1259 1760 1 PB
1259 1760 1 PB
Endang Suarna
Abstract
Coal has a very important role to meet energy demand in Indonesia, however, it is also the
dirtiest fuel among the fossil fuels. As coal utilization continues to increase, pollutants and
greenhouse gases emissions from the coal utilization also increase, that would lead to
environmental problems. Therefore, development of clean coal technologies for reducing
those emissions from coal utilization needs to be considered. The technologies are
intended to reduce the policy conflict between continuing coal utilization and protecting
environment potential by improving the effectiveness of control technologies and reducing
their costs. In addition, the technologies have higher efficiency that would impact on
conserving fuels that lead to reducing costs and extension of coal reserve availability.
1. PENDAHULUAN
26 Suarna, E, 2011
diperlihatkan pada Gambar 2. Dalam Penggunaan batubara untuk
delapan tahun terahir, yaitu dari tahun 2000 pembangkit listrik meningkat dengan
sampai dengan 2008, penggunaan batubara pertumbuhan rata-rata hampir 11 persen
di Indonesia, baik untuk pembangkit listrik per tahun, sehingga penggunaan batubara
maupun industri meningkat terus dengan untuk pembangkit tersebut meningkat lebih
pertumbuhan rata-rata lebih dari 15 persen dari dua kalinya, yaitu dari 13,72 juta ton
per tahun, sehingga penggunaan batubara pada 2000 menjadi 31 juta ton pada 20081).
meningkat lebih dari tiga kali lipat dari 22,34 Penggunaan batubara pada pembangkit
juta ton menjadi 69,11 juta ton. Penurunan listrik tersebut diperkirakan akan meningkat
peranan minyak dan peningkatan peranan sesuai dengan rencana pengoperasian
batubara tersebut didorong oleh adanya PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) baru
program pengurangan minyak dengan berbahan bakar batubara yang diproyeksikan
memacu program diversifikasi energi oleh mencapai 83 juta ton batubara pada tahun
pemerintah untuk lebih menggunakan 2010. Pada Juni 2008, PT. PLN (Persero)
batubara dan gas terutama untuk sektor telah menanda tangani kesepakatan untuk
industri dan pembangkit listrik, karena pengembang-an 29 buah projek PLTU
cadangan minyak yang semakin terbatas. batubara dengan kapasitas total 8.718 MW,
di luar target sebesar 9.816 MW projek
kesepakatan yang telah ditanda tangani dan
9 projek (6.672 MW) yang sedang dalam
tingkat konstruksi 4).
Pengguna batubara yang cukup besar
lainnya adalah pabrik semen, pada tahun
2008 penggunaan batubara untuk bahan
bakar pabrik semen mencapai 6,84 juta
ton, atau meningkat dengan pertumbuh-an
rata-rata sekitar 15 persen per tahun dari
tahun 2000 yang mencapai 2,23 juta ton 1).
Penggunaan batubara untuk pabrik semen
tersebut juga diperkirakan akan meningkat
terus, sesuai dengan rencana peningkatan
jumlah pabrik produsen dan kapasitas
ataupun rencana pembuatan pabrik baru.
Semen Gresik Group merencanakan
membangun 10 unit PLTU batubara baru
dengan total kapasitas 410 MW pada tahun
2010 yang meliputi pabrik-pabrik Semen
Gresik di Tuban, Semen Tonasa di Makassar,
Semen Padang di Padang, serta pabrik
semen baru di Jawa dan Sulawesi Selatan 4).
3. DAMPAK LINGKUNGAN
PENGGUNAAN BATUBARA
28 Suarna, E, 2011
20,2 ton karbon per TJ, dan faktor emisi atau dipergunakan, batubara tersebut
gas alam adalah 15,3 ton karbon per TJ6). perlu dicuci atau dibersihkan terlebih
Peningkatan emisi gas rumahkaca CO 2 dahulu. Tujuan utama dari proses pencucian
di atmosfir diperkirakan akan menyebab- sebelum pembakaran tersebut adalah
kan terjadinya pemanasan global yang untuk mengurangi atau menghilangkan
berdampak terhadap melelehnya es di kutub kotoran terutama kandungan sulfur yang
yang berakibat terhadap naiknya permukaan secara organik tidak terikat pada batubara.
laut yang menyebabkan berkurangnya Pencucian batubara tersebut juga dapat
luas daratan, hilangnya pulau kecil, serta memperbaiki kandungan panas, sehingga
terjadinya banjir dan cuaca ekstrim 5). dapat meningkatkan efisiensi pembangkitan3).
Proses pembersihan batubara tersebut
4. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI secara luas dapat mengurangi emisi sulfur
BATUBARA BERSIH. secara berarti dari pembakaran batubara 7).
Secara tradisional, teknologi pem-
Berdasarkan dampak lingkungan oleh bersihan batubara sebelum pembakaran
emisi gas buang dari penggunaan batubara, tersebut terdiri atas dua cara, yaitu
dan tidak terhindarinya pemanfaatan batubara pembersihan secara fisik (physical cleaning)
untuk memenuhi kebutuhan energi yang dan pembersihan secara kimia (chemical
semakin meningkat, penerapan teknologi cleaning). Sementara itu, cara baru dari
pengurangan emisi polutan dari penggunaan teknologi pembersihan batubara tersebut
batubara tersebut perlu dipertimbangkan. adalah pembersihan batubara secara biologi
Teknologi tersebut biasa disebut sebagai (biological cleaning) yang berkembang
teknologi-teknologi batubara bersih atau sejalan dengan kemajuan tehnik mikroba
Clean Coal Technologies (CCT). Teknologi dan enzym untuk mengeluarkan sulfur dan
tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan abu dari batubara 7). Secara rinci teknologi-
tingkat proses produksi energi pada saat teknologi sebelum pembakaran tersebut
penerapannya, yang meliputi teknologi- adalah sebagai berikut.
teknologi precombustion; combustion; dan
post-combustion; serta coal conversion. 4.1.1. Physical Cleaning
Dalam precombustion technologies, sulfur
dan semua kotoran bahan pencemar dibuang Physical cleaning atau pembersihan
sebelum batubara dibakar. Pada combustion batubara secara fisik sebelum pembakaran
technologies, tehnik-tehnik yang menerapkan dilakukan dengan cara memecahkan
pencegahan terjadinya emisi polutan dalam batubara ke dalam bongkahan yang
boiler ketika sedang terjadinya proses lebih kecil, kemudian batubara tersebut
pembakaran. Sementara itu postcombustion dipisahkan dari kotoran seperti partikel-
technologies, gas buang yang ke luar dari boiler partikel tanah, batu, dan pyrit dengan cara
diberi perlakuan untuk dikurangi kandungan dicuci. Kotoran tersebut dapat dipisahkan
polutannya. Terahir, coal conversion, yaitu dari batubara didasarkan pada perbedaan
pengubahan batubara ke dalam bentuk kerapatan atau karakteristik fisik lainnya.
gas atau cair yang dapat dibersihkan dan Proses pembersihan fisik tersebut hanya
dipergunakan sebagai bahan bakar. dapat membersihkan batubara dari kotoran
yang secara organik atau kimia tidak
4.1. Teknologi Sebelum Pembakaran terikat pada batubara seperti partikel
(Precombustion). tanah, batu, dan pyrite (pyritic sulfur).
Metoda pembersihan batubara secara
Batubara dikenal sebagai bahan bakar fisik tidak bisa menghilangkan sulfur yang
fosil yang kotor, sehingga sebelum dibakar secara organik terikat dengan batubara,
30 Suarna, E, 2011
(dengan kapasitas pembangkitan 10 sampai seperti pembersihan gas untuk mengurangi
dengan 25 MW). Sekarang ini teknologi emisi-emisi SO2 dan NOx, serta partikel debu
tersebut sedang dikembangkan untuk boiler (pada beberapa kasus) secara simultan dari
utilitas yang membangkitkan 75 sampai cerobong masih sedang dikembangkan.
dengan 350 MW. Beberapa unit teknologi ini Teknologi-teknologi batubara bersih tersebut
masih sedang dikembangkan dalam skala antara lain sebagai berikut.
demonstrasi di Amerika Serikat.
Proses ini dapat mengurangi 4.3.1 Flue-gas Desulfurization (FGD).
pembentukan NOx dan membuang sampai 90
persen emisi SO2. Namun sebagaimana FSI, Tehnik FGD menggunakan kapur atau
AFBC juga menghasilkan limbah tambahan batu kapur sebagai alkaline sorbent untuk
yang sulit untuk ditangani dalam peralatan ”menggosok” SO2 dari emisi pada utililitas.
pengendalian partikel yang ada. Sementara itu Pada ”FGD basah”, sorbent terdapat dalam
biaya investasi teknologi AFBC masih sangat slurry yang berhubungan dengan flue gas
mahal, yaitu sekitar US $1500 per kilowatt 3). dalam bejana reaksi di bagian bawah alat
pengendalian partikel. Gas yang bersih
4.2.3 Pressurized Fluidized Bed mengalir dan biasanya harus dipanaskan
Combustion (PFBC). kembali sebelum dilepas ke atmosfir untuk
mengurangi karat pada cerobong dan
PFBC mempunyai prinsip yang sama memperoleh dispersi yang paling halus.
dengan AFBC, kecuali boilernya dioperasikan di Sementara itu, pada ”FGD kering”, bejana
bawah tekanan 10 atmosfir. Peningkatan energi reaksi ditempatkan pada bagian atas alat
dari gas yang ke luar dapat menggerakan pengendali partikel. Slurry kapur mengering
gas turbin maupun steam turbin, potensial sebagai reaksi dengan gas cerobong yang
mendorong efisiensi pembangkitan sampai panas, dan hasil cairan dikumpulkan pada
lebih dari 40 persen Pengembangan system bejana reaksi dan dalam alat pengendali
tersebut dengan menggunakan advance partikel.
cycle diharapkan dapat meningkatkan efisiensi Perbaikan tehnik FGD seperti jet
energi di atas 45 persen3). bubbling reactor yang dipergunakan dalam
Unit kecil PFBC cocok dibangun pada proses Chiyoda CT-121 untuk dipergunakan
daerah yang mempunyai keterbatasan ruang di lokasi ruang yang terbatas sudah mencapai
lokasi dan pengaturan konstruksi. PFBC masih 90 sampai dengan 95 persen pembuangan
dikembangkan dalam taraf demonstrasi, seperti SO2. Biaya investasi sistem FGD ini bervariasi
pengembangan PFBC dengan kapasitas antara lain bergantung kandungan sulfur dan
terpasang antara 70 sampai dengan 80 ukuran boiler. Biaya investasi (retrofit pada
MW di Swedia, Spanyol, dan USA3). Jepang pembangkit berkapasitas 300 MW) dari FGD
sudah mulai membangun PFBC dengan unit konvensional diperkirakan berkisar antara
kapasitas yang lebih besar lagi, yaitu 360 MWe US $170-250 per kilowatt. Perbaikan sistem
di Karita, dan 250 MWe di Osaki2). Teknologi ini telah menghemat 20 sampai dengan 50
PFBC tersebut juga dapat dikatakan masih persen dari biaya investasi dan 20 sampai
terhitung mahal dengan biaya investasi sekitar 40 persen dari biaya operasi dari sistem FGD
US $1400 per kilowatt 3). konvensional 3).
32 Suarna, E, 2011
sudah beroperasi di Eropa dan Amerika dilakukan oleh Wakamatsu Laboratory,
Serikat, yaitu IGCC yang berkapasitas 235 Technology Development Center of Electric
MWe di Buggenum, Belanda yang mulai Power Development Co. Ltd., di Jepang 12).
beroperasi pada tahun 1993 dan IGCC Biaya investasi IGFC tersebut diperkirakan
yang berkapasitas 330 MWe di Puertollano, antara US $1443 sampai dengan US $1667
Spanyol. Sementara itu IGCC plant di per kilowatt 13).
Amerika Serikat terdapat di Wabash River,
Indiana; Polk Power dekat Tampa, Florida, 5. KESIMPULAN
dan Pinon Pine, Nevada 9). Skala demontrasi
unit IGCC plant lainnya di Amerika Serikat • Kebutuhan energi dari tahun ke
adalah IGCC yang berkapasitas 100 MW tahun semakin meningkat,. Sebagian besar
di Cool Water, California yang telah selesai dari kebutuhan energi tersebut dipenuhi
dibangun sejak tahun 1989 6). Selain itu, oleh minyak, sedangkan sisanya dipenuhi
sejak September 2007 Jepang juga sudah oleh sumber energi lainnya yaitu batubara,
mengoperasikan unit demontrasi IGCC yang biomasa, gas alam, tenaga air, dan panas
berkapasitas 250 MW di Nakaso 9). bumi.
Berdasarkan US Coal, American
Energy Review 2005, biaya investasi dari • Berdasarkan ketersediaan sumber-nya,
IGCC tersebut masih mahal, diperkirakan batubara merupakan sumber energi yang
mencapai US$1,6 juta per megawatt paling potensial untuk menggantikan
kapasitas, dibandingkan dengan biaya peranan minyak sebagai sumber energi
investasi untuk pembangkit listrik batubara yang utama untuk pembangkit listrik dan
konvensional yang hanya US $1 juta per sektor industri.
megawatt kapasitas 10). Perkiraan tersebut
tidak berbeda dengan perkiraan Electrical • Semakin meningkatnya penggunaan
Power Research Institute (EPRI) di Amerika batubara diperkirakan akan me-
Serikat, yaitu US $1610 per kilowatt 11). nyebabkan semakin meningkat pula
emisi polutan (bahan pencemar) seperti
4.4.2 Integrated Gasification Fuel Cell SO2, NOX, dan partikel debu, maupun
(IGFC) emisi gas rumahkaca CO2 yang dapat
. berdampak negatif terhadap lingkungan,
Teknologi ini menggunakan gas sintetis yang meliputi antara lain terganggunya
(syngas) yang diproduksi oleh gasifier untuk kesehatan manusia, kerusakan
menggerakan molten carbonate fuel cell ekosistem, dan pemanasan global (global
untuk turbine pembakaran, sehingga mampu warming).
berpotensi meningkatkan seluruh efisiensi di • Pengembangan teknologi batubara
atas 45 persen. Bersama gas pembakaran bersih (Clean Coal Technologies)
panas yang bersih, perpaduan kimia dan dalam pemanfaatan batubara perlu
panas yang oprtimal dari fuel cell dan catalytic dipertimbangkan, sehingga sumber energi
gasifier dapat meningkatkan efisiensi batubara dapat dimanfaatkan secara
pembangkitan lebih tinggi lagi bahkan bisa optimal pada masa mendatang tanpa
mencapai lebih dari 55 sampai dengan 60 kekhawatiran terjadinya peningkatan
persen. Oleh karena itu, teknologi tersebut emisi polutan dan gas rumahkaca yang
akan memerlukan gasification dan pem- berdampak negatif terhadap lingkungan.
bersihan gas pada temperature mendekati
temperature pengoperasian 1.300o F (704o • Sebagian besar dari tantangan dari
C) dari molten carbonate 6). Teknologi ini pengembangan teknologi batubara bersih
masih dalam skala pilot plant seperti yang terletak pada komersialisasi teknologi
34 Suarna, E, 2011