ID Strategi Peningkatan Kualitas Empat Atri PDF
ID Strategi Peningkatan Kualitas Empat Atri PDF
ID Strategi Peningkatan Kualitas Empat Atri PDF
ABSTRACT
Di seluruh dunia, kota hijau atau green cities telah menjadi model pengembangan perkotaan yang
baru, baik di benua Amerika, Asia, Eropa, Australia, maupun Afrika. Fenomena yang sama juga
dialami oleh Indonesia.
Maka perlu diperhatikan bahwa dampak perubahan iklim di Indonesia bukan hanya dihadapi
melalui bidang kehutanan atau pengembangan lahan gambut, tetapi sekarang juga melalui
pengembangan kawasan seperti identitas perkotaan, dengan konsep Kota Hijau (Green City).
Ini merupakan tantangan baru dan terbesar yang sedang dihadapi Indonesia, terlebih karena lebih
dari 52% penduduk nasional mendiami kawasan perkotaan. Indonesia saat ini fokus pada
penanganan daerah perkotaan yang sangat rentan mengalami dampak perubahan iklim. Oleh
karena itu, penyelenggaraan penataan ruang yang terintegrasi menjadi unsur penting didalam
mewujudkan ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Kota Bandung telah berkembang menjadi Kota Metropolitan dengan jumlah penduduk kurang
lebih 2,4 Juta Jiwa. Permasalahan perkotaan yang dihadapi Kota Bandung saat ini adalah sebagai
berikut : sampah, kemacetan, banjir, penataan mall, pedagang kaki lima dan Ruang Terbuka Hijau
(RTH). Dipilihnya Kecamatan Bandung Wetan didasarkan pada karena kecamatan ini mempunyai
nilai yang strategis di Kota Bandung, dan memiliki beberapa fungsi diantaranya pusat
pemerintahan Provinsi Jawa Barat, pusat
Metode pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji sebaran atribut kota
hijau seperti green open space, green transportation, green community, green waste dan seberapa
penting kebutuhan atribut tersebut dengan hasil akhir prinsip-prinsip penataan kota hijau.
Output dari studi ini adalah berupa Prinsip - Prinsip Peningkatan Atribut Green City dari setiap
elemen atribut kota hijau (green open space, green transportation, green community, dan green
waste) dengan menggabungkan
pendapat masyarakat sebagai pendukung terciptanya kota hijau.
Page | 1
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2
pengukuran suhu pertama kali pada tahun RTH publik hanya mencapai angka 6,1% dan
1850; c) Telah terjadi kenaikan permukaan RTH privat 5,33% dari luas kota Bandung
air laut global rata-rata sebesar 1,8 16,729,65 Ha
mm/tahun antara 1961-2004; d) Polusi udara Fenomena permasalahan perkotaan saat ini
yang meningkat; e) Musim hujan yang tidak yang dihadapi Kota Bandung saat ini adalah
menentu; f) Telah terjadi kekeringan yang sebagai berikut : Ruang Terbuka Hijau (RTH),
lebih intensif pada wilayah yang lebih luas kemacetan, sampah, kurang terkodinirnya
sejak tahun 1970an, terutama didaerah tropis komunitas hijau, penataan mall, pedagang kaki
dan sub tropis. lima dan banjir. Dengan begitu Kota Bandung
Wildsmith (2009) menyatakan bahwa kota menjadi semakin panas dan berdebu,
hijau (green city) adalah sebuah kota dengan kekurangan pohon, menumpuknya sampah,
kondisi ekosistem berkeseimbangan sehingga sungai yang sekarat, dan lain-lain.
fungsi dan manfaatnya berkelanjutan. Kota
Hijau merupakan respon terhadap isu Studi Literatur
perubahan iklim melalui tindakan adaptasi
dan mitigasi. Dalam pengembangan Kota Hijau Berikut ini beberapa pengertian Kota Hijau:
juga dimaksudkan pembangunan manusia kota Kota yang Ramah Lingkungan dengan
yang berinisiatif dan bekerjasama dalam memanfaatkan secara efektif dan efisien
melakukan perubahan dan gerakan bersama sumberdaya air dan energy, mengurangi limbah,
seluruh unsur pemangku kepentingan kota. menerapkan system transportasi terpadu,
Perwujudan kota hijau di jabarkan dalam menjamin kesehatan lingkungan,
delapan atribut kota hijau yang meliputi : (1) mensinergikan lingkungan alami dan buatan,
perencanaan dan perancangan kota yang ramah berdasarkan perencanaan dan perancangan kota
lingkungan (Green Planning and Design), (2) yang berpihak pada prinsip-prinsip
ketersediaan ruang terbuka hijau (Green Open pembangunan berkelanjutan. (diadaptasi dari
Space), (3) konsumsi energi yang efisien www.unep.org/wed)
(Green Energi), (4) pengelolaan air yang Kota yang didesain dengan
efektif (Green Water), (5) pengelolaan limbah mempertimbangkan dampak terhadap
dengan prinsip 3R (Green Waste), (6) lingkungan, dihuni oleh orang-orang yang
bangunan hemat energi atau bangunan hijau memiliki kesadaran untuk
(Green Building), (7) penerapan sistem
transportasi yang berkelanjutan (Green Gambaran Wilayah Studi
Transportation), dan (8) peningkatan peran
masyarakat sebagai komunitas hijau (Green Kota Bandung merupakan kota
Community). metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus
Kota Bandung memiliki jejak sejarah menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini
sebagai Kota Taman yang dibangun pada masa terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan
kolonial sehingga mendapat julukan Paris van merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia
Java. Selain itu, Kota Bandung juga terkenal setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah
dengan nama “Bandung Kota Kembang”. penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya
Seiring dengan pesatnya perkembangan kota, (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan
julukan tersebut kini memudar dengan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah
semakin berkurangnya kehijauan kota Jabodetabek dan Gerbang kertosusila (Grebang
Bandung. Untuk itu diperlukan langkah kertosusilo).
strategispenyelamatan lingkungan hidup agar Kota kembang merupakan sebutan lain
kondisi iklim di Kota Bandung kembali untuk kota ini, karena pada jaman dulu kota ini
bersahabat. dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-
Berdasarkan RTRW Kota Bandung Tahun pohon dan bunga- bunga yang tumbuh di sana.
2011-2031, RTH Kota Bandung tercatat belum Selain itu Bandung dahulunya disebut juga
sampai memenuhi angka total 30%. Untuk dengan Parijs van Java karena keindahannya.
Page | 2
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2
Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai Kecamatan Bandung Wetan
kota belanja, dengan mall dan factory outlet
yang banyak tersebar di kotaini, dan saat ini
berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi
kota wisata kuliner. Saat ini kota Bandung
merupakan salah satu kota tujuan utama
pariwisata dan pendidikan.
Kota Bandung telah berkembang menjadi
Kota dengan mobilitas penduduk yang tinggi
serta memiliki peluang-peluang yang terbuka
untuk mengembangkan berbagai jenis usaha
yang merupakan daya tarik utama untuk
Gambar 1 Kerangka Berfikir
datang ke Kota Bandung
Metodologi
Pembahasan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Pembahasan mengenai analisis
kualitatif. Metodologi yang digunakan
identifikasi sebaran atribut kota hijau (green
mencakup deskriptif, eksploratif, dan
city), kolerasi hubungan empat kegiatan green
preskriptif. Penelitian deskriptif adalah
city dengan kualitas lingkungan dan strategi
penelitian yang menuturkan, menganalisa, dan
pengembangan kota hijau (green city).
mengklasifikasikan data dengan berbagai
teknik seperti wawancara, observasi, survey, Identifikasi sebaran atribut kota hijau (green
angket, observasi, teknik test, dan lain-lain city) di Kecamatan Bandung Wetan.
(Surakhmad dalam Ardhianti, 2001:7). Luas green open space (Ruang Terbuka
Penerapan metodologi deskriptif dalam Hijau) di Kecamatan Bandung Wetan kondisi
penelitian ini dilakukan melalui teknik eksisting adalah seluas 43,58 ha atau 13% dari
wawancara pada pihak-pihak terkait luas Kecamatan Bandung Wetan 340 ha.
pengelolaan taman, pengelolaan limbah,
penerapan sistem transportasi yang Tabel 1
berkelanjutan, peningkatan peran masyarakat Sebaran Taman di Kecamatan Bandung
sebagai komintas hijau terhadap pengaruh Wetan
kondisi lingkungan dan observasi langsung No Taman Lokasi Luas (m2)
Perkelurahan
pada wilayah penelitian.
I. Kelurahan Cihapit
Teknis Analisis 1 Taman PKK Jl. Cibeunying 2464
Utara
Teknik analisis dalam penelitian ini 2 Taman Jl. Cipunagara 488
meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut : a) Cipunagara
3 Taman Cilaki Jl. Cilaki 9750
Mengkaji pentingnya keberadaan dan sebaran Bawah Bawah
taman demi keberlangsungan suatu kota, 4 Taman Jl. Cibeunying 1016
persoalan-persoalan yang muncul seputar Cibeunying Selatan
pengelolaan taman; b) Mengkaji sebaran 5 Taman Jl. Cibeunying 488
Cibeunying
pengelolaan limbah berdasarkan prinsip 3R Bank NISP
(reuse, reduce, recycle); c) Mengidentifikasi 6 Taman Jl. Citarum 1102
penerapan sistem transportasi yang Citarum
7 Taman Cilaki Jl. Cilaki 394
berkelanjutan ramah lingkungan; d) 8 Taman Jl. Rasamala 585
Mengidentifikasi peningkatan peran Rasamala
masyarakat sebagai komunitas hijau; e) Melihat 9 Lapangan Jl. Supratman 9073
hubungan kolerasi antara kegiatan green city Supratman
10 Taman Jl. Salam 1385
terhadap kualitas lingkungan; f) Prinsip Lapangan
peningkatan kualitas atribut green city di
Page | 3
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2
Salam
11 Taman Salam Jl. Salam 64
Puskesmas
12 Taman Jl. Anggrek 1125
Anggrek
13 Taman Jl. R.E. 12845
Pramuka Martadinata
14 Taman Jl. Cendana 193
Cendana
II. Kelurahan Citarum
1 Taman Gasibu Jl. Gasibu 25956 (a) Taman Cibeunying
2 Taman Jl. Trunojoyo 600
Trunojoyo
3 Taman Cilaki Jl. Cilaki Atas 16620
Atas
4 Taman Cilaki Jl. Cilaki 6480
Tengah
5 Taman Jl. Dipenogoro 17000
Gedung Sate
6 Taman Progo Jl. Progo 72
7 Taman Jl. Gempol 646
Gempol
8 Taman Wira Jl. Wira 918 (d) Taman Jalur Cikapayang
Angun-Angun Angun-Angun
9 Taman GOR Jl. Ambon 44300 Gambar 2 Jenis RTH (Ruang Terbuka
Saparua
10 Taman Jl. Ambon 44700 Hijau) di Kecamatan Bandung Wetan
Sumber : Hasil Observasi, 2013
Maluku
11 Taman Seram Jl. Seram 9106
12 Taman Jl. Sumatera 201
Sumatera
III. Kelurahan Tamansari
1 Jalur Jl. Cikapayang 1800
Cikapayang
2 Pulau Jalan Jl. Balubur 316
Balubur
3 Taman Jl. Balubur 1173
Balubur
4 Taman Jl. Rangga 9209
Rangga Malela
Malela
5 Pulau Jl. Jl. Tamansari 1271
Tamansari Gambar 3 Identifikasi Lokasi Sebaran
6 Taman Jl. Tamansari 200 Taman
Wastukencana
7 Taman Gajah Jl. Gajah 607 Green Transportation di Kecamatan
Lumantung Lumantung Bandung Wetan taerdiri atas panjang jalur
8 Taman Waska Jl. 128 sepeda dan jumlah shelter sepeda. Total
Padjajaran Wastukencana
9 Taman Waska Jl. 171
keberadaan jalur hijau di Kecamatan Bandung
Panglima Wastukencana Wetan seluas 5.220 m dan terdapat 2 shelter
Jumlah 280,949,42 sepeda.
Sumber : Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2011 Tabel 2
Sebaran Jalur Sepeda di Kecamatan
Bandung Wetan
No Jalur Sepeda Per Kelurahan Panjang
Jalur (m)
I. Kelurahan Cihapit
1 Jalur di dalam Taman Cibeunying 140 m
II. Kelurahan Citarum
1 Jalur di dalam GOR Saparua 400 m
2 Jalur Jl. Aceh 800 m
Page | 4
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2
Page | 5
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2
Tabel 4
Bentuk Kegiatan Green Waste di
Kecamatan Bandung Wetan
N Kegiatan Green Waste Per Lokasi
o Kelurahan
I. Kelurahan Cihapit
1 ------------------------------------------- --------
------------------------ ---------
II. Kelurahan Citarum
Gambar 8 Identifikasi Lokasi Sebaran
1 ------------------------------------------- --------
------------------------- ------- Forum Hijau
III. Kelurahan Tamansari
1 Pembentukan bank sampah Semua Hubungan kolerasi antara kegiatan empat
RW
2 Daur ulang sampah organik atribut green city yang terdiri atas kegiatan
(kompos) dan non-organik penanaman pohon, luas RTH, jumlah pengguna
(kerajinan) sepeda, panjang jalur sepeda, jumlah komunitas
Sumber : Hasil Observasi, 2013
penggelolaan sampah dan jumlah komunitas
hijau terhadap pengaruh kualitas lingkungan
yang diwakilkan oleh indikator kadar CO,
kebisingan, debu dan volume sampah di
Kecamatan Bandung Wetan.
Berdasarkan hasil analisis SPSS secara
komputerisasi dengan metode analisis bivariate
correlate hasilnya adalah sebagai berikut :
Pertama, Hubungan kolerasi kegiatan
green city dengan kadar CO. Hubungan yang
memiliki kolerasi kegiatan green city dengan
kadar CO ialah kegiatan penanaman pohon,
luas RTH dan panjang jalur sepeda.
(a) Kompos dari sampah organik Kedua, Hubungan kolerasi kegiatan green
city dengan kondisi kebisingan Hubungan yang
memiliki kolerasi kegiatan green city dengan
kebisingan ialah kegiatan penanaman pohon,
luas RTH, panjang jalur sepeda, , jumlah
pengguna sepeda, jumlah komunitas
pengelolaan sampah dan jumlah komunitas
hijau.
Ketiga, Hubungan kolerasi kegiatan green
city dengan kondisi debu. Hubungan yang
memiliki kolerasi kegiatan green city dengan
kondisi debu ialah kegiatan penanaman pohon,
(b) kerajinan tangan dari sampah luas RTH, panjang jalur sepeda dan jumlah
un-organik
Gambar 7 Produk Green Waste di pengguna sepeda.
Kelurahan Tamansari Keempat, Hubungan kolerasi kegiatan
Sumber : Hasil Obervasi, 2013 green city dengan jumlah volume sampah
Hubungan kolerasi antara kegiatan green city
dengan volume sampah tidak memiliki nilai
kolerasi yang signifikan sehingga tidak ada
terdapat hubungan antara keduanya
Page | 6
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2
Page | 7
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2
transportation khususnya rambu jalur sepeda terbuka hijau, jalur sepeda dan infrastruktur
Ketiga, Penyediaan shelter atau tempat pengelolaan sampah berbasis lingkungan
penyewaan sepeda
Strategi terkait Green Transportation :
Strategi terkait Green Comunity :
Pertama, Pemeliharaan dan pembangunan
Pertama, Merubah kedudukan trek jalur sepeda kepada pusat- pusat kegiatan
masyarakat dari objek menjadi subjek di pusat kota
pembangunan
Kedua, Perlu adanya pemeliharaan dan
Kedua, Peningkatan peran serta pengendalian terhadap rambu-rambu green
masyarakat setempat dalam pengelolaan transportation khususnya rambu jalur sepeda
lingkungan melalui penyuluhan dan pelatihan Ketiga, Penyediaan shelter atau tempat
penyewaan sepeda
Strategi terkait Green Waste :
Strategi terkait Green Comunity :
Pertama, Pengembangan SDA dan
sektor ekonomi yang berbasis pada Pertama, Merubah kedudukan
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat masyarakat dari objek menjadi subjek
terkait pengelolaan dari daur ulang sampah pembangunan
Page | 8
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2
Page | 9