Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN DASAR VOLUME CAIRAN ELOKTROIT DI
SENOA RSAL DR. MIDIYATO SURATANI TANJUNG PINANG

DI SUSUN OLEH :

RESTY SELISKA S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

TANJUNGPINANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

I. Konsep Dasar Diare


A. Pengertian
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang bang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair. Bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (DEPKES 2011).
Menurut WHO diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistsensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
yang lebih dari biasanya, 3 kali sehari atau lebih mungkin dapat disertai muntah atau tinja
yang berdarah (Simatupang, 2014).
Jadi dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari tiga
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lender
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus (Titik Lestari, 2016).
1. Faktor Resiko
a) Muntah
b) Diare
c) Pengisapan lambung
d) Drainase/ sekresi dari luka/ fistula
e) Keringat berlebihan
2. Etiologi
a) Infeksi virus (rotavirus adenovirus. Bakteri (Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio),
cacing perut ( Ascariasis, Tichuris, Stongyloides dan jamur Candida).
b) Malabsorbsi : Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein.
c) Immunodefisiensi
d) Psikologis, rasa takut dan cemas
3. Klasifikasi
Kalsifikasi diare ada beberapa macam.Berdasarkan waktu, diare dibagi menjadi diare
akut dan diare kronik.Berdasarakan manifestasi klinis, diare akut dibagi menjadi disentri,
kolera dan diare kronik (bukan disentru maupun kolera).Sedangkan diare kronik dibagi
menjadi diare persisten dan diare kronik.
a) Diare akut
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti
secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula
menetap dan melanjut menjadi diare kronis.Hal ini dapat terjadi pada semua umur
dan bila menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis infantil.Penyebab tersering
pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.
Setiap diare akut yang disertai adarah atau lender dianggap disentri yang
disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki
manifesttasi klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras, bebau khas seperti
bayklin/sperma, umur anak lebih dari 3 tahun dan ada KLB dimana penyebaran
pertama pada orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan
disentri dan kolera dikelompokkankedlam diare akut.
b) Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selam 2 minggu atau
lebih.Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non
spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,virus, atau
parasit. Diare yang disebabkan oleh makanandisebut diare non spesifik.Berdasarakan
organ yang terkena, diare dapat diklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral dan
parenteral.
Diare persisten lebih ditunjukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14
hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih
ditunjukan untuk diare yang memiliki manefestasi klinis hilang-timbul, sering
berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14 hari,
umunya disebabkan oleh agrn non infeksi.
4. Tanda dan Gejala
a) Mual
b) Sakit perut
c) Kram
d) Kembung
e) Demam
f) Tinja cair atau sangat lunak
g) Buang air besar dengan kotoran cair atau lunak lebih dari 3 kali sehari.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang diakibatkan diare, antara lain :
a) Dehidrasi ringan hingga berat
b) Sepsis, infeksi berat yang bias menyebar ke organ lain..
c) Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang, yang dapat
mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
d) Ketidakseimbangan elektrolit karena eletrolit ikut terbuang bersama air yang keluar
saat diare , yang dapat ditadai dengan lemas, lumpuh, bingga kejang.
e) Kulit sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostic ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik :
a) Pemeriksaan tinja
1) Makrokopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya,
dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
b) Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan laboratorium darah
 Pemeriksaan laboratorium urine
Pemerikasaan laboratorium lanjutan yang akan dikerjakan apabila diare kronis :
 Foto rotgen, CT Scan dan MRI
 Pemeriksaan endoskopi bagian atas yaitu pemeriksaan menggunakan selang
kamera yang masuk melewati mulut dengan alat andoskop.
 Pemeriksaan endoskopi bagian bawah atau kolonoskopi, yaitu sama dengan
pemriksaan endoskopi untuk salurna cerna atas, hanya saj selang melewati dubur
(anus).
 Biospi, yaitu pemeriksaan untuk mengambil sampel jaringan
 Pemeriksaan pertandaan tumor
B. Anatomi dan Fisiologi
1. AnatomiFisiologi
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan orga aksesori, secara otomatis
saluran pencernaan atas dua bagian yaitu saluran pencernaan atas yang mulai dari mulut
sampai usus halus bagian distal, dan organ aksesori yang terdiri atas hati, kandung
empedu, dan pancreas.
a. Anatomi
Menurut Sodikin (2011) anatomi saluran pencernaan adalah sebagai berikut :

1) Mulut
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan.Mulut bi
batasi oleh dua sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus businatorus,
bagian atasnya terdapat palatum yang memisahkannya dari hidung
dan bagian atasfaring.
2) Lidah
Lidah tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya
dilapisi dengan membrane mukosa, lidah pada neonates relative
pendek dan lebar. Lidah menempati kavum oris dan melekat secara
laangsung pada epiglotis dalam faring.

3) Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa
kehidupan yang berbeda-beda. Selpertama adalah gigi primer
( gigi susu atau desidua), yang bersifat sementara dan tumbuh
melalui gusi selama tahun pertama dan tahun kedua kehidupan;
selanjutnya set kedua atau set permanen , menggantikan gigi
primer dan mulai tumbuh pada sekitar umur 6tahun.
4) Kerongkongan(Esofagus)
Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari
kartilago krikoid sampai bagian kardia lambung.Panjangnya
bertambah selama 3 tahun setelah kelahiran, selanjutnya kecepatan
pertumbuhan lebih lambat mencapai panjang dewasa yaitu 23-30
cm.
5) Lambung
Lambung dewasa ditemukan pada lambung fetus sebelum lahir.
Kapasitas dari lambung antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat
sampai sekitar 75 ml pada kehidupan minggu ke-2, sekitar 10 ml
pada bulan pertama, dan rata-rata pada orang dewasa kapasitasnya
1000 ml.
6) UsusKecil
Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum.Usus
kecil memiliki panjang 300-350 cm saat lahir, mengalami
peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan.

Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus kecil yaitu


sekitar 7,5-10 cm dengan diameter 1-1,5 cm.
7) UsusBesar
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon assenden, kolon
transversum, kolon denden dan kolon sigmoid.Panjang usus besar
bervariasi, berkisar sekitar ±180cm.
8) Hepar
Hati merupakan glandula paling besar dalam tubuh dan memiliki
berat ±1.300-1.500 gram.Hepar berwarna merah cokelat, sangat
vascular, dan lunak.
9) Pankreas
Pankreas terletak tranversal diperut bagian atas, antara duodenum
dan limpa dalam retroperitonium.
10) Peritonium
Peritonium merupakan membrane serosa yang tipis, licin, dan
lembab yang melapisi rongga peritoneum dan banyak organ perut
seperti cavum abdomen dan pelvis.
b. Fisiologi
Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas rangkaian proses memakan
(ingesti) dan sekresi getah pencernaan ke sistem pencernaan. Getah
pencernaan membantu pencernaan atau digesti makanan, hasil
pencernaan akan diserap ke dalam tubuh berupa zat
gizi.Prosessekresi,disgesti,danabsorbsiterjadisecara
berkesinambungan pada saluran pencernaan, mulai dari atas yaitu
mulut sampai ke rectum. Mastikasi merupakan proses pengunahan
atau pemecahan partikel makanan yang besatr oleh gigi dan
mencampur makanan, kemudian dilembapkan oleh glandula salivary
untuk membentuk bolus (massa berlapis saliva). Menelan (deglutisi)
merupakan suatu respon reflex yang disebabkan oleh impuls aferen di
dalanm nervus trigeminus, glosofaringeus dan vagus. Defekasi
sebagian bersifat reflex dan sebagian lain merupakan aktivitas
volunteer.
C. Kebutuhan Dasar Cairan Eletrolit
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Distribusi Cairan Tubuh
Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen, yaitu :
1) Cairan Ekstra Sel (CES)
(a) Cairan interstitial (C) : cairan diantara sel, sekitar 15% berat tubuh.
(b) Cairan intra vaskuler (CIV) : terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah,
menyususn, 5% berat tubuh.
2) Cairan intra sel (CS) : cairan dalam membrane sel, membentuk 40% berat tubuh.
3) Komposisi cairan tubuh
a) Elektrolit : senyama yang jika larut dalam air akan pecah menjadi ion dan
mampu membawa muatan listrik.
(a) Kation : elektrolit yang mempunyai muatan positif
(b) Anion : elektrolit yang mempunyai muatan negative
Elektrolit penting untuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam basa.
Elektrolit diukur dalam mEq/L
b) Mineral : Senyawa jaringan dan cairan tubuh, berfungsi dalam :
(a) Mempertahankan proses fisiologis
(b) Sebagai katalis dalam respon saraf, kontraksi otot, dan metabolism zat
gizi.
(c) Mengatur keseimbangan elektrolit dalam produksi hormone, menguatkan
struktur tulang
c) Sel : unit fungsional dasar dari jaringan tubuh, contohnya eritrosit dan
leukosit
d) Pergerakan cairan tubuh
1) Difusi
Yaitu proses dimana partikel berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke
daerah berkonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel dalam cairan
merata atau melewati membrane sel yang permeable. Contoh : gerakan
oksigen dari alveoli paru ke darah kapiler pulmoner.
2) Osmosis
Yaitu perpindahan pelarut melalui membrane semipermeabel dari larutan
dengan zat pelarut (solut) kosentrasi rendah kelarutan dengan solute
kosentrasi tinggi.Kecepatan osmosis bergantung pada kosentrasi solute, suhu
larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang
dikeluarkan larutan.Tekanan osmotik merupakan tekanan dengan kekuatan
untuk menarik air dan tekanan ini bergantung pada jumlah molekul didalam
larutan.Tekanan osmotic dipengaruhi oleh protein, khususnya albumin yang
mengahasilkan osmotic koloid atau tekanan onkotik.
3) Filtrasi
Yaitu proses gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik
tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Tekanan hidrostatik adalah
tekanan yang dibuat oleh berat cairan.Filtrasi penting dalam mengatir cairan
keluar dari arteri ujung kapiler.
4) Transport aktif
Memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energy untuk
menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel dari daerah
konsentrasi rendag atau sama ke daerah konsentrasi sama atau lebih besar.
e) Pengaturan cairan tubuh
1) Asupan cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus, yang berpusat di
hipotalamus. Air dapat diperoleh dari asupan makanan (buah, sayuran, dan
daging, serta oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan). Sekitar 220
ml air diproduksi setiap hari selama metabolism karbohidrat, protein, dan
lemak berlangsung.
2) Haluaran Cairan
Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal.Pada
cairan dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk
disaring dan memproduksi urine.Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dipengaruhi oleh hormone antideuretik (ADH) dan aldosterone.Kehilangan
air melalui kulit diatur oleh saraf simpatis, yang mengaktifkan kelenjar
keringat.
3) Hormon
Hormone utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah ADH dan aldosterone.AdH menurunkan produksi urine dengan cara
meningkatkan reabsosrbsi air oleh tubulus ginjal dan air akan dikembalikan
ke dalam volume darah sirkulasi. Aldosterone mengatur keseimbangan
natrium dan kalium, menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan
mengabsorbsi natrium, akibatnya air akan direabsorbsi dan diekembalikan ke
volume darah. Glukokortikoid mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
f) Pengaturan elektrolit
1) Kation
Kation utama, yaitu natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), dan
magnesium (Mg2+), terdapat didalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion
ini mempengaruhi transmis neurokimia dan neuromuscular, yang mpengaruhi
fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan dan perilaku, fungsi
saluran pencernaan, dan proses lain.
2) Anion
Anion utama adalah klorida Clon bikarbonat HCOlam cairan intrasel. Nilai
magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. magenesium terutama dieksresi melalui
mekanisme ginjal. Aliran eletrolit, dan asam basa.
2. Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa tercapai jika kecepatan tubuh memproduksi asam/basa
tersebut.Keseimbangan ini menhasilkan stabilnya kosentrasi hydrogen di dalam cairan
tubuh, yang dinyatakan sebagai nilai pH.pH merupakan skala untuk mengukur
keasaman atau alkali (basa) suatu cairan. Nilai pH arteri normal 7,35-7,45 nilai pH 7
berarti netral, pH ,7 berarti asam dan pH >7 berarti basa.
a) Pengaturan kimiawi
Ekskresi hydrogen dikendalikan oleh ginjal.
b) Pengaturan biologis
Hidrogem memiliki muatan positif dan harus ditukar dengan ion ion lain yang
bermuatan positif
c) Pengaturan fisiologis
1) Paru-paru
Apabila konsentrasi hidrogen berubah, paru-paru bereaksi untuk memperbaiki
ketidakseimbangan dengan mengubah frekuensi dan kedalaman pernapasan
2) Ginjal
Ginjal mengabsorbsi bikarbonat jika terjadi kelebihan asam dan
mengekskresikannya jika terjadi kekurangan asam. Ginjal menggunakan fosfat
untuk membawa hidrogen dengan mengekskresikan asam fosfat dan membentuk
asam basa. Ginjal mengubah amonia (NH3) menjadi ammonium (NH4+) dengan
mengikatnya pada hidrogen.
3. Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
a. Ketidakseimbangan cairan
1) Ketidakseimbangan isotonik
a) Kekurangan volume cairan
Kekurangan cairan, tetapi kadar elektrolit serum tidak berubah, terjadi
melalui gastrointestinal (muntah, diare), perdarahan, pemberian obat
diuretik, banyak keringat, demam, dan penurunan asupan per oral.
b) Kelebihan volume cairan
Kelebihan cairan tanpa disertai perubahan elektrolit serum, terjadi pada gagal
jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis.
c) Sindrome ruang ketiga
Sindrome terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke dalam suatu ruangan
tubuh sehingga cairan tersebut terperangkap di dalamnya. Obstruksi usus,
luka bakar dapat menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5-10 liter,
keluar dari ruang ekstrasel.
2) Ketidakseimbangan osmolar
a) Hiperosmolar (dehidrasi)
Kehilangan cairan tanpa disertai kehilangan elektrolit yang proporsional,
terutama natrium. Misalnya, asupan oral tidak cukup, lansia (penurunan
cairan intrasel, penurunan respons terhadap rasa haus, peningkatan proporsi
lemak tubuh), penurunan sekresi ADH (diabetes insipidus), deuresis osmotik,
pemberian formula/larutan hipertonik, yang meningkatkan jumlah solut dan
konsentrasi darah.
b) Hipoosmolar (kelebihan cairan)
Kelebihan cairan terjadi ketika asupan cairan berlebihan, sekresi ADH
berlebihan, sehingga terjadi pengenceran cairan ekstrasel disertai osmosis
cairan ke sel dan menyebabkan edema.
b. Ketidakseimbangan elektrolit
1) Ketidakseimbangan natrium Hiponatremia adalah konsentrasi natrium dalam
darah lebih rendah, terjadi saat kehilangan natrium atau kelebihan air.
Hiponatremia menyebabkan kolaps pembuluh darah dan syok.
Hipernatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah lebih tinggi, dapat
disebabkan oleh kehilangan air yang ekstrim atau kelebihan natrium.
2) Ketidakseimbangan kalium Hipokalemia adalah kalium yang bersikulasi
tidak adekuat, dapat disebabkan oleh penggunaan diuretik. Hipokalemia
dapat menyebabkan aritmia jantung. Hiperkalemia adalah jumlah kalium
dalam darah lebih besar, disebabkan oleh gagal ginjal.
3) Ketidakseimbangan kalsium Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar
kalsium serum. Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi kalsium
serum.
4) Ketidakseimbangan magnesium Hipomagnesemia terjadi ketika kadar
konsentrasi serum turun sampai di bawah 1,5 mEq/L, menyebabkan
peningkatan iritabilitas neuromuskular. Hipermagnesemia terjadi ketika
konsentrasi magnesium serum meningkat sampai di atas 2,5 mEq/L,
menyebabkan penurunan eksitabilitas sel-sel otot.
5) Ketidakseimbangan klrorida Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum
turun sampai di bawah 100 mEq/L, disebabkan oleh muntah atau drainage
nasogastrik/fistula, diuretik. Hiperkloremia terjadi jika kadar serum
meningkat sampai di atas 106 mEq/L.
c. Ketidakseimbangan asam basa
1) Asidosis respiratorik Asidosis respiratorik ditandai dengan peningkatan
konsentrasi karbon dioksida (PaCO2), kelebihan asam karbonat, dan
peningkatan hidrogen (penurunan pH).  Kebutuhan Dasar Manusia 2  15
Hal ini disebabkan oleh hipoventilasi akibat gagal napas atau overdosis obat,
sehingga cairan serebrospinalis dan sel otak menjadi asam, menyebabkan
perubahan neurologis.
2) Alkalosis respiratorik Alkalosis respiratorik ditandai dengan penurunan
PaCO2 dan penurunan konsentrasi hidrogen (peningkatan pH). Hal ini
disebabkan oleh penghembusan karbon dioksida berlebihan pada waktu
mengeluarkan napas atau oleh hiperventilasi, akibat ansietas atau asma.
3) Asidosis metabolik Asidosis metabolik diakibatkan oleh peningkatan
konsentrasi hidrogen dalam cairan ekstrasel, disebabkan oleh peningkatan
kadar hidrogen atau penurunan kadar bikarbonat.
4) Alkalosis metabolik Alkalosis metabolik ditandai dengan kehilangan asam
dari tubuh atau meningkatnya kadar bikarbonat, disebabkan oleh muntah,
gangguan asam lambung, menelan natrium bikarbonat.
4. Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
a. Usia
1) Bayi Proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar daripada proporsi air dalam
tubuh anak usia sekolah, remaja, atau dewasa. Namun, bayi memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami kekurangan cairan atau hiperosmolar karena
per kilogram berat tubuhnya akan kehilangan air yang lebih besar secara
proporsional.
2) Anak-anak Respons anak terhadap penyakit adalah demam yang dapat
meningkatkan kecepatan kehilangan air.
3) Remaja Perubahan keseimbangan cairan remaja perempuan lebih besar
karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus
menstruasi.
4) Lansia Risiko lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit mungkin berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan
ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urine. Selain itu jumlah total air
tubuh menurun seiring dengan peningkatan usia, penggunaan diuretik atau
laksatif
b. Ukuran Tubuh
Lemak tidak mengandung air, karena itu orang gemuk memiliki proporsi air
tubuh lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak cadangan lemak di dalam
payudara dan paha, sehingga jumlah total air tubuh wanita lebih kecil.
c. Temperatur Lingkungan
Lingkungan yang panas menyebabkan berkeringat, akibatnya tubuh kehilangan
cairan, sehingga kehilangan natrium dan klorida.
d. Gaya Hidup
1) Diit
Diit cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium, karbohidrat, lemak, dan
protein, membantu tubuh mempertahankan status cairan, elektrolit, dan asam
basa. Intake nutrisi tidak adekuat menyebabkan serum albumin menurun
sehingga cairan interstitiil tidak ke pembuluh darah, yang disebut udem.
2) Stres
Stres meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid, sehingga
menyebabkan retensi natrium dan garam. Selain itu, peningkatan sekresi
ADH akan menurunkan haluaran urine, sehingga meningkatkan volume
cairan.
3) Olah raga
4) Olah raga menyebabkan peningkatan kehilangan air melalui keringat, dan
mekanisme rasa haus membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan meningkatkan asupan cairan.
D. Penatalaksanaan Keperawatan ( Asuhan Keperawatan Teoritik)
1. Pengakajian
Menurut Doengoes (2010), anamnesa terhadap pasien diare dibagi menjadi:
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut:
1) Riwayat Perjalanan Penyakit
Riwayat perjalanan penyakit yang ditemukan adalah lamanya sakit/diare (biasanya baru
berlangsung 1-2 hari), frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali dalam sehari,
volume feses kurang lebih jumlahnya 250 mg dalam sehari, bau feses amis/busuk,
pasien panas, muntah, dan kejang, berat badan selama menderita diare cenderung
menurun. Untuk mengetahui berat badan dapat dilakukan dengan pemeriksaan
antropometri (tinggi badan, berat badan, lingkar kepala).

2) Data Subyektif
Data subyektif yang didapat yaitu pasien mengeluhkan Buang Air Besar (BAB) cair,
lemas, gelisah, mual muntah, anoreksia, badan panas, frekuensi BAB cair dalam sehari
lebih dari 3 kali, adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/minuman,
atau lingkungan, dan adanya kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan
terbuka, suka makan makanan pedas.

3) Data Obyektif
Data obyektif yang ditemukan yaitu mata cekung, ubun-ubun besar dan cekung, turgor
kulit kurang dan kering, lidah, bibir dan mukosa kering, konsistensi feses cair,
peningkatan suhu tubuh, penurunan BB, dan pasien tampak lemah dan lemas.
b. Pemeriksaan fisik
1. Kesadarannya composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis,
somnolen, dan kadang soporokomateus.
2. Keadaan umumnya sedang atau lemah
3. Tanda-tanda vital
Pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan tekanan darah menurun
(misal 90/40 mmHg), nadi cepat sekali (tachikardi), suhu terjadi peningkatan, respirasi
cepat jika terjadi dehidrasi akut dan berat karena adanya kompensasi asam basa.
4. Pemerisaan head to toe
Pada pemeriksaan head to toe penderita diare ditemukan ubun- ubun yang besar dan agak
cekung, rambut rontok atau merah karena malnutrisi, mata pada umumnya agak cekung,
mukosa kering, bibir pecah-pecah dan sianosis, lidah kering, tulang pipi biasanya
menonjol, dan wajah tampak lebih pucat, umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar
tiroid, dan dapat juga menimbulkan aritmia jantung
Temuan lain dapat dilihat dari pemeriksaan pada abdomen yaitu umumnya simetris, supel
tidak ada lesi, terdapat bunyi tympani (kembung), umumnya ada nyeri tekan bagian perut
bawah yaitu bagian usus dan dapat terjadi kejang perut, dan bising usus lebih dari 30
x/menit. Pada anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya, kekenyalan kulit
sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1-2 detik.
E. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang muncul
1. Kekurangan volume cairan
F. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL

Kekrangan 1. Menyeimbangkan 1. Kaji cairan yang disuki 1. Membuat klien


volume cairan volume airan sesuai klien dalam batas diet lebih kooperatif
dengan kebutuhan tubuh 2. Rencanakn target 2. Mempermudah
pemberian asupan
2. Terjdi peningkatan untuk memantau
cairan untuk setiap sif,
asupan caran minimal kondisi klien
misalnya : siang 100 ml.
2000 ml per hari 3. Pemahanan
Sore 800 ml dan malam
(kecuali ada kontrakasi) tentang alasan
200 ml
3. Mnjelaskan perlunya 3. Kaji pemahaan klien
tersebt membantu
meningkatkan asupan tentang alasan klien dalam
cairan pada saat stress/ mempertahankan hidrasi mengatasi
cuaca panas yang adekuat gangguan
4. Mempertahankan berat 4. Atat asupan per oral, 4. Unuk mengetahui
urine dalam batas minimal 1500 ml/24 perkembangan
normal jam status kesehatan
5. Pantau haluran cairan
5. Tidak menunjukkan klien
1000-1500 ml/24 jam.
tanda-tanda dehidrasi 5. Untuk mengontrol
6. Pantau berat jenis urine
asupan klien

G. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan :
Melaksanakaan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus menindentifikasi prioritas perawat klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksankan, memantau atau mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyediaan perawatan lainnya. Kemudian
dengan menggunakan data dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawat dalam tahap
proses keperawatan berikutnya.
H. Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya.
a. Diharapkan kebutuhan cairan klien terpenuhi secara normal

Anda mungkin juga menyukai