Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS Februari 2018

HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Cynthia Fidelia Montang
N 111 16 062

Pembimbing :
dr. Indah P. Kiay Demak, M. Med, Ed
dr. H. Syahriar, M. Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di
Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat
umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan (Muchid, 2012).
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi juga dapat mengakibatkan
terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini
bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan
tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan/atau
penggunaan obat jangka panjang (Muchid, 2012).
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik
karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”.
Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otak ataupun ginjal (Muchid, 2012).
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan
95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum
satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut.
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada
patogenesis hipertensi primer ( Soenarto, 2015)

1
Hipertensi sekunder, kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah ( Soenarto, 2015)
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi
mereka dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah
yang diinginkan, yaitu dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat
kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak
menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum
obat kemungkinan lebih besar (Muchid, 2012).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada
umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
(29,4%), sulawesi tengah sendiri menempati urutan kelima dengan angka
presentase 28,7%. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis
tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1
persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah
normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %) (Riskesdas, 2013).
Pada wilayah kerja Puskesmas Tipo, hipertensi menduduki tingkat
kelima dalam pandataan rekapitulasi penyakit penyakit terbesar berdasarkan
kunjungan pasien yang ada di Puskesmas Tipo pada tahun 2016 (Puskesmas
Tipo, 2016)

2
Berikut jumlah kasus baru/lama di wilayah kerja Puskesmas Donggala
bulan januari sampai desember tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Data 10 Penyakit Terbesar UPTD Urusan Puskesmas


Donggala Tahun 2016

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH

1 Influenza 1871
2 Gastritis 1331
3 Hypertensi 858
4 Diabetes Melitus 374
5 Kehamilan Normal 302
6 Dermatitis Kontak Atopik (DKA) 285
7 Anemia 230
8 Artritis Reumatoid 222
9 Gastroenteritis 187
10 Artritis Osteoatritis 164

(Profil Puskesmas Donggala, 2016)

1.2. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit hipertensi dan beberapa resiko
penyebarannya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Donggala

3
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : irt
Agama : Islam
Alamat : Kabonga Besar
Tanggal Pemeriksaan 9 Februari 2018

B. Deskripsi Kasus
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Tegang pada tengkuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri pada tengkuk yang dialami sejak kurang
lebih dua hari yang lalu. Keluhan dirasakan pasien sejak pasien pulang
pesta pernikahan. Keluhan tersebut dirasakan sangat menganggu terutama
dalam aktivitasnya sehari-hari, keluhan kadang disertai dengan adanya
nyeri kepala, tangan dan kaki yang kram, serta rasa tidak nyaman saat tidur
malam hari ketika nyeri itu timbul. Pasien juga biasa mengeluhkan nyeri
pada sendi kaki, namun hal ini tidak begitu mengganggu. Riwayat demam
(-), batuk (-), flu (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), mual (-) muntah (-),
nyeri ulu hati (+), diare (-), BAB (+) biasa, BAK (+) lancar.

4
Riwayat Penyakit Dahulu: :
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (+), asma (-), DM (-), riwayat
operasi (-), Alergi (-), riwayat minum obat anti hipertensi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien tidak mengetahui riwayat keluarga.
Riwayat Pengobatan :
Pasien mengaku belum pernah minum obat tekanan darah sebelumnya,
pasien hanya meminum neurobion.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:
Pasien merupakan suku kaili. Pasien mengaku sangat menggemari
makanan khas kaili seperti sayuran bersantan, tumisan, ikan asin, ikan teri,
ikan goreng, daging kari, dan lain-lain. Keluarga-keluarga dilingkungan
rumahnya rata-rata bersuku kaili sehingga kebiasaan makannya sama
dengan pasien, baik sehari-hari maupun menu makanan saat acara pesta.
Pasien tergolong kelas menengah.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Frek. Nadi : 84 x/menit
Frek. Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7 º C
Berat Badan : 69 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Status Gizi : Baik

5
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

E. Diagnosis Kerja
Hipertensi grade I

F. Penatalaksanaan
Captopril tablet 12,5 mg 0-0-1
Natrium Diklofenac tablet 50 mg 2x1

G. Prognosis
Dubia ad bonam

H. Konseling
 Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak menular,
tidak bisa sembuh dan hanya bisa dikontrol.
 Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit
hipertensi dan faktor risiko hipertensi.
 Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh
 Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang asin,
makanan yang digoreng dan makanan yang berlemak/santan.
 Menganjurkan pasien agar rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki
sekitar 30 menit.
 Menjelaskan kepada pasien agar tekun meminum obat dan rutin
memeriksakan dirinya ke Puskemas atau dokter, meskipun pasien tidak
memiliki keluhan.
 Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi

6
KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN

BIOLOGIS

Usia
- Usia pasien 56 tahun
- Kejadian hipertensi paling
tinggi pada usia > 40 tahun

MELITUS

DIABETES
MELITUS

PERILAKU DIABETES LINGKUNGAN


MELITUS
Diet Tinggi Garam HIPER
TENSI
DIABETES
Tingkat Pendidikan
MELITUS
Diet Tinggi Lemak Stress psikis
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
PELAYANAN
KESEHATAN
DIABETES
Tersedia tensimeter
MELITUSuntuk mengukur TD
Terdapat penanggung jawab posbindu yang rutin skrining
Tersedia media untuk penyuluhan
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS 7

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
BAB III
DIABETES
PEMBAHASAN
MELITUS

3.1 Aspek Klinis DIABETES


Pada kasus ini, pasien adalah seorang
MELITUSperempuan berumur 56 tahun dengan
keluhan utama tegang pada tengkuk sejak kurang lebih dua hari yang lalu. Sakit
DIABETES
yang dirasakan pasien ini hilang timbul dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
MELITUS
Sebelum merasakan keluhan ini, pasien mengakui kurang mengontrol pola
makannya karena akhir-akhir ini ia sering mengkonsumsi makanan yang asin
DIABETES
(ikan garam) dan makanan yang MELITUS
bersantan. Selain itu pasien mengeluhkan
merasakan nyeri-nyeri pada sendi kakinya. Riwayat demam (-), batuk (-), flu (-),
DIABETES
sesak nafas (-), nyeri dada (-), mual (-) muntah (-), nyeri ulu hati (+), diare (-),
MELITUS
BAB (+) biasa, BAK (+) lancar. Pasien mengakui sudah lama mengetahui bahwa
pasien menderita hipertensi, namun tidak
DIABETES pernah mengonsumsi obat
antihipertensi. MELITUS
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/80 mmHg,
DIABETES
frekuensi nadi: 84 x/menit, laju pernapasan: 20 x/menit, suhu aksila: 36,7 º C,
MELITUS
berat badan: 69 kg, tinggi badan: 155 cm, dengan status gizi baik.
Hipertensi lebih dikenal oleh DIABETES
masyarakat dengan istilah penyakit tekanan
darah tinggi. Batas tekanan darah MELITUS
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan
DIABETES
tekanan diastolic. Berdasarkan JNC VIII, seorang dewasa dikatakan mengalami
MELITUS
hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg
atau lebih pada umur 60 tahun (PERKI, 2010).
DIABETES
MELITUS tekanan darah sistolik lebih dari
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya
atau sama dengan 140 mmHg dan atau diastolik lebih atau sama dengan 90
DIABETES
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
MELITUS
keadaan cukup istirahat/tenang. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila
tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Menurut The Joint National
DIABETES
MELITUS

DIABETES 8
MELITUS
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC-VII)
DIABETES
1
Tabel 1. Klasifikasi
MELITUShipertensi

DIABETES
Klasifikasi TD Sistolik (mmHg)
MELITUS TD Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre hipertensi 120-139 DIABETES 80-89
Grade I 140-159 MELITUS 90-99
Grade II ≥160 ≥100
oleh karena itu pasien pada laporan kasus ini dapat didiagnosis menderita
DIABETES
Hipertensi Grade I. Untuk penatalaksanaan
MELITUSpada pasien ini diberikan amlodipin 5
mg 1x1 tablet (malam).
DIABETES
MELITUS
3.2 Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-
DIABETES
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
MELITUS
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor
DIABETES
genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor
MELITUS
lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan kesehatan (jenis,
cakupan dan kualitasnya), namun yang paling berperan dalam terjadinya
DIABETES
hipertensi adalah faktor genetik, perilaku,
MELITUS serta pelayanan kesehatan. Hipertensi
menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut :
a. Biologis DIABETES
MELITUS
Pada pasien ini faktor biologis yang mendukung rentannya pasien untuk
mengalami hipertensi adalah faktor usia. Tekanan darah tinggi sangat sering
DIABETES
terjadi pada orang berusia lebih dari 56 tahun karena tekanan darah secara
MELITUS
alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut Davidson,
DIABETES
bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun
MELITUS
ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi

DIABETES
MELITUS
9
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya. Namun pasien tidak
MELITUS
mengetahui riwayat dari kedua orang tua, hanya saja tante pasien menderita
DM. DIABETES
MELITUS
Kedua faktor ini merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
atau tidak dapat dihindari, sehingga pasien hanya dapat memodifikasi faktor
DIABETES
risiko lain seperti gaya hidup yang mendukung pencegahan peningkatan
MELITUS
tekanan darah. Sarana layanan kesehatan juga sebaiknya disarankan untuk
gencar melakukan penyuluhanDIABETES
dan pemeriksaan berkala pada masyarakat
MELITUS
golongan resiko tinggi menderita hipertensi agar masyarakat dapat waspada
sehingga tekanan darah dapat terkontrol.
DIABETES
Puskesmas Donggala telah membuat suatu program Pos Pembinaan
MELITUS
Terpadu (Posbindu) Usia Lanjut yang diadakan setiap bulan untuk
pemeriksaan berkala dan penyuluhan mengenai kesehatan lansia. Sehingga
DIABETES
seseorang yang sudah tercatat MELITUS
memiliki hipertensi akan selalu difollow up
kembali.
DIABETES
MELITUS
b. Perilaku
Faktor perilaku pada pasien ini yang mendukung terjadinya hipertensi
DIABETES
adalah kebiasaan pola makananMELITUS
yang diet tinggi garam dan makanan tinggi
lemak. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg
DIABETES
dan bila dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran
MELITUS
dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Makan ikan secara
DIABETES
teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan
MELITUS
tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak Pasien
disarankan untuk menghindari konsumsi makanan tinggi garam dan juga
DIABETES
lemak serta teratur berolahraga. Melakukan olahraga secara teratur tidak
MELITUS
hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan
tekanan darah. DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS 10

DIABETES
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
Pola makan pada pasien dan keluarga yang sering makan makanan
DIABETES
yang digoreng dan bersantanMELITUS
merupakan salah satu faktor terjadinya
hipertensi. Makanan yang digoreng dan bersantan mengandung kadar lemak
DIABETES
yang tinggi yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah
MELITUS
dan memudahkan terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan aliran darah.
DIABETES
Kondisi aktivitas fisik MELITUS
pasien tergolong cukup, pasien sehari-hari
beraktivitas dalam rumah seperti menyapu, memasak dan membersihkan
DIABETES
rumah dengan begitu kebutuhan fisik dalam berolahraga terpenuhi dengan
MELITUS
aktivitas tersebut. Puskesmas Donggala sudah mencanangkan kegiatan
senam prolanis sehingga pasien dapat disarankan untuk teratur mengikuti
DIABETES
kegiatan tersebut. MELITUS
Faktor perilaku lainnya yang dapat dinilai yaitu tidak pernah kontrol
terhadap penyakit yang dideritaDIABETES
oleh pasien. Berdasarkan anamnesis, pasien
MELITUS
tidak pernah ke puskesmas untuk datang kontrol. Setelah mengetahui bahwa
pasien memiliki hipertensi pasien hanya minum obat neurobion.
DIABETES
MELITUS
c. Lingkungan
Faktor lingkungan yangDIABETES
mendukung pada pasien ini adalah tingkat
MELITUS
pendidikan, sosial dan stress psikis. Masalah hipertensi sering timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya DIABETES
informasi yang memadai tentang penyakit ini.
Puskesmas telah rutin melakukan penyuluhan baik secara masal ataupun
MELITUS
edukasi perindividu mengenai penyakit yang sering diderita oleh lansia
DIABETES
khususnya hipertensi. Namun oleh karena pasien belum merasakan keluhan
MELITUS
yang bermakna maka anjuran mengenai pencegahan komplikasi masih
belum dilaksanakan secara maksimal.
DIABETES
Kehidupan sosial pasienMELITUS
yang merupakan suku kaili yang terbiasa
menjadikan makanan bersantan seperti sayur kelor, makanan berlemak
DIABETES
seperti kaledo, makanan digoreng seperti ikan teri, dan kurangnya konsumsi
MELITUS

DIABETES 11
MELITUS
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
sayuran dan buah-buahan pada. Sehinga peran anggota keluarga yang lain
sangat penting untuk memberiDIABETES
dukungan kepada pasien mengenai menjaga
kesehatan. MELITUS
Dengan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
DIABETES
dalam hal ini hipertensi, penderita akan terdorong untuk patuh dengan
MELITUS
pengobatan yang mereka jalani. Kegiatan penyuluhan dan penjelasan secara
langsung ketika pasien berobat di layanan kesehatan harus dilakukan
DIABETES
MELITUS
semakin sering untuk meningkatkan kesadaran pasien.

DIABETES
d. Aspek pelayanan kesehatan
MELITUS
Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja puskesmas untuk
DIABETES
menanggulangi penyakit hipertensi mulai dari pelayanan UKP berbasis
MELITUS
pelayanan poli Umum melakukan pengukuran TB, BB, polik umum juga
melakukan anamnesis, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan
DIABETES
diagnosa, selanjutnya dokter pemeriksa
MELITUS memberikan terapi sesuai dengan
diagnosa dan penanganan yang benar, apotik sebagai penyedia obat yang
DIABETES
sesuai dengan resep dokter. Dari pelayanan UKM yang dilakukan puskesmas
untuk menanggulangi MELITUS
hipertesi dengan program posbindu, alur
pelaksanaanya pun sama, dimana kita memberitahu kepada kader disetiap
DIABETES
desa yang akan kita lakukan kegiatan,
MELITUS nantinya kader atau bidan desa akan
memberitahukan kepada warga bahwa akan ada kegiatan posbindu, biasanya
DIABETES
akan dikabarkan melalui masjid atau secara langsung kerumah kepala desa
atau kerumah-rumah warga, MELITUS
setelah itu dilakukan pendaftaran di meja
pertama, selanjutnya melakukan pengukuran TB dan BB, setelah itu
DIABETES
dilakukan pengukuran tekananMELITUS
darah, dan dilakukan anamnesis kepada
pasien, selanjutnya memberikan terapi sesuai dengan keluhan dan penyakit,.
DIABETES
Puskesmas Donggala memiliki Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Usia
MELITUS
lanjut yang dilaksanakan setiap bulan. Posbindu merupakan suatu program
yang bertanggung jawab dalam kesejahteraan orang usia lanjut. Kegiatan ini
DIABETES
MELITUS
12
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
terdiri atas promotif, preventif,MELITUS
kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan promotif
dan preventif dilakukan melalui penyuluhan tentang penyakit-penyakit
degenaratif, gizi, kesehatan DIABETES
jiwa, olahraga lansia, dan lain-lain serta
MELITUS
pembagian pamflet tentang kesehatan. Kegiatan kuratif dilakukan dengan
pemeriksaan fisik setiap bulan DIABETES
dan pengobatan.
Pasien ini sendiri yang menjadi
MELITUSkendalanya adalah pasien malas untuk
menambah obat hipertensi dipuskesmas dan hanya berharap posbindu yang
DIABETES
pelaksanaannya dilakukan sekali sebulan, apalagi ketika pasien merasa
MELITUS
sudah merasa lebih baik, maka pasien akan langsung berhenti minum obat,
sehingga penyuluhan yang dilakukan
DIABETESsecara individu adalah menekankan
kepada pasien bahaya hipertensi, kenapa harus selalu meminum obat,
MELITUS
menjelaskan apa yang terjadi jika berhenti minum dan kenapa harus selalu
mengontrol tekanan darah.
DIABETES
MELITUS

1.3 Pencegahan Hipertensi DIABETES


a. Pencegahan Primordial MELITUS
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor
DIABETES
predisposisi terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang
MELITUS
menjadi risiko. Pendekatan populasi secara khusus mengandalkan program
untuk mendidik masyarakat. Pendidikan
DIABETESmasyarakat yakni masyarakat harus
MELITUS
diberi informasi mengenai sifat, penyebab, dan komplikasi hipertensi, cara
pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh faktor risiko kardiovaskular
DIABETES
lainnya (USU, 2013).
MELITUS

b. Pencegahan Primer DIABETES


MELITUS
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor
risiko yang tampak pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat
DIABETES
yang berisiko tinggi dengan usaha peningkatan derajat kesehatan yakni
MELITUS

DIABETES
MELITUS
13
DIABETES
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal


DIABETES
MELITUShipertensi (USU, 2013).
dan menghindari faktor risiko timbulnya
Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
DIABETES
1) Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu
MELITUS
menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan
kegemukan, DIABETES
menghindari meminum minuman beralkohol,
MELITUSyang mengandung makanan yang
mengurangi/menghindari makanan
berlemak dan berkolesterol tinggi
DIABETES
2) Peningkatan ketahanan fisikMELITUS
dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan
olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki,
DIABETES
berlari, naik sepeda, berenang, diet rendah lemak dan memperbanyak
MELITUS
mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, mengendalikan stress dan emosi
(USU, 2013).
DIABETES
MELITUS
c. Pencegahan Sekunder
DIABETES
Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui
MELITUS
diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses
penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik
DIABETES
terhadap pengidap tekanan darahMELITUS
tinggi mempunyai beberapa tujuan:
1) Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi
DIABETES
2) Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular
MELITUS
3) Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya
4) Mencari kemungkinan penyebabnya (Yogiantoro, 2014)
DIABETES
Sudah jelas bahwa semuaMELITUS
tujuan ini merupakan unsur-unsur proses
diagnosis tunggal yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga
DIABETES
metode klasik: pencatatan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
MELITUS
pemeriksaan laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan laboratorium harus
dilakukan dapat disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS 14

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
penyakit, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium pendahuluan (Depkes RI,
2010).
DIABETES
MELITUS
Perangkat diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat
menggunakan sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan
DIABETES
tekanan sistolik dan diastolikMELITUS
jauh sebelum adanya gejala penyakit.
Pemerikasaan penunjang yang rutin bisa dilakukan pada penderita hipertensi
DIABETES
yang bertujuan mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi
MELITUS
jantung serta ginjal (USU, 2013).
Pencegahan bagi mereka yangDIABETES
terancam dan menderita hipertensi adalah
sebagai berikut: MELITUS
1) Pemeriksaan berkala
DIABETES
 Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter
MELITUS
secara teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita
menderita hipertensi atauDIABETES
tidak
 MELITUS
Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa
obat-obatan anti hipertensi
DIABETES
2) Pengobatan/perawatan
MELITUS
 Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit
DIABETES
hipertensi dapat segera dikendalikan

MELITUS
Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia,
diabetes mellitus dan lain-lain
DIABETES
 Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas
MELITUS
hidup penderita tidak menurun
 DIABETES
Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada
MELITUS
ginjal, hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan
organ (USU, 2013). DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES 15
MELITUS
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
d. Pencegahan Tersier MELITUS
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan
DIABETES
mencegah cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi.
MELITUS
Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Menurunkan tekanan darah keDIABETES
tingkat yang normal sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun MELITUS
2) Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan
DIABETES
kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan
MELITUS
kelumpuhan anggota badan
3) Memulihkan kerusakan organDIABETES
dengan obat antihipertensi (USU, 2013).
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
16
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
BAB IV
MELITUS
PENUTUP
DIABETES
MELITUS
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
DIABETES
MELITUS
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:

1. Hipertensi merupakan kasus tersering


DIABETES yang terjadi pada usia produktif dan
lansia di wilayah puskesmas MELITUS
Donggala, sehingga masuk ke dalam 10
penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Donggala.
DIABETES
2. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada
MELITUS
pasien, yaitu : biologis, perilaku, lingkungan dan fasilitas kesehatan.
DIABETES
4.2 Saran MELITUS
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
DIABETES
dapat diberikan saran, antara lain:
MELITUS
1. Pentingnya melakukan pendataan pola dan gaya hidup masyarakat yang
DIABETES
berada disekitar lingkungan puskesmas guna pengendalian faktor resiko
MELITUS
suatu penyakit tertentu.
2. Perlu meningkatkan promosi kesehatan sehingga dapat memelihara,
DIABETES
MELITUS
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan kondisi lingkungan
sosial serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
DIABETES
mengenai perilaku hidup sehat dan pengendalian hipertensi.
MELITUS
3. Perlunya peningkatan edukasi kepada pasien mengenai rehabilitatif agar
DIABETES
pasien tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan
MELITUS
kontrol teratur agar komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat
diturunkan.
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS 17

DIABETES
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
DAFTAR PUSTAKA
MELITUS
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Riset KesehatanDIABETES
Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. MELITUS

Depkes RI. (2010). Seminar Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
DIABETES
Direktorat Penyehatan Lingkungan
MELITUS
Muchid , Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina Farmasi Kemenkes.
Jakarta. 2012. DIABETES
MELITUS
Puskesmas Donggala. 2016. Profil Puskesmas Tipo Tahun 2016. Puskesmas
Donggala: Sulawesi Tengah.
DIABETES
Repositori Terbitan Ilmiah USU. Penilaian
MELITUSKesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara. 2012
DIABETES
Soenarta, Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Pedoman
PERKI. Jakarta. 2015. MELITUS

Universitas Sumatera Utara. Hipertensi.DIABETES


2013. [Accessed on Oktober 10, 2017]
MELITUS
Yogiantoro M (Ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES 18
MELITUS
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
LAMPIRAN
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

Tampak DIABETES
rumah dari depan
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
Ruang keluarga Dapur
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
19
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
Ruang cuci dan kamar mandi
DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS

DIABETES
MELITUS
20
DIABETES

Anda mungkin juga menyukai