Anda di halaman 1dari 3

Nama : Erlin Sofiani

Nama pena : erliinjung

Alamat : Desa Lumbir RT 05/02, Kec. Lumbir, Kab. Banyumas, 53177

Akun IG : erlinsofiani_

Siapa Salah

BRAAKK! “Siapa yang ngga bayar gorengan?!”

Suara itu menggelegar di seluruh penjuru kantin. Salah satu warung di kantin SMP 1
ENSITI itu dikerumuni siswa dari berbagai kelas. Bu Wati, sang pemilik warung itu marah
besar dan sekali lagi menggebrak meja. Bagaimana tidak marah? Setiap hari ia selalu
mencatat penjualannya ke dalam jurnal dan belakangan ini omsetnya menurun. Hari ini
adalah kali ketiga, pasti siswa-siswa nakal ini yang berulah, jajan tanpa bayar.

“Ayo ngaku! Siapa yang suka ngga bayar gorengan?!” gertaknya sekali lagi kepada
kelima siswa tertuduh di depannya.

“Saya mah orangnya jujur, Bunda! Saya makan lima ya bayarnya lima dong.” Ucap Xuxi
percaya diri.

“Eh ibu jangan nuduh sembarangan ya, Bu. Uang jajan saya banyak mana mungkin ngga
bayar!” sambung Ijun kemudian.

“Bu, meski saya hanya seorang anak dari peternak lele, tapi saya diajari jajan sedikit pun
harus bayar, Bu.. hiks..” Ecan menjawab dengan sedih. “teganya ibu menuduh saya
karena saya orang miskin..”

Ijun merasa malu sendiri mendengarnya.

“Bu Wati,” Jahe mengedipkan matanya, sontak membuat semua siswi menjerit histeris.
“Saya tidak mungkin menghianati ibu. Saya sadar kalau perempuan itu selalu dihargai
dengan kejujuran. Apalagi gorengan ibu yang paling enak ini. Kalo ibu mau saya bayar
sepuluh ribu untuk tiga gorengan, saya mau kok. Apa sih yang engga buat Bu Wati.”
Ucapannya itu diakhiri dengan senyum manis yang mengalahkan manisnya sakarin.

Hueeee..

“Bu Wati-” Bubu belum selesai bicara tetapi Bu Wati sudah memotong, ”Kalo kamu mah
ngga mungkin, gih makan yang banyak ya, Bubu tampan.” Ucap Bu Wati dengan senyum
cerah.

Tetapi walau bagaimanapun juga, setiap ada masalah pasti ada provokator..

Dery melompat-lompat dari barisan belakang kerumunan, ”Wooo… Xuxi kali tuh Bu! Dia
kan rawogan* banget! Mana mungkin cuma makan lima..” teriaknya sambil tertawa
keras.

Xuxi tentu saja tidak terima.

“Apa katamu? Waah, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, man!” timpalnya sengit.
“Bu, kalo saya bohong saya pasti dosa kan, Bu? Saya takut dosa, Bu! Jadi saya ngga mau
bohong. Tolong ibu percaya sama Xuxi..”

Ecan tertawa kecil melirik Bu Wati,”Saya sih setuju sama Dery, Bu hihi..”

“WEH!” Xuxi membulatkan matanya tidak terima. Apalagi saat Jahe menambahkan,
”Jangan ada dusta di antara kita, jujurlah sayang aku tak mengapa..”

Kerumunan ini semakin ramai mendukung pendapat Dery yang asal ceplos. Xuxi semakin
tidak nyaman dan gusar. Rasanya ia ingin meninju Dery yang sekarang sudah menghilang
dari kerumunan.

“Weh, ini kenapa sih pada nuduh gua! I don’t know man! Not me, man! Sekkiaa!” kesal
Xuxi. Bu Wati langsung mendelik. “Jaga ucapan kamu, Xuxi! Jangan-jangan memang
kamu pelakunya.”

Aku tidak terima difitnah seperti ini, aku harus mencari cara agar mereka
mempercayaiku! Ucap Xuxi dalam hati, lebay.
Cahaya putih bersinar menyilaukan datang dari kumpulan siswa. Rupanya Pak Guru
Bulan. “Ada apa ribut-ribut begini, Bu Wati?”

Bu Wati tersenyum cerah dan berhenti mengunyah gorengannya. Ia bahkan berdiri


menyambut Pak Bulan. “Ah, tidak ada apa-apa, Pak Guru. Hanya saja akhir-akhir ini
dagangan saya selalu rugi, Pak. Pasti ada anak-anak yang lupa bayar gorengan setelah
makan.”

Pak Bulan tersenyum seindah bulan purnama. “Begitu yah, Bu? Jadi yang di tangan Bu
Wati itu bukan dagangan, ya?”

UHUUKK!!

“Ha-ha, maaf ternyata saya yang ngga bayar. Ha-ha..” Bu Wati tertawa malu sambil
pura-pura membereskan meja. Siswa siswi yang berkerumun pun mulai bubar.

Xuxi berdiri dengan kesal, ”Makanya, Bu.. Lain kali inget-inget.. Huh” ucapnya lalu
berjalan kembali ke kelasnya disusul yang lain. Suasana kantin kembali tenang seperti
sebelumnya.

Tanpa ada yang menyadari, Ijun mendapat sekantong plastik gorengan dari warung Bu
Wati. “Asik, rejeki mah emang nggak kemana.. Hihihi”

Ya ampun, Ijun. Kamu berdosa banget..

THE END

*rawogan = doyan makan

Anda mungkin juga menyukai