Anda di halaman 1dari 10

J. Tek. Ling Vol. 12 No. 1 Hal.

25 - 34 Jakarta, Januari 2011 ISSN 1441-318X

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BATUBARA BERSIH


BERWAWASAN LINGKUNGAN

Endang Suarna

Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi


Badan Pengkajian Penerapan Teknologi

Abstract

Coal has a very important role to meet energy demand in Indonesia, however, it is also the
dirtiest fuel among the fossil fuels. As coal utilization continues to increase, pollutants and
greenhouse gases emissions from the coal utilization also increase, that would lead to
environmental problems. Therefore, development of clean coal technologies for reducing
those emissions from coal utilization needs to be considered. The technologies are
intended to reduce the policy conflict between continuing coal utilization and protecting
environment potential by improving the effectiveness of control technologies and reducing
their costs. In addition, the technologies have higher efficiency that would impact on
conserving fuels that lead to reducing costs and extension of coal reserve availability.

Key words: coal, pollutants, greenhouse gases, technologies, costs

1. PENDAHULUAN

Batubara dikenal sebagai sumber pembangkit listrik dan industri. Semakin


energi atau bahan bakar fosil yang kotor, meningkatnya penggunaan batubara
sehingga penggunaannya diperkirakan tersebut diperkirakan akan menyebabkan
akan menyebabkan terjadinya pencemaran semakin meningkat pula emisi polutan
lingkungan. Namun semakin meningkatnya (bahan pencemar) seperti SO2, NOx, dan
kebutuhan energi dan semakin terbatasnya partikel yang dapat berdampak negatif
cadangan minyak sebagai sumber energi terhadap lingkungan; serta emisi gas
utama, pemanfaatan batubara untuk rumahkaca CO 2 yang berdampak pada
memenuhi kebutuhan energi primer tersebut pemanasan global
tidak dapat dielakan. Bahkan dalam delapan Polutan-polutan tersebut dipersalah-
tahun terahir, peranan batubara sebagai kan sebagai penyebab terjadinya kerusakan
sumber energi primer semakin meningkat, ekosistem yang berdampak bukan saja
dari terbesar ke empat setelah minyak, terhadap terganggunya kehidupan tumbuhan
biomasa, dan gas alam pada tahun 2000, dan hewan, tetapi juga terganggunya
menjadi terbesar ke dua setelah minyak dari kesehatan manusia. Sementara itu CO 2
total pasokan energi primer tahun 2008 1). merupakan gas rumah kaca utama yang
Pemanfaatan batubara sebagai sumber dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya
energi primer tersebut diperkirakan akan pemanasan global yang dapat berakibat pada
terus meningkat terutama untuk bahan bakar terjadinya perubahan iklim. Dampak lebih

Perkembangan Teknologi Batubara,... J.Tek. Ling. 12 (1): 25 - 34 25


lanjut dari pemanasan global tersebut adalah rata-rata 3,31 persen setiap tahun, sehingga
mencairnya es di kutub yang mengakibatkan kebutuhan energi tersebut meningkat dari
naiknya permukaan laut yang berakibat 0,99 milyar BOE (Barrel Oil Equivalent)
terhadap berkurangnya daratan bahkan pada tahun 2000, menjadi 1,29 milyar BOE
hilangnya pulau. Oleh karena itu dalam pada tahun 20081) seperti digambarkan pada
rangka optimalisasi pemanfaatan batubara Gambar 1.
dan mengurangi dampak lingkungan dari Sebagian besar dari kebutuhan energi
penggunaan batubara, pengembangan primer tersebut dipasok oleh minyak,
teknologi batubara bersih atau CCT (clean sedangkan sisanya dipenuhi oleh batubara,
coal technologies) perlu dipertimbangkan. biomasa, gas alam, tenaga air, dan panas
Pengembangan teknologi batubara bumi. Minyak masih merupakan sumber
bersih tersebut ditujukan untuk mengurangi energi primer yang utama, meskipun terjadi
konflik kebijakan antara meneruskan penurunan peranan (pangsa), yaitu dari
penggunaan batubara dengan melindungi 43,52 persen pada tahun 2000, menjadi
kualitas lingkungan melalui perbaikan 35,25 persen pada tahun 2008. Sebaliknya
efektivitas teknologi pengendalian dengan peranan batubara semakin meningkat,
pengurangan biaya. Pendekatan dasar dari yaitu dari pangsa hanya 9,42 persen atau
teknologi batubara bersih adalah mengurangi nomor empat terbesar setelah minyak,
emisi polutan atau bahan pencemar seperti biomasa, dan gas alam pada tahun 2000,
SOX, NOX, dan partikel debu. menjadi pangsa hampir 25 persen dari total
Penerapan teknologi batubara kebutuhan energi primer atau nomor dua
bersih tersebut juga berguna untuk terbesar setelah minyak pada tahun 2008 1).
mengembangkan sistem termal yang lebih
efisien, yaitu untuk memperoleh jumlah
energi yang sama, diperlukan input batubara
yang lebih sedikit, sehingga memperpanjang
ketersediaan sumber daya energi lebih
lama2). Berbagai macam teknologi batubara
bersih masih sedang dalam pengembangan
agar dapat menyediakan suatu metoda
yang memuaskan secara lingkungan dalam
penggunaan batubara terutama untuk
pembangkit listrik. Teknologi-teknologi
tersebut antara lain AFBC (atmospheric
fluidized bed combustion), PFBC (pressurized
fluidized bed combustion), FGD (flue-gas
desulfurization), SCR (selective catalytic Sumber:1).
reduction), dan IGCC (integrated gasification Gambar 1. Pasokan Energi Primer
combined cycle) 3). Menurut Sumber 2000-2008.

2. KEBUTUHAN ENERGI. Berdasarkan penggunaan batubara


dalam negeri, pembangkit listrik merupakan
Dalam waktu delapan tahun terahir, pengguna batubara yang utama, sedangkan
kebutuhan energi primer yang terdiri atas sisanya dipergunakan untuk industri yang
minyak mentah (crude oil), batubara, gas meliputi industri-industri semen dan keramik,
alam, tenaga air (hydropower), dan panas besi dan baja, kertas & pulp, dan industri
bumi (geothermal) di Indonesia dari tahun ke lainnya yang meliputi industri-industri
tahun meningkat terus dengan pertumbuhan tekstil, gula, bata, dan genteng seperti

26 Suarna, E, 2011
diperlihatkan pada Gambar 2. Dalam Penggunaan batubara untuk
delapan tahun terahir, yaitu dari tahun 2000 pembangkit listrik meningkat dengan
sampai dengan 2008, penggunaan batubara pertumbuhan rata-rata hampir 11 persen
di Indonesia, baik untuk pembangkit listrik per tahun, sehingga penggunaan batubara
maupun industri meningkat terus dengan untuk pembangkit tersebut meningkat lebih
pertumbuhan rata-rata lebih dari 15 persen dari dua kalinya, yaitu dari 13,72 juta ton
per tahun, sehingga penggunaan batubara pada 2000 menjadi 31 juta ton pada 20081).
meningkat lebih dari tiga kali lipat dari 22,34 Penggunaan batubara pada pembangkit
juta ton menjadi 69,11 juta ton. Penurunan listrik tersebut diperkirakan akan meningkat
peranan minyak dan peningkatan peranan sesuai dengan rencana pengoperasian
batubara tersebut didorong oleh adanya PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) baru
program pengurangan minyak dengan berbahan bakar batubara yang diproyeksikan
memacu program diversifikasi energi oleh mencapai 83 juta ton batubara pada tahun
pemerintah untuk lebih menggunakan 2010. Pada Juni 2008, PT. PLN (Persero)
batubara dan gas terutama untuk sektor telah menanda tangani kesepakatan untuk
industri dan pembangkit listrik, karena pengembang-an 29 buah projek PLTU
cadangan minyak yang semakin terbatas. batubara dengan kapasitas total 8.718 MW,
di luar target sebesar 9.816 MW projek
kesepakatan yang telah ditanda tangani dan
9 projek (6.672 MW) yang sedang dalam
tingkat konstruksi 4).
Pengguna batubara yang cukup besar
lainnya adalah pabrik semen, pada tahun
2008 penggunaan batubara untuk bahan
bakar pabrik semen mencapai 6,84 juta
ton, atau meningkat dengan pertumbuh-an
rata-rata sekitar 15 persen per tahun dari
tahun 2000 yang mencapai 2,23 juta ton 1).
Penggunaan batubara untuk pabrik semen
tersebut juga diperkirakan akan meningkat
terus, sesuai dengan rencana peningkatan
jumlah pabrik produsen dan kapasitas
ataupun rencana pembuatan pabrik baru.
Semen Gresik Group merencanakan
membangun 10 unit PLTU batubara baru
dengan total kapasitas 410 MW pada tahun
2010 yang meliputi pabrik-pabrik Semen
Gresik di Tuban, Semen Tonasa di Makassar,
Semen Padang di Padang, serta pabrik
semen baru di Jawa dan Sulawesi Selatan 4).

3. DAMPAK LINGKUNGAN
PENGGUNAAN BATUBARA

Sumber: 1). Batubara merupakan bahan bakar


Gambar 2. Penggunaan Batubara fosil yang paling kotor, sehingga semakin
Domestik menurut Pengguna meningkatnya penggunaan batubara
Tahun 2000 & 2009 tersebut perlu mendapat perhatian mengenai

Perkembangan Teknologi Batubara,... J.Tek. Ling. 12 (1): 25 - 34 27


dampak lingkungan akibat emisi bahan Tabel 1. Faktor Emisi dari Pembangkit
pencemar (polutan) seperti SO2, NOX, dan Listrik Berbahan Bakar Fosil.
SPM (Suspended Particulate Matters),
maupun emisi gas rumahkaca CO2 Tingkat Koefisien Emisi (ton/
kekotoran batubara atau emisi bahan Jenis Pembangkit TWh)
pencemar dari penggunaan batubara SO2 NOX SPM
tersebut dapat diekspresikan sebagai PLTU-Batubara 400MW
koefisien emisi (emission coefficient) atau -Batubara Bukit Asam 4.740 4.560 731
faktor emisi (emission factors), yaitu nilai
-Batubara Kalimantan 4.340 4.560 666
rata-rata yang berkaitan dengan jumlah
polutan dengan aktifitas teknologi energi5)
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. PLTU-Batubara 600MW
Ta b el t e r s e b u t m e m p e r l i h a t k a n - Batubara Bukit Asam 4.360 4.390 670
bahwa pembangkit listrik tenaga uap yang - Batubara Kalimantan 3.990 4.190 612
berbahan bakar batubara (PLTU-batubara)
mengeluarkan emisi-emisi SO2, NOX, dan
SPM (Suspended Particulate Matters) PLTU -Minyak
paling besar dibandingkan dengan emisi- .- Minyak bakar, 11.700 2.320 288
emisi polutan tersebut yang dikeluarkan Indonesia
oleh pembangkit listrik yang berbahan
bakar gas maupun minyak. Pengeluaran
Pembangkit Listrik-Gas
emisi-emisi polutan tersebut ke atmosphir
diperkirakan dapat mengakibatkan - Gas combined cycle 0 1.790 0
pencemaran lingkungan yang langsung - Gas turbine 0 2.670 0
maupun tidak langsung dapat berakibat
terhadap terganggunya ekosistem termasuk PLTG Minyak
manusia dan lingkungannya.
- Minyak Diesel, 2.460 4.560 104
Dampak lingkungan dari emisi
polutan tersebut antara lain; emisi SO 2 Indonesia
dipersalahkan sebagai salah satu polutan
yang bertanggung jawab terhadap terjadinya Gen Set Diesel
hujan asam yang dapat merusak hutan dan - Minyak Diesel, 2.010 8.640 324
tanaman, serta pengasaman danau dan
Indonesia
sungai sehingga tak mampu menopang
kehidupan air. Emisi NO X mempunyai Sumber: 5).
kontribusi terhadap terganggunya ekosistem
yang berupa sifat kimia air dan tanah yang Selain mengandung polutan, batubara
menyebabkan kematian hewan air, serta juga mempunyai faktor emisi karbon (Carbon
menghambat pertumbuhan tanaman. NOX Emission Factor) yang paling tinggi di antara
juga dapat menyebabkan penyakit yang faktor emisi karbon dari sumber-sumber
berhubungan dengan pernafasan bagi energi fosil lainnya. Tingginya faktor emisi
manusia, seperti asthma, emphhysema, karbon dari batubara mengindikasikan bahwa
dan bronchitis pada manusia. Sementara itu penggunaan batubara juga mengeluar-kan
dampak SPM bergantung pada jumlah dan emisi gas rumahkaca CO2 yang tinggi. Faktor
komposisi kimianya, selain dapat berdampak emisi karbon batubara bituminous adalah
terhadap fungsi pernafasan manusia, juga 25,8 ton carbon untuk setiap TJ (Teta=1012
dapat berpengaruh terhadap terganggunya Joule) produksi energi, sedangkan faktor
pertumbuhan tanaman 5). emisi karbon dari minyak diesel adalah

28 Suarna, E, 2011
20,2 ton karbon per TJ, dan faktor emisi atau dipergunakan, batubara tersebut
gas alam adalah 15,3 ton karbon per TJ6). perlu dicuci atau dibersihkan terlebih
Peningkatan emisi gas rumahkaca CO 2 dahulu. Tujuan utama dari proses pencucian
di atmosfir diperkirakan akan menyebab- sebelum pembakaran tersebut adalah
kan terjadinya pemanasan global yang untuk mengurangi atau menghilangkan
berdampak terhadap melelehnya es di kutub kotoran terutama kandungan sulfur yang
yang berakibat terhadap naiknya permukaan secara organik tidak terikat pada batubara.
laut yang menyebabkan berkurangnya Pencucian batubara tersebut juga dapat
luas daratan, hilangnya pulau kecil, serta memperbaiki kandungan panas, sehingga
terjadinya banjir dan cuaca ekstrim 5). dapat meningkatkan efisiensi pembangkitan3).
Proses pembersihan batubara tersebut
4. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI secara luas dapat mengurangi emisi sulfur
BATUBARA BERSIH. secara berarti dari pembakaran batubara 7).
Secara tradisional, teknologi pem-
Berdasarkan dampak lingkungan oleh bersihan batubara sebelum pembakaran
emisi gas buang dari penggunaan batubara, tersebut terdiri atas dua cara, yaitu
dan tidak terhindarinya pemanfaatan batubara pembersihan secara fisik (physical cleaning)
untuk memenuhi kebutuhan energi yang dan pembersihan secara kimia (chemical
semakin meningkat, penerapan teknologi cleaning). Sementara itu, cara baru dari
pengurangan emisi polutan dari penggunaan teknologi pembersihan batubara tersebut
batubara tersebut perlu dipertimbangkan. adalah pembersihan batubara secara biologi
Teknologi tersebut biasa disebut sebagai (biological cleaning) yang berkembang
teknologi-teknologi batubara bersih atau sejalan dengan kemajuan tehnik mikroba
Clean Coal Technologies (CCT). Teknologi dan enzym untuk mengeluarkan sulfur dan
tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan abu dari batubara 7). Secara rinci teknologi-
tingkat proses produksi energi pada saat teknologi sebelum pembakaran tersebut
penerapannya, yang meliputi teknologi- adalah sebagai berikut.
teknologi precombustion; combustion; dan
post-combustion; serta coal conversion. 4.1.1. Physical Cleaning
Dalam precombustion technologies, sulfur
dan semua kotoran bahan pencemar dibuang Physical cleaning atau pembersihan
sebelum batubara dibakar. Pada combustion batubara secara fisik sebelum pembakaran
technologies, tehnik-tehnik yang menerapkan dilakukan dengan cara memecahkan
pencegahan terjadinya emisi polutan dalam batubara ke dalam bongkahan yang
boiler ketika sedang terjadinya proses lebih kecil, kemudian batubara tersebut
pembakaran. Sementara itu postcombustion dipisahkan dari kotoran seperti partikel-
technologies, gas buang yang ke luar dari boiler partikel tanah, batu, dan pyrit dengan cara
diberi perlakuan untuk dikurangi kandungan dicuci. Kotoran tersebut dapat dipisahkan
polutannya. Terahir, coal conversion, yaitu dari batubara didasarkan pada perbedaan
pengubahan batubara ke dalam bentuk kerapatan atau karakteristik fisik lainnya.
gas atau cair yang dapat dibersihkan dan Proses pembersihan fisik tersebut hanya
dipergunakan sebagai bahan bakar. dapat membersihkan batubara dari kotoran
yang secara organik atau kimia tidak
4.1. Teknologi Sebelum Pembakaran terikat pada batubara seperti partikel
(Precombustion). tanah, batu, dan pyrite (pyritic sulfur).
Metoda pembersihan batubara secara
Batubara dikenal sebagai bahan bakar fisik tidak bisa menghilangkan sulfur yang
fosil yang kotor, sehingga sebelum dibakar secara organik terikat dengan batubara,

Perkembangan Teknologi Batubara,... J.Tek. Ling. 12 (1): 25 - 34 29


juga tidak bisa membuang nitrogen dari pembakaran merupakan cara menghilangkan
batubara. Pembersihan batubara secara bahan pencemar dari batubara ketika batubara
fisik diperkirakan dapat membuang 30-50% tersebut sedang dibakar. Hal tersebut dapat
dari pyritic sulfur dan sekitar 60% dari abu dicapai melalui pengendalian parameter
mineral dalam batubara 3 & 7). pembakaran seperti bahan bakar, udara
Sekarang ini masih sedang dikembangkan atau oksigen, dan temperatur. Beberapa
metoda pembersihan batubara secara tehnik dipergunakan untuk menghilang-kan
fisik yang lebih maju yang lebih efisien. emisi SO2 atau membatasi NOx pada saat
Peningkatan efisiensi dengan metoda baru pembakaran yang secara ber-samaan dapat
tersebut dapat dicapai melalui penghancuran juga memperbaiki efisiensi panas.
batubara menjadi butiran yang lebih halus
lagi, sehingga lebih banyak lagi piryte dan 4.2.1 Furnace Sorbent Injection (FSI).
kotoran lainnya dilepaskan dari batubara.
Pemanasan batubara (coal thermal treatment) FSI adalah suatu teknik sederhana untuk
dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan menghilangkan sulfur melalui penginjeksian
air dan memodifikasi karakteristik permukaan bahan penghisap (sorbent) seperti kapur
untuk menghindari reabsorption (penyerapan ke dalam tungku (furnace) pembakaran
kembali). Proses tersebut diharapkan dapat batubara, sehingga hasilnya bereaksi
memisahkan sampai 90 persen pyritic sulfur untuk membentuk calsium sulfat (CaSO4)
dari batubara di masa datang 3). yang kemudian dikumpulkan bersama abu
terbang (fly ash) di dalam alat pengendalian
4.1.2. Chemical/Biological Cleaning partikel. FSI dengan penginjeksian kapur
tersebut dapat menghilangkan 35 sampai
Chemica/biological cleaning adalah dengan 55% SO2 3).
pembersihan batubara secara kimia maupun Masalah utama dalam pengembangan
biologi yang dilakukan untuk menghilangkan teknologi ini secara komersial antara lain
kotoran yang terikat secara organik (organic pengelolaan jumlah reaktif, tingginya limbah
sulfur) pada batubara. Pembersihan alkaline (sorben yang bercampur dengan
batubara secara kimia yang menunjukkan abu); serta dampak dari tambahan jumlah
hasil menjanjikan adalah molten caustic limbah dan perubahan karakteristik flue
leaching. Tehnik tersebut memakai suatu gas pada peralatan pengendalian partikel.
bahan kimia natrium atau kalium panas Peralatan tersebut dapat ditingkatkan
yang dapat melumerkan sulfur dan bahan unjuk kerjanya dengan menggunakan
mineral lainnya dari batubara. Sementara itu humidification (pelembaban) dari campuran
pembersihan batubara secara biologi adalah flue-gas dan sorbent. Keuntungan utama
suatu cara pembersihan batubara dari cara FSI adalah rendahnya biaya investasi
kotoran organic sulfur dengan menggunakan (capital cost), yaitu sekitar US $60 sampai US
bakteri atau enzym untuk ”memakan” sulfur $100 per kilowatt. Namun biaya keseluruhan
dalam batubara tersebut. Para ilmuwan pembuangan sulfur dengan cara ini lebih
optimis bahwa menghilangkan sulfur sampai tinggi daripada biaya yang sama melalui flue
90 persen dapat membuat keekonomian gas desulfurization (FGD) atau clean coal
pembersihan batubara secara biologi lebih technology lainnya 3).
memungkinkan di masa datang 3 &7).
4.2.2 Atmospheric Fluidized Bed
4.2. Teknologi Selama Proses Combustion (AFBC).
Pembakaran (Combustion).
AFBC adalah suatu teknologi yang
Pembersihan batubara pada saat maju untuk boiler pada sektor industri

30 Suarna, E, 2011
(dengan kapasitas pembangkitan 10 sampai seperti pembersihan gas untuk mengurangi
dengan 25 MW). Sekarang ini teknologi emisi-emisi SO2 dan NOx, serta partikel debu
tersebut sedang dikembangkan untuk boiler (pada beberapa kasus) secara simultan dari
utilitas yang membangkitkan 75 sampai cerobong masih sedang dikembangkan.
dengan 350 MW. Beberapa unit teknologi ini Teknologi-teknologi batubara bersih tersebut
masih sedang dikembangkan dalam skala antara lain sebagai berikut.
demonstrasi di Amerika Serikat.
Proses ini dapat mengurangi 4.3.1 Flue-gas Desulfurization (FGD).
pembentukan NOx dan membuang sampai 90
persen emisi SO2. Namun sebagaimana FSI, Tehnik FGD menggunakan kapur atau
AFBC juga menghasilkan limbah tambahan batu kapur sebagai alkaline sorbent untuk
yang sulit untuk ditangani dalam peralatan ”menggosok” SO2 dari emisi pada utililitas.
pengendalian partikel yang ada. Sementara itu Pada ”FGD basah”, sorbent terdapat dalam
biaya investasi teknologi AFBC masih sangat slurry yang berhubungan dengan flue gas
mahal, yaitu sekitar US $1500 per kilowatt 3). dalam bejana reaksi di bagian bawah alat
pengendalian partikel. Gas yang bersih
4.2.3 Pressurized Fluidized Bed mengalir dan biasanya harus dipanaskan
Combustion (PFBC). kembali sebelum dilepas ke atmosfir untuk
mengurangi karat pada cerobong dan
PFBC mempunyai prinsip yang sama memperoleh dispersi yang paling halus.
dengan AFBC, kecuali boilernya dioperasikan di Sementara itu, pada ”FGD kering”, bejana
bawah tekanan 10 atmosfir. Peningkatan energi reaksi ditempatkan pada bagian atas alat
dari gas yang ke luar dapat menggerakan pengendali partikel. Slurry kapur mengering
gas turbin maupun steam turbin, potensial sebagai reaksi dengan gas cerobong yang
mendorong efisiensi pembangkitan sampai panas, dan hasil cairan dikumpulkan pada
lebih dari 40 persen Pengembangan system bejana reaksi dan dalam alat pengendali
tersebut dengan menggunakan advance partikel.
cycle diharapkan dapat meningkatkan efisiensi Perbaikan tehnik FGD seperti jet
energi di atas 45 persen3). bubbling reactor yang dipergunakan dalam
Unit kecil PFBC cocok dibangun pada proses Chiyoda CT-121 untuk dipergunakan
daerah yang mempunyai keterbatasan ruang di lokasi ruang yang terbatas sudah mencapai
lokasi dan pengaturan konstruksi. PFBC masih 90 sampai dengan 95 persen pembuangan
dikembangkan dalam taraf demonstrasi, seperti SO2. Biaya investasi sistem FGD ini bervariasi
pengembangan PFBC dengan kapasitas antara lain bergantung kandungan sulfur dan
terpasang antara 70 sampai dengan 80 ukuran boiler. Biaya investasi (retrofit pada
MW di Swedia, Spanyol, dan USA3). Jepang pembangkit berkapasitas 300 MW) dari FGD
sudah mulai membangun PFBC dengan unit konvensional diperkirakan berkisar antara
kapasitas yang lebih besar lagi, yaitu 360 MWe US $170-250 per kilowatt. Perbaikan sistem
di Karita, dan 250 MWe di Osaki2). Teknologi ini telah menghemat 20 sampai dengan 50
PFBC tersebut juga dapat dikatakan masih persen dari biaya investasi dan 20 sampai
terhitung mahal dengan biaya investasi sekitar 40 persen dari biaya operasi dari sistem FGD
US $1400 per kilowatt 3). konvensional 3).

4.3. Teknologi Sesudah Proses 4.3.2. Regenerable Flue-gas


Pembakaran (Postcombustion). Desulfurization Systems.

Semua teknologi-teknologi baru yang Sistem ini menggunakan berbagai


diterapkan sesudah proses pembakaran macam prinsip fisik dan kimia dan umumnya

Perkembangan Teknologi Batubara,... J.Tek. Ling. 12 (1): 25 - 34 31


memperoleh sulfur hasil samping (yang bentuk padat ke bentuk lainnya seperti
terbuang) sebagai konsentrat SO2, asam gas, maupun cair. Teknologi-teknologi
sulfur, atau elemen sulfur. Pemanfaatan tersebut masih dalam taraf percobaan
hasil samping SO2 tersebut sebagian dapat dan pengembangan. Teknologi-teknologi
dikonpensasikan untuk tingginya biaya pengembangan proses konversi batubara
investasi dari regenerable FGD. Keuntungan tersebut antara lain sebagai berikut.
utama dari system ini adalah tidak adanya
produksi limbah dan sedikit limbah cair, serta 4.4.1 Integrated Gasification
sedikitnya bahan penghisap (sorbent) yang Combined Cycle (IGCC).
dibutuhkan. Meskipun .proses tersebut dapat
mencapai efisiensi pembuangan SO2 sampai IGCC merupakan teknologi pembangkit
95 persen, tapi system tersebut memerlukan listrik batubara yang ramah lingkungan.
biaya kapital atau investasi yang tinggi, yaitu Teknologi tersebut merupakan kombinasi
30 sampai 50 persen lebih tinggi daripada gasifikasi batubara yang terintegrasi yang
biaya system FGD konvensional 3). merupakan paduan dua tahapan proses,
yaitu teknologi gasifikasi batubara (coal
4.3.3 Selective Catalytic Reduction gasification) yang menggunakan batubara
(SCR). untuk membuat gas sintetis (syngas); dan
teknologi combined cycle yang merupakan
Teknik ini menjadi pusat perhatian methode paling efisien untuk memproduksi
sebagian besar penelitian dan demonstrasi listrik. Pertama, gasifikasi batubara
pengendalian NOx setelah pembakaran. mengubah batubara ke bentuk gas melalui
Tehnik ini mempergunakan ammonia, oksidasi parsial. Gas tersebut dikenal
sebagai zat pengurang (reducing agent) sebagai gas sintesis atau syngas yang terdiri
yang diinjeksikan ke aliran gas di cerobong atas karbon monoksida (CO) dan hydrogen.
dalam suatu katalist antara boiler dan Gas tersebut didinginkan dan komponen
pemanas udara. Tehnik SCR tersebut dapat yang tidak diinginkan seperti karbon dioksida
mengurangi emisi NOx di atas 80 sampai (CO2) serta sulfur dibuang
dengan 90 persen. Pemasangan SCR pada Pada tahapan kedua, gas yang telah
PLTU batubara di Jepang dan Eropa dapat bersih dari kotoran tersebut dibakar dalam
membuang 60 sampai 80 persen dari NOx. gas turbine konvensional untuk memproduksi
dan meninggalkan residu emisi ammonia energi listrik, dan gas buang panas yang
lebih kecil dari 5 ppm. Biaya investasi system diperoleh diperguna-kan untuk mendidihkan
ini di Eropa diperkirakan rata-rata US $125 air, sehingga diperoleh uap untuk turbine
per kilowatt. Biaya tersebut relatif sama uap yang juga memproduksi energi
dengan perkiraan EPRI (Electric Power listrik. Secara umum IGCC mempunyai
Research Institute) di Amerika Serikat, yaitu beberapa keuntungan, antara lain; dapat
antara US $100 sampai dengan US $125 meningkatkan efisiensi panas hampir 50
per kilowatt. Sementara itu, biaya operasi persen yang berakibat pada penghemat-
system SCR di Amerika Serikat maupun an pasokan bahan bakar dan rendahnya
Jepang diperkirakan antar 0,4 sampai 0,9 emisi polutan SOX dan NOX, maupun emisi
cent dollar per kilowatt hour 3). gas rumahkaca CO2, serta berkurangnya
produksi limbah padat. Oleh karena itu,
4.4. Konversi Batubara. IGCC dapat mengurangi sampai 99 persen
sulfur, dan emisi NOx sampai di bawah
Teknologi batubara bersih lainnya 50ppm 8).
adalah teknologi konversi batubara yang Beberapa unit demontrasi dari IGCC,
mengubah terlebih dahulu batubara dari sebagian besar berkapasitas 250 MWe

32 Suarna, E, 2011
sudah beroperasi di Eropa dan Amerika dilakukan oleh Wakamatsu Laboratory,
Serikat, yaitu IGCC yang berkapasitas 235 Technology Development Center of Electric
MWe di Buggenum, Belanda yang mulai Power Development Co. Ltd., di Jepang 12).
beroperasi pada tahun 1993 dan IGCC Biaya investasi IGFC tersebut diperkirakan
yang berkapasitas 330 MWe di Puertollano, antara US $1443 sampai dengan US $1667
Spanyol. Sementara itu IGCC plant di per kilowatt 13).
Amerika Serikat terdapat di Wabash River,
Indiana; Polk Power dekat Tampa, Florida, 5. KESIMPULAN
dan Pinon Pine, Nevada 9). Skala demontrasi
unit IGCC plant lainnya di Amerika Serikat • Kebutuhan energi dari tahun ke
adalah IGCC yang berkapasitas 100 MW tahun semakin meningkat,. Sebagian besar
di Cool Water, California yang telah selesai dari kebutuhan energi tersebut dipenuhi
dibangun sejak tahun 1989 6). Selain itu, oleh minyak, sedangkan sisanya dipenuhi
sejak September 2007 Jepang juga sudah oleh sumber energi lainnya yaitu batubara,
mengoperasikan unit demontrasi IGCC yang biomasa, gas alam, tenaga air, dan panas
berkapasitas 250 MW di Nakaso 9). bumi.
Berdasarkan US Coal, American
Energy Review 2005, biaya investasi dari • Berdasarkan ketersediaan sumber-nya,
IGCC tersebut masih mahal, diperkirakan batubara merupakan sumber energi yang
mencapai US$1,6 juta per megawatt paling potensial untuk menggantikan
kapasitas, dibandingkan dengan biaya peranan minyak sebagai sumber energi
investasi untuk pembangkit listrik batubara yang utama untuk pembangkit listrik dan
konvensional yang hanya US $1 juta per sektor industri.
megawatt kapasitas 10). Perkiraan tersebut
tidak berbeda dengan perkiraan Electrical • Semakin meningkatnya penggunaan
Power Research Institute (EPRI) di Amerika batubara diperkirakan akan me-
Serikat, yaitu US $1610 per kilowatt 11). nyebabkan semakin meningkat pula
emisi polutan (bahan pencemar) seperti
4.4.2 Integrated Gasification Fuel Cell SO2, NOX, dan partikel debu, maupun
(IGFC) emisi gas rumahkaca CO2 yang dapat
. berdampak negatif terhadap lingkungan,
Teknologi ini menggunakan gas sintetis yang meliputi antara lain terganggunya
(syngas) yang diproduksi oleh gasifier untuk kesehatan manusia, kerusakan
menggerakan molten carbonate fuel cell ekosistem, dan pemanasan global (global
untuk turbine pembakaran, sehingga mampu warming).
berpotensi meningkatkan seluruh efisiensi di • Pengembangan teknologi batubara
atas 45 persen. Bersama gas pembakaran bersih (Clean Coal Technologies)
panas yang bersih, perpaduan kimia dan dalam pemanfaatan batubara perlu
panas yang oprtimal dari fuel cell dan catalytic dipertimbangkan, sehingga sumber energi
gasifier dapat meningkatkan efisiensi batubara dapat dimanfaatkan secara
pembangkitan lebih tinggi lagi bahkan bisa optimal pada masa mendatang tanpa
mencapai lebih dari 55 sampai dengan 60 kekhawatiran terjadinya peningkatan
persen. Oleh karena itu, teknologi tersebut emisi polutan dan gas rumahkaca yang
akan memerlukan gasification dan pem- berdampak negatif terhadap lingkungan.
bersihan gas pada temperature mendekati
temperature pengoperasian 1.300o F (704o • Sebagian besar dari tantangan dari
C) dari molten carbonate 6). Teknologi ini pengembangan teknologi batubara bersih
masih dalam skala pilot plant seperti yang terletak pada komersialisasi teknologi

Perkembangan Teknologi Batubara,... J.Tek. Ling. 12 (1): 25 - 34 33


tersebut, sehingga penggunaan batubara 6. ---------(1966). Greenhouse Gas Inventory
masih tetap dapat bersaing secara Wo r k b o o k . R e v i s e d 1 9 9 6 I P C C
ekonomi meskipun harus dikeluarkan Guidelines for National Greenhouse
biaya untuk menghilangkan emisi polutan Gas Inventories. Volume 2. Edited by
maupun emisi gas rumahkaca. J.T. Houghton, L.G.Meira Filho, B. Lim,
K. Treanton, I. Mamaty, Y. Bonduki, D.J.
DAFTAR PUSTAKA Griggs and B.A. Callander.
7. Speight, J.G. (1994). The Chemistry
1. --------- (2009). Handbook of Energy & and Technology of Coal. CD & W Inc.,
Economic Statistics of Indonesia 2009. Laramie, Wyoming USA. ISBN 0-8247-
Center for Data and Information on 7200-9.
Energy and Mineral Resources. Ministry 8. Simento, N. (2008). IGCC Power
Energy and Mineral Resources. Generation.( www.ccsd.biz).
2. --------- (2009). Clean Coal Technologies. 9. http://sangfuehrer.blogspot.com.
International Energy Agency (IEA), Clean 10. http://go2alam.wordpress.com
Coal Center. London, UK. (www.iea-coal. 11. Dalton, S. 2004. Cost Comparison IGCC
org). and Advanced Coal. EPRI (Electric Power
3. Torrens, I.M. (1990). Developing Clean Research Institute, Inc). Roundtable on
Coal Technologies,- ’Environment’ July/ Deploying Advanced Clean Coal Plants.
August 1990, Volume 32. Number 6. July 29, 2004.
4. --------- (2009). Indonesia Coal Book 12. Sotooka, M. 2003. Coal Gasification
2008/2009. Petromindo. Asosiasi Technology (II)-Coal Energy Application for
Pertambangan Batubara Indonesia. Gas, Liquid and Electricity (EAGLE). The
5. --------- (1993). Environmental Impacts Japan Institute of Energy, Vol.82, No. 11,
of Energy Strategies for Indonesia. Final November 2003.
Summary Report. Indonesian-German 13. Grol, E; J. DiPietro; J.H.J.S. Thijssen;
Research Project. Badan Pengkajian W.Surdoval; H. Quedenfeld. 2007. The
dan Penerapan Teknologi (BPPT) – Benefits of SOFC (Solid-Oxide Fuel Cell)
Forschungszentrum Juelich GmbH for Coal-Based Power Generation. National
(KFA). May 1993. Energy Technology Laboratory (NETL). Oct.
30, 2007. (www.netl.doe.gov.).

34 Suarna, E, 2011

Anda mungkin juga menyukai