Disusun Oleh:
Pada tahun 2010, data WHO menunjukkan bahwa secara umum 1 dari 3
perempuan di dunia mengalami kekerasan. Jika dilihat menurut wilayah, terlihat
bahwa prevalensi kekerasan terhadap perempuan di Negara-negara berkembang
cenderung lebih tinggi dibandingkan Negara-negara maju. Meskipun demikian,
ternyata prevalensi kekerasan terhadap perempuan di Negara maju cukup tinggi
yakni sekitar 25 persen. Artinya, 1 dari 4 perempuan di Negara berpendapatan
tinggi mengalami kekerasan. Di Negara-negara Afrika dan Asia, prevalensi
kekerasan terhadap perempuan tercatat sekitar 37 persen.
Prevalensi kekerasan dalam rumahtangga (KDRT) yang menimpa perempuan
yang pernah/sedang menikah tercatat lebih tinggi pada kekerasan fisik
dibandingkan kekerasan seksual. Prevalensi kekerasan fisik terhadap perempuan
semasa hidup oleh pasangan tercatat sebesar 12,3 persen, sedangkan prevalensi
kekerasan seksual tercatat sebesar 10,6 persen. Akan tetapi prevalensi kekerasan
seksual (3,8 persen) dalam 12 bulan terakhir oleh pasangan lebih tinggi dari
pada kekerasan fisik (1,8 persen).
F. Dampak KDRT
Bagi Korban:
a. Trauma
Ada banyak kasus di mana korban kekerasan dalam rumah tangga menjadi
tertekan dan trauma setelah menghadapi pelecehan dalam hubungan
mereka.Hal ini membuat mereka tidak bisa 'berfungsi' normal, yang kadang
mempengaruhi berbagai aspek lain dalam kehidupan mereka, misalnya
dalam bidang pekerjaan atau pendidikan. Juga dapat menimbulkan trauma
pada anak yang menjadi saksi peristiwa kekerasan dalam lingkup keluarga,
juga dapat mengalami trauma berupa gangguan fisik, mental dan emosional.
b. Rasa sakit
Dalam kasus di mana salah satu di antara pasangan menerima kekerasan
fisik, korban mungkin mengalami rasa sakit dan penderitaan. Dan ada kasus
di mana cedera fisik sulit untuk dihilangkan.Dalam beberapa kasus ekstrem,
korban KDRT mengalami cacat fisik permanen akibat penganiayaan yang
diterimanya.
c. Ketakutan
Sebuah studi baru-baru ini mengatakan, korban kekerasan dalam rumah
tangga cenderung menjadi paranoid. Mereka mungkin tidak bisa
mempercayai adanya sebuah hubungan baru di mana mereka tidak akan
dianiaya.
G. Penatalaksanaan
Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, diperlukan
cara-cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain:
1. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh
pada agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan
dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.
2. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena
didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak,
saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat saling
mengahargai setiap pendapat yang ada.
3. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah
tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak,
itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
4. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya
antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling
percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk
melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul
adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga
berlebihlebihan.
5. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada
dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi
pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga
dapat diatasi dengan baik.
Sumber: https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/71ad6-buku-ktpa-meneg-pp-
2017.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KDRT
Seorang perempuan usia 25 tahun dibawa keluarga ke UGD RSU dalam kondisi tidak
berdaya, mata kiri biru lebam karena dipukul oleh suaminya. Keluarga membawa Surat
Permintaan Visum dari kepolisian dan bermaksud dilakukan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan keterangan medis terhadap luka-lukanya. Klien mengatakan bahwa
wajahnya ditinju berkali-kali dan tangan klien juga disulut rokok oleh suaminya. cekcok
antar pasangan suami istri ini sudah kerap terjadi di awal pernikahan 2 tahun yang lalu.
suami memang memiliki sifat yang temperamen, namun sejak di PHK dari
pekerjaannya 6 bulan yang lalu, sifat kasar suami semakin menjadi-jadi. untuk menutupi
kebutuhan ekonomi, klien terpaksa bekerja sebagai buruh pabrik dan tukang cuci,
sementara suami tidak ada upaya untuk mencari pekerjaan.
Kejadian pemukulan yang terjadi semalam, dipicu oleh kecemburuan suami yang
menuduh klien selingkuh. suami menganggap klien sudah tidak menghargai sebagai
suami karena pencari nafkah selama ini adalah klien yang notabene adalah ibu rumah
tangga namun harus bekerja untuk menutupi keuangan keluarga.
PENGKAJIAN
a) Identitas
Nama : Ny. X
Umur : 25 tahun
Agama : islam
Alamat : jln. Bahagia, Jakarta pusat.
Status perkawinan : menikah
A. Faktor Predisposisi
1. Biologis : Mata kiri biru lebam
2. Psikologis : klien mengatakan cekcok antar pasangan suami istri
sudah kerap terjadi sejak awal pernikahan 2 thn yg lalu, Suami memiliki sifat
tempramen , namun sejak di phk sifat nya makin menjadi jadi
3. Sosiokultural : perempuan berusia 25 tahun bekerja sebagai buruh pabrik dan
tukang cuci untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sementara suami tidak ada
upaya untuk mencari pekerjaan setelah di PHK 6 bulan yang lalu.
B. Faktor Presipitasi
- Kejadian pemukulan terjadi semalem, karena Klien dituduh suaminya
selingkuh
- Klien mengatakan wajahnya ditinju berkali kali , Klien mengatakan
Tangan klien disundut pake rokok, mata kiri biru lebam, korban
mengalami KDRT
C. Penilaian stressor / tanda gejala
- Respon koognitif : tidak ada
- Respon afektif : berfikir bahwa cekcok hal yang biasa. Karena sudah kerap
terjadi di awal pernikahan 2 tahun yang lalu.
- Respon fisiolois : kondisi tidak berdaya
- Respon perilaku : datang ke RSU
- Response social : bercerita ke keluarga
D. Sumber koping
Keluarga membawa surat permintaan Visum dari kepolisian kemudian datang ke
UGD RSU bermaksud dilakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan
keterangan medis terhadap luka – lukanya
E. Mekanisme koping
Koping adaptif : menceritakan masalahnya ke keluarga kemudian melaporkan ke
polisi dan dilakukan pemeriksaan fisik
F. Pemeriksaan Fisik head to toe : apakah ada luka lain selain luka lebam di mata
dan tangan klien
G. Pemeriksaan Tanda-tanda vital
DATA FOKUS
ANALISA DATA
DO:
Kondisi klien terlihat tidak
berdaya, mata kiri biru
lebam
Keluarga membawa Surat
Permintaan Visum .
2. Ds: Harga diri rendah Pola
Klien terpaksa bekerja situasional Ketidakberdayaan
sebagai buruh pabrik dan (Nanda 2018,
tukang cuci, sementara Domain 6, Kelas 2,
suami tidak ada upaya untuk Kode diagnosis
mencari pekerjaan 00120, Hal.272)
Klien mengatakan bahwa
wajahnya ditinju berkali-kali
dan tangan klien juga disulut
rokok oleh suaminya
DO:
Kondisi klien terlihat tidak
berdaya, mata kiri biru
lebam
Keluarga membawa Surat
Permintaan Visum
Cause KETIDAKMAMPUAN
KOPING KELUARGA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA
1. Harga diri rendah situasional b.d Pola Ketidakberdayaan
(Nanda 2018, Domain 6, Kelas 2, Kode diagnosis 00120, Hal.272)
2. Risiko Cedera b.d. Gangguan mekanisme pertahanan primer
(Nanda 2018, Domain 11, Kelas 2, Kode Diagnosis 00035, Hal.393)
3. Ketidakmampuan koping keluarga Perilaku keluarga yang mengganggu
kesejahteraan (Nanda 2018, Domain 9, Kelas 2, Kode Diagnosis 00073,
Hal.333)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Judul : “Kajian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Psikologi Anak Di Desa
Soakonora Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat.”
Correspondensi : Edwin Manumpahi, Shirley Y.V.I., Gonihendrik W. Pongoh
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Moleong, (1996) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks
sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif peneliti adalah sebagai sumber instrumen yakni sebagai pengumpul
data secara langsung.
Hasil Penelitian :
.
Sumber : Manumpa, Edwin, dkk. 2016. Kajian Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Terhadap Psikologi Anak Di Desa Soakonora Kecamatan Jailolo Kabupaten
Halmahera Barat. e-journal “Acta Diurna” Volume V. No.1. Tahun 2016. Diakses : 13
Oktober 2020. Link : https://ejournal.unsrat.ac.id