PEMBAHASAN
Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak
mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran drainase. Debit
aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi
di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk
mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat
dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu
kawasan melalui pendekatan potensi sumberday aair permukaan yang
ada(Harsoyo, 1977).
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubik per detik (m3/s). Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit aliran dinyatakan dengan
persamaan Q = AV
Keterangan:
Q = Debit aliran (m3/s).
A = Luas penampang (m2).
V = Kecepatan aliran (m/s).
Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode tertentu yang
dinyatakan dalam satuan mm/jam. Dalam studi ini, rumus empiris untuk
menghitung intensitas hujan dalam menentukan debit puncak dengan metode
Rasional Modifikasi, digunakan rumus Mononobe. Hal ini dikarenakan
menyesuaikan dengan kondisi luas wilayahnya. Langkah pertama dalam metode
ini adalah menentukan curah hujan maksimun pada masing masing-masing tahun
untuk kemudian dilakukan perhitungan hujan rancangan dengan metode Log-
Person Tipe III.
Catchment Area atau daerah tangkapan air hujan adalah daerah tempat
hujan mengalir menuju ke saluran. Biasanya ditentukan berdasarkan perkiraan
dengan pedoman garis kontur. Pembagian Catchment Area didasarkan pada arah
aliran yang menuju ke saluran Conveyor ke Maindrain.
Keterangan :
Q= Debit aliran air limpasan (m3/detik)
C= Koefisen run off (berdasarkan standar baku)
I=Intensitas hujan (mm/jam)
ACA=Luas daerah pengaliran (ha)
Keterangan :
Q = Debit aliran , m3/s
C = Koefisien limpasan , tanpa dimensi
I = Intensitas hujan maksimum , mm/jam
A = Luas area , Km2
Keterangan :
Itc = Intensitas hujan maksimum untuk waktu
konsentrasi tertentu , mm/jam
RT24 = CHHM, mm
tc = Waktu konsentrasi, jam
Keterangan :
L = Jarak titik terjauh dari saluran pengumpul, m
sriil = slope rata-rata lereng ke saluran pengumpul,
tanpa dimensi
Keterangan :
Aw = Luas basah, m2
Pw = Keliling basah, m
Keterangan :
H =Kedalaman saluran, m
h = Kedalaman aliran, m
f = Free board, m
b = Lebar dasar saluran, m
W = Lebar aliran, m
CW = Lebar puncak saluran, m
x/y (α) = Perbandingan H:V pada dinding saluran, tanpa
dimensi
Asumsi y = 1, maka x = α
Perkiraan kedalaman aktual aliran
Untuk mendapatkan nilai h dapat dilakukan iterasi perhitungan trial & error.
Modifikasi persamaan …16) menjadi:
Uji nilai h secara berurutan-gradual hingga nilai sisi kanan mendekati nilai di sisi
kiri.
Setelah diperoleh nilai h yang sesuai, tahapan selanjutnya adalah mengecek nilai
tersebut pada perhitungan kecepatan dan debit, apakah sesuai dengan standar
desain yang kita harapkan.
4. Metode Empiris
Sama dengan metode rational, hanya disini hubungan debit dan
intensitas curah hujan diturunkan menurut persamaan matematis
berdasarkan pengamatan disuatu daerah aliran tertentu.
Indek infilrasi adalah nilai rata-rata dari intensitas air yang hilang
(intensitas hujan yang datang dikurangi tinggi aliran permukaan).
Q=C.I.A
Ket :
Q = Debit rencana
C = Koef limpasan
I = Intensitas hujan
A = Luas D.A.S
Ketiga metoda diatas mengikuti konsep yang sama, tetapi masing-masing metoda
mempunyai parameter yang berbeda.
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang
tidak mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran
drainase.
3.1.2 Debit air limpasan terdiri dari tiga komponen yaitu : Koefisien Run
Off (C), Data Intensitas Curah Hujan ( I ), Catchment Area ( ACA).