuk
memberikan sugesti baik dan mampu Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
berdamai dengan hal-hal yang menjadi akal melalui wawancara dan kuesioner
permasalahan dan tujuannya bukan untuk menggunakan HARS pada 10 orang pasien
melupakan atau menghilangkannya dari kanker yang menjalani kemoterapi di ruang
pikiran, namun untuk merubah persepsi salah Edelwis RSUD Ulin Banjarmasin, didapatkan
yang selama ini dimiliki dan mendorong 3 orang mengalami cemas berat, 5 orang
cemas sedang dan 2 orang cemas ringan.
Pasien mengatakan khawatir apakah
penyakitnya bisa disembuhkan, cemas dan random sampling merupakan teknik
takut pada efek kemoterapi yang sedang pengambilan sampel dengan memilih
dijalani. langsung dari populasi dan besar peluang
setiap anggota populasi untuk menjadi sampel
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sangat besar (Nursalam, 2013).
pengaruh terapi spiritual emotional freedom
technique (SEFT) terhadap tingkat kecemasan Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30
pada pasien kemoterapi di RSUD Ulin yang terbagi 2 kelompok yang setiap
Banjarmasin. kelompok terdiri dari 15 orang. Cara
METODE PENELITIAN pengambilan sampel dengan menentukan baris
ruangan kanan untuk kelompok kontrol, dan
Jenis penelitian ini adalah penelitian baris ruangan kiri untuk kelompok intervensi.
kuantitatif dengan menggunakan metode
penelitian eksperimen dengan rancangan Pre Penelitian ini dilakukan di RSUD Ulin
and post test control group design. Sugiyono Banjarmasin pada bulan Agustus 2019. Alat
menyatakan bahwa di dalam penelitian pengumpul data yang digunakan yaitu
eksperimen ada perlakuan (treatment) yang kuesioner HARS (Hamilton Ansiety Rating
diberikan kepada kelompok-kelompok Scale) dan para terapis yang melakukan terapi
tertentu, dengan demikian metode penelitian SEFT.
eksperimen adalah “sebuah metode yang
digunakan untuk mencari pengaruh sebuah Analisa univariat adalah analisa yang
perlakuan tertentu terhadap objek-objek yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil
ingin diteliti dalam kondisi yang penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa ini
terkendalikan” (Sugiyono, 2012). digunakan untuk menjelaskan karakteristik
variabel terikat yaitu tingkat kecemasan pada
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui menit awal dan menit ke 30 yang tertuang
pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat dalam bentuk distribusi nilai frekuensi.
kecemasan pada pasien kemoterapi, dengan
membandingkan kelompok yang mendapatkan Analisa bivariat adalah analisa secara simultan
perlakuan (intervensi) dengan kelompok yang dari dua variabel (Notoatmodjo, 2012).
tidak mendapatkan perlakuan (kontrol), Analisa bivariat dilaksanakan untuk menguji
sehingga akan teridentifikasi pengaruh terapi pengaruh spiritual emotional freedom
SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan technique (SEFT) terhadap penurunan tingkat
pada pasien kemoterapi. Efek intervensi akan kecemasan pada pasien yang menjalani
diukur dengan melakukan pre test sebelum kemoterapi. Analisis bivariate yang digunakan
dan post test setelah intervensi. adalah Wilcoxon dan Mann Whitney.
Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek Pada sampel bebas, yaitu kelompok O1-O3,
atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, O2-O4 uji yang digunakan adalah Mann
2012). Dalam penelitian ini yang menjadi Whitney, dengan pengambilan keputusan yaitu
populasi adalah seluruh pasien yang menjalani jika sign <0,05 maka H0 diterima dan jika
kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin. sign > 0,05 maka H0 ditolak.

Teknik sampling yang digunakan adalah Pada sampel berpasangan, yaitu kelompok
Probability sampling dengan metode simple O1-O2, O3-O4, maka uji yang digunakan
adalah uji Wilcoxon dengan pengambilan kecemasan sedang 4 orang
keputusan sign <0,05 maka H0 diterima, dan (26,6%),dan yang paling banyak
jika nilai sign > 0,05 maka H0 ditolak. berada pada kecemasan ringan 9 orang
(60%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2
Gambaran Umum Tempat Penelitian Distribusi Tingkat Kecemasan
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini Responden Sesudah Diberikan Terapi
adalah Rumah Sakit Umum Daerah Ulin SEFT pada Kelompok Intervensi
Banjarmasin. RSUD Ulin Banjarmasin adalah Tingkat Post test
Rumah Sakit Umum Daerah dengan Kecemasan
Frekuensi Persentase %
klasifikasi Kelas A yang berada di kota Kecemasan 0 0
Banjarmasin Kalimantan Selatan yang berat
berfungsi sebagai Rumah Sakit yang Kecemasan 1 6,6
Sedang
memberikan pelayanan spesialis dan sub Kecemasan 8 53.4
spesialis, sebagai RSUD pusat rujukan Ringan
Tidak Ada 6 40
Provinsi Kalimantan Selatan, dan juga banyak Kecemasan
menerima rujukan dari provinsi Kalimantan Jumlah 15 100
Tengah, serta RSUD Ulin Banjarmasin Sumber : Data Primer, 2019
merupakan rumah sakit pendidikan bagi Tabel 2 menunjukkan tingkat
tenaga kesehatan dan juga sebagai lahan kecemasan responden sesudah
praktik untuk mahasiswa khususnya tenaga diberikan terapi SEFT pada kelompok
kesehatan. intervensi yaitu, terjadi penurunan ke
level tidak ada kecemasan sebanyak 6
1. Analisa Univariat orang (40%).
Tabel 1 Tabel 3
Distribusi Tingkat Kecemasan Responden Distribusi Tingkat Kecemasan Sebelum
Sebelum Diberikan Terapi SEFT pada Kelompok Intervensi Mendapatkan
Kelompok Intervensi Perlakuan Terapi SEFT yang di ukur
pada kelompok kontrol
Tingkat Pre test Tingkat Pre test
Kecemasan Kecemasan
Frekuensi Persentase % Frekuensi Persentase %
Kecemasan 2 13,4 Kecemasan 1 6,6
berat berat
Kecemasan 4 26,6 Kecemasan 5 33,4
Sedang Sedang
Kecemasan 9 60 Kecemasan 9 60
Ringan Ringan
Tidak Ada 0 0 Tidak Ada 0 0
Kecemasan Kecemasan
Jumlah 15 100 Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer, 2019 Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 3 menunjukkan tingkat
Tabel 1 menunjukkan tingkat
kecemasan responden sebelum
kecemasan responden sebelum
kelompok intervensi mendapatkan
diberikan terapi SEFT pada kelompok
perlakuan terapi SEFT yang di ukur
intervensi yaitu pasien mengalami
pada kelompok kontrol yaitu, level
kecemasan berat 2 orang (13,4%),
kecemasan ringan terbanyak sebanyak yang diukur antara kelompok kontrol
9 orang (60%) dan kelompok intervensi dengan hasil
Tabel 4 analisa mann whitney ρ-value =
Distribusi Frekuensi Tingkat (0,886) > α (0,05), artinya tidak ada
Kecemasan Sesudah Kelompok perbedaan antara kelompok kontrol
Intervensi mendapatkan perlakuan dan intervensi.
terapi SEFT yang di ukur pada
kelompok kontrol Tabel 6
Tingkat Post test Beda tingkat Kecemasan Sebelum dan
Kecemasan Frekuensi Persentase %
Sesudah Diberikan Terapi SEFT pada
Kecemasan 1 6,6
Berat
kelompok Intervensi yang Diukur pada
Kecemasan 5 33,4 Kelompok Kontrol
Sedang
Kecemasan 8 53,4
Ringan Kelompok Kontrol
Tidak Ada 1 6,6 Tingkat Kecemasan ϯ ϯ ρ
Kecemasan Berat 1 1
Jumlah 15 100 Sedang 5 5 0,317
Ringan 9 8
Sumber : Data Primer, 2019
Tidak ada kecemasan 0 1
Tabel 4 menunjukkan tingkat Jumlah 15 15
kecemasan responden sesudah α (0,05)
kelompok intervensi mendapatkan Sumber : Data Primer, 2019

perlakuan terapi SEFT yang di ukur Tabel 6 menyatakan bahwa tingkat


pada kelompok kontrol yaitu, berada kecemasan sebelum dan sesudah
level pada kecemasan ringan 8 orang diberikan terapi SEFT pada kelompok
(53,4%). intervensi yang di ukur pada kelompok
kontrol dengan hasil analisa wilcoxon
2. Analisa Bivariat ρ-value = (0,317) > α (0,05), artinya
Tabel 5 tidak ada perbedaan tingkat kecemasan
Beda tingkat kecemasan Sebelum pada kelompok kontrol.
Diberikan Terapi SEFT pada
Kelompok Intervensi yang Diukur Tabel 7
Antara Kelompok Kontrol dan Beda ingkat Kecemasan Sebelum dan
Kelompok Intervensi Sesudah Diberikan Terapi SEFT pada
Tingkat Kontrol Intervensi ρ kelompok Intervensi yang Diukur pada
Kecemasan ϯ % ϯ % Kelompok Intervensi
Berat 1 6,6 2 13,4
Sedang 5 33,4 4 26,6
Ringan 9 60 9 60 0,886 Kelompok Intervensi
Tidak ada 0 0 0 0 Tingkat Kecemasan Pre Post ρ
kecemasan Berat 2 0 0,003
Jumlah 15 100 15 100 Ringan 4 1
Sedang 9 8
α (0,05) Tidak ada 0 6
Sumber : Data primer, 2019 kecemasan
Jumlah 15 15
Tabel 5 menyatakan bahwa perbedaan
α (0,05)
tingkat kecemasan sebelum diberikan Sumber : Data Primer, 2019
terapi SEFT pada kelompok intervensi
Tabel 7 menyatakan bahwa tingkat mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu
kecemasan sebelum dan sesudah sebanyak 9 orang (60%). Data
diberikan terapi SEFT pada kelompok menunjukkan kecemasan ringan yang
intervensi dengan hasil analisa terjadi pada responden memiliki gejala
wilcoxon nilai ρ-value = (0,003) < α seperti ketegangan otot dan kelelahan.
(0,05), artinya ada perbedaan tingkat Perasaan cemas yang dirasakan oleh
kecemasan sebelum dan sesudah pasien kanker ketika menjalani kemoterapi
diberikan terapi SEFT. dapat berdampak buruk pada proses
pengobatan serta rehabilitasi secara medis
Tabel 8 maupun psikologi. Adaptasi seseorang
Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan diperlukan untuk mempersiapkan kondisi
Terapi SEFT pada Kelompok fisik dan psikologis selama pasien
Intervensi yang Diukur Antara menjalani pengobatan. Bintang (2012)
Kelompok Kontrol dan Kelompok dalam penelitiannya mengatakan bahwa
Intervensi kecemasan yang terjadi pada pasien kanker
Tingkat Kontrol Intervensi ρ yang menjalani kemoterapi bisa
Kecemasan F % F %
mengakibatkan pasien menghentikan
Berat 1 6,6 0 0
Sedang 5 33,4 1 6,6 kemoterapinya.
Ringan 8 53,4 8 53,4 0,021
Tidak ada 1 0 6 40
kecemasan
2. Keadaan tingkat kecemasan sesudah
Jumlah 15 100 15 100 perlakuan terapi SEFT pada kelompok
α (0,05) intervensi.
Sumber : Data Primer, 2019 Hasil penelitian pada 15 responden
Tabel 8 menyatakan bahwa perbedaan kelompok intervensi sesudah mendapatkan
tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi SEFT menunjukkan bahwa terdapat
terapi SEFT pada kelompok intervensi adanya penurunan tingkat kecemasan,
yang diukur antara kelompok kontrol yaitu 6 responden yang tidak mengalami
dan kelompok intervensi dengan hasil kecemasan (40%). Data menunjukkan
analisa mann whitney ρ-value = bahwa dari yang sebelumnya tidak ada
(0,0021) < α (0,05), artinya ada responden yang mengalami tidak ada
pengaruh SEFT terhadap penurunan kecemasan , sesudah diberikan terapi
tingkat kecemasan antara kelompok didapatkan penurunan kecemasan ke level
kontrol dan kelompok intervensi tidak ada kecemasan.
sesudah diberikan terapi. Kecemasan pada pasien ketika menjalani
kemoterapi dapat berdampak buruk pada
Pembahasan proses pengobatan serta rehabilitasi.
1. Keadaan tingkat kecemasan sebelum Kecemasan terjadi ketika seseorang
perlakuan terapi SEFT pada kelompok merasa terancam baik fisik maupun
intervensi. psikologis misalnya harga diri, gambaran
Hasil penelitian pada 15 responden diri dan identitas diri. Cemas berbeda
kelompok intervensi sebelum dengan rasa takut, karakteristik rasa takut
mendapatkan terapi SEFT menunjukkan adalah adanya suatu objek sumber yang
bahwa sebagian besar responden spesifik dan dapat di identifikasi serta
dapat dijelaskan oleh individu, sedangkan
kecemasan adalah kekhawatiran yang sebagai pembanding dari kelompok
tidak jelas menyebar, yang berkaitan intervensi.
dengan perasaan tidak pasti dan berdaya 5. Tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
(Stuart, 2012). diberikan terapi SEFT pada kelompok
3. Keadaan tingkat kecemasan sebelum intervensi yang di ukur pada kelompok
kelompok intervensi mendapatkan intervensi.
perlakuan terapi SEFT pada kelompok Hasil analisis pada tabel 4.6 yaitu
kontrol. keadaan tingkat kecemasan sebelum dan
Hasil penelitian pada 15 responden sesudah perlakuan terapi SEFT pada
kelompok kontrol sebelum mendapatkan kelompok intervensi yang diukur pada
terapi SEFT menunjukkan bahwa kelompok intervensi, menggunakan uji
sebagian besar responden mengalami Wilcoxon dengan nilai ρ-value = 0,003 <
tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak α (0,05) artinya ada perbedaan hasil
9 orang (60%). Data menunjukkan terapi SEFT terhadap penurunan tingkat
kecemasan ringan yang terjadi pada kecemasan pada pasien kemoterapi.
responden memiliki gejala seperti Hasil analisis tersebut membuktikan
ketegangan otot dan kelelahan. adanya penurunan tingkat kecemasan dari
Kecemasan tersebut dimanifestasikan sebelum diberikan terapi sampai sesudah
secara langsung melalui perubahan diberikan terapi pada kelompok intervensi
fisiologi seperti gemetar, berkeringat, yang di ukur pada kelompok intervensi,
detak jantung meningkat, nyeri abdomen, kemungkinan hasil ini dipengaruhi karena
sesak nafas dan perubahan perilaku diberikannya terapi SEFT pada kelompok
seperti gelisah bicara cepat, reaksi intervensi.
terkejut dan secara tidak langsung melalui Terapi Spiritual Emotional Freedom
timbulnya gejala seperti upaya untuk Tehnique (SEFT) menggunakan teknik
melawan kecemasan (Stuart, 2007). yang aman, mudah, cepat dan sederhana,
4. Keadaan tingkat kecemasan sesudah bahkan tanpa risiko, karena tidak
kelompok intervensi mendapatkan menggunakan alat atau jarum, hanya
perlakuan terapi SEFT pada kelompok dengan mengetuk ringan dibeberapa titik
kontrol. meridian tubuh. Terapi SEFT yang
Hasil penelitian pada 15 responden menggabungkan sistem energi tubuh
kelompok kontrol, sesudah kelompok (energy medicine) dan terapi spiritual
intervensi mendapatkan terapi SEFT yang digunakan sebagai salah satu teknik
yang di ukur pada kelompok kontrol terapi untuk mengatasi masalah
menunjukkan sebagian besar responden emosional dan fisik. Spiritual dalam
berada pada tingkat kecemasan ringan SEFT adalah doa yang diafirmasikan oleh
,yaitu sebanyak 8 orang (53,4%). klien pada saat akan dimulai hingga sesi
Hasil ini tidak berbeda dengan terapi berakhir, yaitu fase set-up, tune-
pengukuran awal tingkat kecemasan 30 in,dan tapping. Pada fase set-up, klien
menit sebelumnya, sama sama berada diminta untuk berdoa kepada Tuhan Yang
pada tingkat kecemasan ringan, Maha Esa dengan penuh rasa khusyu’,
kemungkinan hasil ini dipengaruhi karena ikhlas menerima dan kita pasrahkan
tidak diberikannya terapi SEFT, karena di kesembuhannya pada Tuhan Yang Maha
sini posisi kelompok kontrol hanya Esa. Pada fase set-up, di lakukan dengan
cara merasakan rasa sakit yang dialami, kelompok kontrol dan kelompok
lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa intervensi, menggunakan uji mann
sakit, dan secara bersamaan dibarengi whitney dengan hasil ρ-value = 0,886 > α
dengan hati dan mulut mengucapkan doa. (0,05), artinya tidak ada perbedaan antara
Bersamaan dengan tune-in ini dilakukan kelompok kontrol dan kelompok
fase ketiga yaitu tapping. Pada proses ini intervensi.
(tune-in yang dilakukan bersamaan Hasil analisis tersebut membuktikan
dengan tapping), yang akan menetralisir bahwa tidak ada perbedaan antara tingkat
emosi negatif atau rasa sakit fisik. Klien kecemasan kelompok kontrol dan
juga diminta mengucapkan doa dengan kelompok intervensi, hal ini disebabkan
kalimat tertentu ketika setiap titik-titik karena salah satu kelompok belum
meridian diketuk ringan selama tapping diberikan terapi sehingga tidak terdapat
(Zainuddin, 2012). penurunan tingkat kecemasan pada salah
satu kelompok.
6. Tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
diberikan terapi SEFT pada kelompok 8. Tingkat kecemasan sesudah diberikan
intervensi yang di ukur pada kontrol. terapi SEFT pada kelompok intervensi
Hasil analisis tabel 4.7 menyatakan yang di ukur antara kelompok kontrol dan
bahwa tingkat kecemasan sebelum dan kelompok intervensi.
sesudah diberikan terapi SEFT pada Hasil analis tabel 4.9 menyatakan bahwa
kelompok intervensi yang di ukur pada perbedaan tingkat kecemasan sesudah
kelompok kontrol menggunakan uji diberikan terapi SEFT pada kelompok
wilcoxon dengan nilai ρ-value = 0,317 > intervensi yang diukur antara kelompok
α (0,05) artinya tidak ada perbedaan kontrol dan kelompok intervensi,
tingkat kecemasan pada kelompok menggunakan uji mann whitney dengan
kontrol. hasil ρ-value = 0,021 < α (0,05), artinya
Hasil analisis tersebut membuktikan tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara
ada penurunan tingkat kecemasan dari kelompok kontrol dan kelompok
sebelum diberikan terapi sampai sesudah intervensi sesudah diberikan terapi.
diberikan terapi pada kelompok intervensi Hasil analisis tersebut membuktikan
yang diukur pada kelompok kontrol, bahwa ada pengaruh terapi SEFT
kemungkinan hasil ini dipengaruhi oleh terhadap tingkat kecemasan pasien
karena tidak diberikannya perlakuan kemoterapi yang diukur antara kelompok
terapi SEFT pada kelompok kontrol. kontrol dan intervensi. Hal ini
Karena kelompok kontrol hanya sebagai dikarenakan pada kelompok kontrol tidak
pembanding dari kelompok intervensi. diberikan terapi, sedangkan pada
7. Tingkat kecemasan sebelum diberikan kelompok intervensi diberikan terapi
terapi SEFT pada kelompok intervensi SEFT. Sehingga penurunan tingkat
yang di ukur antara kelompok kontrol dan kecemasan pada kelompok intervensi
kelompok intervensi dikarenakan karena pemberian terapi
Hasil analisis tabel 4.8 menunjukkan SEFT yang mampu menurunkan tingkat
bahwa perbedaan tingkat kecemasan kecemasan.
sebelum diberikan terapi SEFT pada Peran perawat sangat dibutuhkan untuk
kelompok intervensi yang diukur antara mengatasi kecemasan yang dialami
pasien agar kecemasan pasien tidak naik f. Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan
ketingkat yang lebih tinggi. Asuhan sebelum dan sesudah diberikan terapi
keperawatan yang diberikan tidak hanya SEFT pada kelompok intervensi yang
menyangkut dasar, tetapi juga kondisi diukur pada kelompok kontrol (ρ-value =
psikologis yang dialami oleh pasien. 0,317 > α (0,05)).
Untuk menurunkan tingkat kecemasan g. Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan
tersebut perawat dapat melakukan sebelum diberikan terapi SEFT pada
pemeriksaan psikologis dengan mengukur kelompok intervensi yang diukur antara
tingkat cemas, stress dan depresi pada kelompok kontrol dan intervensi (ρ-value
pasien kanker yang menjalani pengobatan = 0,886 > α (0,05)).
kemoterapi tanpa ada penundaan jalannya h. Ada perbedaan tingkat kecemasan sesudah
proses kemoterapi. Selain itu perawat diberikan terapi SEFT pada kelompok
juga dapat melakukan pendidikan intervensi yang diukur antara kelompok
kesehatan mengenai penyakit serta kontrol dan kelompok intervensi (ρ-value
pengobatan kemoterapi (Bintang, 2012). = 0,021 < α (0,05)).

KESIMPULAN Saran
Hasil penelitian dan pembahasan maka dapat Hasil dari kesimpulan maka dapat disarankan
di disimpulkan sebagai berikut: sebagai berikut :
a. Tingkat kecemasan sebelum perlakuan 1. Bagi Responden
terapi SEFT pada kelompok intervensi Penelitian ini berguna untuk menambah
yaitu pasien lebih banyak mengalami wawasan dan informasi yang dapat
kecemasan ringan 9 orang (60%). dibagikan untuk membantu menurunkan
b. Tingkat kecemasan sesudah perlakuan kecemasan para pasien yang menjalani
terapi SEFT pada kelompok intervensi kemoterapi, dan dapat digunakan sendiri
terdapat penurunan tingkat kecemasan dirumah untuk menurunkan tingkat
yaitu, pasien yang tidak mengalami kecemasan.
kecemasan sebanyak 6 orang (40%). 2. Bagi RSUD Ulin Banjarmasin
c. Tingkat kecemasan sebelum kelompok Diharapkan kepada pihak RSUD Ulin
intervensi mendapatkan perlakuan terapi Banjarmasin untuk dapat menjadikan
SEFT yang diukur pada kelompok kontrol terapi SEFT ini sebagai referensi tindakan
yaitu pasien lebih banyak mengalami asuhan keperawatan pada aspek terapi
tingkatan kecemasan ringan sebanyak 9 komplementer bagi pasien kanker yang
orang (60%). menjalani pengobatan kemoterapi untuk
d. Tingkat kecemasan setelah kelompok menurunkan tingkat kecemasan.
intervensi mendapatkan perlakuan terapi 3. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan
SEFT yang diukur pada kelompok kontrol Cahaya Bangsa Banjarmasin
yaitu pasien yang kecemasan ringan 8 Hasil penelitian ini dijadikan sebagai
orang (53,4%). referensi atau bahan pustaka, menambah
e. Ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum pengetahuan bagi mahasiswa
dan sesudah diberikan terapi SEFT pada keperawatan yang dapat diaplikasikan
kelompok intervensi yang diukur pada melalui tindakan asuhan keperawatan
kelompok intervensi. (ρ-value = 0,003 < α pada aspek spitual dalam menurunkan
(0,05)). kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Bintang, Y. A. (2012). Gambaran Tongkat


Kecemasan, Stress, dan Depresi Pada
Pasien Kanker yang Menjalani
Kemoterapi Di RSUP De. Hasan
Sadikin Bandung. Students e-Journal
Unpad.

Kartikawati. (2013). Awas!!! Bahaya Kanker


Payudara & Kanker Serviks (Edisi
Pertama). Bandung: Buku Baru.

Kementrian Kesehatan Republik Indoensia.


(2019, January 31). Depkes.go.id.
Dipetik May 19, 2019, dari Hari
Kanker Sedunia:
http://www.depkes.go.id/article/view/1
9020100003/hari-kanker-sedunia-
2019.html

Notoatmodjo, S. (2012). Metodolog


Penelitiani Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian Ilmu


Keperawatan : Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Stuart, G. (2007). Buku Saku Keperawatan


Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian


Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Zainuddin, A. F. (2012). Spriritual Emotional


Freedom Tehnique (SEFT). Jakarta: Afzan
Publishing

Anda mungkin juga menyukai