Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Debit Air Limpasan

Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak
mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran drainase. Debit
aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi
di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk
mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat
dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu
kawasan melalui pendekatan potensi sumberday aair permukaan yang
ada(Harsoyo, 1977).

Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan


arus). Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe
canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama
baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan
alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan
beberapa metode. Tidak semua metode pengukuran debit cocok digunakan.
Pemilihan metode tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat turbulensi aliran)
dan tingkat ketelitian yang akan dicapai(Harsoyo, 1977).

Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubik per detik (m3/s). Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit aliran dinyatakan dengan
persamaan Q = AV
Keterangan:
Q = Debit aliran (m3/s).
A = Luas penampang (m2).
V = Kecepatan aliran (m/s).

Gerak fluida dapat dinyatakan dengan mengikuti gerak tisp partikel di


dalam fluida. Hal ini sulit dilakukan, karena koordinat X, Y, Z dari partikel fluida
harus ditentukan terlebih dahulu sebagai fungsi dari waktu.

Leonard Euler (1907-1983), menyatakan rapat massa dan kecepatan pada


tiap titik di dalam suatu ruangan, akan berubah terhadap waktu. Fluida sebagai
medan rapat massa dan medan vektor kecepatan. Jika kecepatan tiap partikel
fluida pada suatu titik tertentu adalah tetap, maka aliran fluida tersebut bersifat
lunak(Tim Penyusun, 2008).

2.2 Analisis Debit Air limpasan

Debit air limpasan terdiri dari tiga komponen yaitu :

a.Koefisien Run Off (C)

Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air


hujan yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami
penyerapan ke dalam tanah (infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1 yang
disesuaikan dengan kepadatan penduduk di daerah tersebut. Semakin padat
penduduknya maka koefisien Run-Offnya akan semakin besar sehingga debit air
yang harus dialirkan oleh saluran drainase tersebut akan semakin besar pula.

b.Data Intensitas Curah Hujan ( I )

Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode tertentu yang
dinyatakan dalam satuan mm/jam. Dalam studi ini, rumus empiris untuk
menghitung intensitas hujan dalam menentukan debit puncak dengan metode
Rasional Modifikasi, digunakan rumus Mononobe. Hal ini dikarenakan
menyesuaikan dengan kondisi luas wilayahnya. Langkah pertama dalam metode
ini adalah menentukan curah hujan maksimun pada masing masing-masing tahun
untuk kemudian dilakukan perhitungan hujan rancangan dengan metode Log-
Person Tipe III.

c. Catchment Area ( ACA )

Catchment Area atau daerah tangkapan air hujan adalah daerah tempat
hujan mengalir menuju ke saluran. Biasanya ditentukan berdasarkan perkiraan
dengan pedoman garis kontur. Pembagian Catchment Area didasarkan pada arah
aliran yang menuju ke saluran Conveyor ke Maindrain.

Berdasarkan 3 komponen diatas maka besarnya debit air limpasan (Qlimpasan)


dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Qlimpasan = 0,278, C , I , ACA

Keterangan :
Q= Debit aliran air limpasan (m3/detik)
C= Koefisen run off (berdasarkan standar baku)
I=Intensitas hujan (mm/jam)
ACA=Luas daerah pengaliran (ha)

Perhitungan debit maksimum yang akan dilewatkan.

Perhitungan debit limpasan menggunakan perhitungan metode rasional,

Keterangan :
Q     = Debit aliran , m3/s
C     = Koefisien limpasan , tanpa dimensi
I       = Intensitas hujan maksimum , mm/jam
A     = Luas area , Km2

Intensitas hujan maksimum dihitung berdasarkan Curah Hujan Harian Maksimum


(CHHM) untuk Periode Ulang (PU) tertentu dan Waktu Konsentrasi (tc).

Keterangan :
Itc            = Intensitas hujan maksimum untuk waktu
konsentrasi tertentu , mm/jam
RT24        = CHHM, mm
tc             = Waktu konsentrasi, jam

Keterangan :
L              = Jarak titik terjauh dari saluran pengumpul, m
sriil           = slope rata-rata lereng ke saluran pengumpul,
tanpa dimensi

Perkiraan geometri saluran (berhubungan dengan kecepatan)

Persamaan yang digunakan adalah persamaan Manning


 
Keterangan :
n             = Koefisien kekasaran Manning, tanpa dimensi
R            = Jari-jari basah, m
S             = Slope saluran, tanpa dimensi

 R adalah jari-jari basah saluran:

Keterangan :
Aw           = Luas basah, m2
Pw           = Keliling basah, m

Untuk saluran berbentuk trapezium :

Keterangan :
H              =Kedalaman saluran, m
h               = Kedalaman aliran, m
f                = Free board, m
b               = Lebar dasar saluran, m
W             = Lebar aliran, m
CW          = Lebar puncak saluran, m
x/y    (α)   = Perbandingan H:V pada dinding saluran, tanpa
dimensi

Asumsi  y = 1, maka x = α

 
Perkiraan kedalaman aktual aliran

Tahap ini adalah tahap yang paling menentukan berhasil tidaknya


perhitungan. Karena melibatkan seluruh parameter yang perlu dihitung dalam
perhitungan saluran terbuka.
 
Perhitungan parameter  aktual aliran pada debit puncak menggunakan
persamaan Manning yang dimodifikasi. Variabel penentu dalam perhitungan ini
adalah kedalaman aliran.
Dari seluruh variable yang terlibat dalam perhitungan, variabel h (kedalaman
aliran) adalah variabel yang paling menentukan namun tidak dapat diasumsikan.
Untuk memecahkan kondisi itu, persamaan …11) dapat kita tulis ulang menjadi:

Untuk mendapatkan nilai h dapat dilakukan iterasi perhitungan trial & error.
Modifikasi persamaan …16) menjadi:
Uji nilai h secara berurutan-gradual hingga nilai sisi kanan mendekati nilai di sisi
kiri.

Setelah diperoleh nilai h yang sesuai, tahapan selanjutnya adalah mengecek nilai
tersebut pada perhitungan kecepatan dan debit, apakah sesuai dengan standar
desain yang kita harapkan.

2.3 Metoda-Metoda Penentuan Debit Rencana

Penentuan debit rencana dapat dilakukan dengan beberapa metoda-


metoda:
1. Analisis Statistik :
a. grafis
b. analisis
Qo dapat dihitung dengan mencari distribusi nilai-nilai
extrem/mak, bila tersedia data pengamatan aliran sungai jangka
panjang.
2. Metode Infiltrasi
3. Metode Rational
Bila data aliran sungai tidak mencukupi, sehingga data curah hujan
dipakai dalam rumus tersebut ( i=intensitas corah hujan ; C-koef
p
run off=R.O

4. Metode Empiris
Sama dengan metode rational, hanya disini hubungan debit dan
intensitas curah hujan diturunkan menurut persamaan matematis
berdasarkan pengamatan disuatu daerah aliran tertentu.

2.3.1 Metode Infiltrasi

Metode ini menghitung besarnya kapasitas infiltrasi dan sehingga dapat


diketahui run off yang terjadi dan merupakan debit aliran. Parameter prinsip
dasaryang perlu diketahui diantaranya adalah

Indek infilrasi adalah nilai rata-rata dari intensitas air yang hilang
(intensitas hujan yang datang dikurangi tinggi aliran permukaan).

Limpasan langsung adalah besarnya presipitasi dengan koefisien limpasan


langsung.
RO = K.P
Keterangan:
RO = Limpasan langsung
K = Koef limpasan langsung
P = Presifitasi

Sedangkan ,dimana i = intensitas hujan

Windek = kecepatan infiltrasi rata-rata selama intensitas hujan


melebihi infiltrasi ( cm/jam ).
= Fe = P – Q.O – Se
Te Te
Fe = Masa infiltrasi yang terjadi selama intensitas hujan melebihi
kapasitas infiltrasi
Te = Waktu selama infiltrasi yang terjadi secara dengan kapasitas
infiltrasi ( jam )
P = Hujan komulatif yang menyebabkan R.O
R.O = Aliran permukaan komulatif yang ada hubungannya dengan
P
Se = Aliran permukaan effective ( depression stronge ),
umumnya diabaikan.

2.3.2 Metode Rational

Didalam rumus yang dicapai, terlihat hubungan antara debit ( Q ), dengan


intensitas hujan ( i ), yangmerupakan fungsi dan parameter fisika.

Q=C.I.A
Ket :
Q = Debit rencana
C = Koef limpasan
I = Intensitas hujan
A = Luas D.A.S

Yang termasuk cara rational ini adalah :


- Metoda Melchior
- Metoda Weduwen
- Metoda Haspers

Ketiga metoda diatas mengikuti konsep yang sama, tetapi masing-masing metoda
mempunyai parameter yang berbeda.

2.3.3 Metode Empiris

Rumus berikut ini digunakan, dengan mendasarkan ketentuan-


ketentuannya pada hasil pengamatan. Rumus-rumus empiris yang sudah dipakai
antara lain :
 Unit graph method / Actual unit hydrograph Sherman L.K. 1932
 Synthetic unit Hydrrografh snyder.H.1938
 Dimensionless unit Hydrografh
 Distribution graph
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.1.1 Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang
tidak mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran
drainase.

3.1.2 Debit air limpasan terdiri dari tiga komponen yaitu : Koefisien Run
Off (C), Data Intensitas Curah Hujan ( I ), Catchment Area ( ACA).

3.1.3 Penentuan debit rencana dapat dilakukan dengan beberapa metoda,


yaitu : analisis statistik, infiltrasi, rational, empiris.

Anda mungkin juga menyukai