Reproduksi dalam peternakan merupakan hal yang penting untuk
menjaga pupulasi ternak. Peran reproduksi juga berpengaruh produksi seperti
ketersediaan bibit ternak, ketersedian telur dan susu. Tampa adanya reproduksi maka individu tidak dapat menghasilakan produk peternakan dan tidak dapat melanjutkan keturunannya. Jika hal tersebut terjadi maka populasi ternak akan punah. Kebutuhan produk ternak yang berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah umat manusia yang semakin bertambah membuat populasi ternak wajib kembangkan dengan cara melakukan kegiatan reproduksi. Reproduksi pada ternak dapat terjadi jika terdapat individu jantan dan betina. Saat proses reproduksi adalah suatu proses ketika individu betina yang menghasilkan Ovum atau sel telur bertemu dengan seperma yang dihasilkan oleh individu jantan. Proses pembentukan sperma disebut Spermatogenesis. Proses tersebut di awali dengan sel benih yang bernama Spermatogonium. Sel tersebut akan mengalami fase pembelahan mitosis seiring dengan perkembangan sel kelamin. Sel sel yang menganlami mitosis akan menghasilakan generasi sel yang baru kemudian sel tersebut akan terus menerus membelah sebegai sel induk yang dinamakan Spermatogonium tipe A. Selama sel tersebut menganlami mitosis Spermatogonium tipe A akan berubah menjadi Spermatogonium tipe B. Sel tipe B merupakan sel yang menjadi cikal bakal terbentuknya Spermatosit primer. Pada fase pembelahan miosis pertama spermatogenium tibe B akan berubah menjadi Spermatosit primer. Kemudian dilajutkan dengan fase miosis kedua menghasilkan Spermatosit sekunder. Setelah mengalami fase miosis yang kedua, spermatosit sekunder akan berubah membelah menjadi sepermatid dan masuk pada fase spermatogenesis.
Pada proses spermatogenesis terjadi proses - proses dalam istilah
sebagai berikut : a. Spermatositogenesis merupakan tahapan pertama dari spermatogenesis, yaitu pada saat spermatogonium menjadi spermatosit primer melalui pembelahan (mitosis), selanjutnya spermatosit melakukan pembelahan secara (meiosis) menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah tersebut umumnya disingkat dengan proses pembelahan sel spermatogonium menjadi spermatid. b. Spermiogenesis merupakan proses perubahan spermatid menjadi sperma dewasa. Proses tersebut terjadi di dalam epididimis yang membutuhkan waktu 2 hari. Pada waktu dua hari tersebut terjadi beberapa proses, yaitu tahap 1) Pembentukan golgi, axon ema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma di fagosit oleh sel Sertoli. c. Spermiasi merupakan proses pelepasan sperma yang terdapat di sel sertoli menuju ke lumen tubulus seminiferous kemudian ke epididymis. Pada proses ini sperma masih bersifat non motil atau bulum memiliki kemampuan untuk pergerak sendiri. Sperma non motil akan ditransfor dalam cairan yang bernama testicular yang dihasilkand dari sekresi sel sertoli kemudian sperma bergerak menuju epididymis karena adanya kontraksi otot peritubuler. Pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria tidak terjadi karena motilitas, melainkan sperma bergerak dengan adanya kontraksi peristaltic otot.
Gambar 1. Tahapan pembentukan spermatogenesis (Junqueira et al, 2007).
Sumber : ilmuternak.com
Fawcett, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC 423-501.
Junqueira, L. C., Jose Carneiro, Robert O. K. 2007. Histologi Dasar edisi ke- 8. Jakarta: EGC. Hal 419-432. Partodiharjo, Soebadi. 1980. Pemulia Biakkan Ternak Sapi. PT Gramedia, Jakarta.