Anda di halaman 1dari 10

Nama : Annisa Oktavia

NIM : 11180110000032
Dosen Pengampu : Dr. Sururin, M.Ag.
Judul buku : Psikologi Pendidikan
Penulis : John W. Santrock
Penerjemah : Tri Wibowo B.S
Penerbit : Kencana

BAB I : PSIKOLOGI PENDIDIKAN : PERANGKAT UNTUK MENGAJAR SECARA


EFEKTIF

Psikologi Pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara
memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Bidang psikologi
pendidikan didirikan oleh beberapa ahli atau perintis bidang psikologi sebelum awal abad ke-
20. Ada tiga perintis atau ahli terkemukan yang muncul di awal sejarah psikologi pendidikan,
yaitu:

 William James (1842-1910), setelah meluncurkan buku ajar psikologinya yang


pertama  adalah Principles of Psychology (1890). Dia mengatakan bahwa eksperimen
psikologi di laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan pentingnya mempelajari
bagaimana cara mengajar anak secara efektif dan menegaskan bahwa pentingnya
mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas yang berguna untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
 John Dewey (1859-1952). Dari Dewey kita mendapatkan pandangan tentang anak
sebagai pembelajar aktif (active learner), mendapatkan ide bahwa pendidikan
seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan
anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan dari Dewey kita juga mendapatkan
gagasan bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya.
 E.L. Thorndike (1874-1949). Thorndike yang memberi banyak perhatian pada
penilaian dan pengukuran serta perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Dia
berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah
menanamkan keahlian penalaran anak.
Cara Mengajar yang Efektif
Hal ini membutuhakn dua hal yang paling utama, yaitu:
1. Pengetahuan dan Keahlian Profesional
2. Komitmen dan Motivasi

BAB II : PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA

Perkembangan Kognitif
Orang berkembang melalui empat tahap perkembangan kognitif antara saat dilahirkan
dan usia dewasa, menurut Jean Piaget. Masing-masing tahap ditandai oleh kemunculan
kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia ini
dengan cara makin rumit.
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
1. Sensorimotor (Lahir hingga 2 tahun)
2. Praoperasional (2 hingga 7 tahun)
3. Operasional Konkret (7 hingga 11 tahun)
4. Operasional Formal (11 tahun hingga Dewasa)
Perkembangan Bahasa
Tahapan perkembangan bahasa berkaitan dengan usia anak. Kemampuan bahasa terdiri
dari sejumlah tahapan, yaitu infancy (bayi), early childhood (anak-anak kecil), middle and
late childhood (anak-anak usia sekolah menjelang remaja), dan remaja
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar
atau lukisan. Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam
sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.

BAB III : KONTEKS SOCIAL DAN PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL

1.Teori Ekologi Bronfenbrenner

a) Mikrosistem
b) Mesositem
c) Ekosistem
d) Makrosistem
e) Kronosistem
2. Konteks Perkembangan Sosial
a. Keluarga
b. Keterlibatan orangtua dan hubungan sekolah – keluarga-masyarakat
c. Teman Sebaya
d. Sekolah
3. Strategi Mendidik Anak Sesuai Teori Erikson
a. Mendorong insiatif dalam diri anak-anak.
b. Mendorong anak-anak sekolah dasar untuk lebih rajin.
c. Menstimulasi eksplorasi identitas pada masa remaja.
d. Periksalah hidup anda sebagai guru melalui lensa delapan tahapan Erikson.
e. Manfaatkan karakteristik dan beberapa tahapan Erikson yang lain.
4. Perkembangan Emosi
a. Regulasi Diri dan Minat Terhadap Lingkungan
b. Keakraban – Keintiman
c. Komunikasi Dua Arah
d. Komunikasi Kompleks
e. Ide Emosional Berpikir Emosional

BAB IV : VARIASI INDIVIDUAL

Pada dasarnya, setiap individu atau setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda.
perbedaan itu terletak pada jenis bakat. Bakat biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan
yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud.
Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda namun saling terkait.
Tanda-tanda bakat yang bisa tampak sejak kecil pada peserta didik, antara lain
:mempunyai ingatan yang kuat, mempunyai analistis yang kuat, mampu berfikir abstrak,
mempunyai kemampuan mekanis, mempunyai bakat musik dan seni, luwes dalam menari,
pintar bersosialisasi, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang mencoba hal-hal yang
baru, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai daya imajinasi yang kuat.

  Pengukuran Inteligensi
Inteligensi diukur dengan tiga standar pengukuran: usia mental (mental age),
intelligence quotient (IQ), dan jenjang persentil (percentile rank)
-          Usia mental
-          Intelligence Quotient (IQ)
Sebagaimana siswa mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, mereka juga
mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, misalnya pikirkanlah bagaimana anda
mempelajari nama-nama orang yang anda temui. Apakah anda mempelajari suatu nama
dengan lebih baik kalau andamelihat tulisannya ? jika ya, berarti anda mungkin adalah
seorang pelajar visual yaitu orang yang belajar paling baik dengan melihat atau membaca.
Kalau anda mempelajari suatu nama dengan lebih baik mendengar maka anda seorang pelajar
auditori.

BAB V DIVERSITAS SOSIOKULTURAL

Arti penting dari konteks gender tampak jelas ketika mengkaji perilaku yang
dirumuskan secara kultural untuk wanita dan pria. dalam negara yang berbeda di seluruh
dunia (Best, 2001). Di AS kini ada lebih banyak penerimaan terhadap androgini dan
kesamaan dalam perilaku pria dan wanita, tetapi di banyak negara lain peran gender masih
khas. Misalnya, di Timur Tengah pembagian kerja antara pria dan wanita sangat dramatis.
Misalnya, di Irak, pria disosialisasikan dan di sekolahkan untuk bekerja di ruang publik;
wanita disosiaiisasikan untuk tetap di dunia rumah tangga dan mengasuh anak. Agama Islam
yang mendominasi Irak mengajarkan bahwa tugas lelaki adalah memberi nafkah kepada
keluarga sedangkan wanita adalah menjaga rumah dan keluarga. Setiap penyimpangan dari
tradisi perilaku maskulin dan feminin ini akan dikecam. Demikian pula di Cina, walaupun
wanita telah ada yang masuk ke ruang publik, akan tetapi pria masih lebih mendominasi.
Perilaku androginis dan kesetaraan gender adalah sesuatu yang belum diharapkan oleh lelaki
di Cina.

BAB VI : PELAJAR YANG TIDAK BIASA


Anak yang tergolong memiliki ketidakmampuan dan gangguan adalah anak yang
memiliki kekurangan dibandingkan anak seusianya. Anak-anak ini diklasifikasikan dalam
beberapa jenis gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar, gangguan emosional dan
perilaku. Pelajar yang termasuk dalam anak-anak yang memiliki ketidak mampuan ini
dilindungi oleh hokum serta diberikan penempatan dan pelayanan oleh pemerintah.
Sedangkan anak berbakat adalah anak yang memiliki keunggulan dibandingkan anak
seusianya. Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yanag
membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain
penting, termasuk didalamnya: domain intelektual-kognitif, domain persepsi-emosi, domain
motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi social.
Anak-anak berbakat juga membutuhkan layanan tambahan, sama seperti anak yang
memiliki ketidakmampuan untuk perkembangan dan pengetahuan lainnya melalui studi
independen dengan anggota fakultas atau komunitas orang-orang yang memiliki sumber
daya. Namun, system pendidikan saat ini belum bias mengakomodasi anak berbakat khusus.
Sekolah cenderung menyeragamkan kemampuan anak tanpa melihat potensinya. Padahal,
tanpa penanganan yang tepat, potensi besar anak berbakat khusus akan terbengkalai dan
kerap menimbulkan masalah.

BAB VII : PENDEKATAN BEHAVIOURAL DAN KOGNITIF SOSIAL

Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan


melalui pengalaman yang dapat diamati , bukan dengan proses mental. Proses mental
didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif secara langsung. Kedua
pandangan  ini menekan pembelajaran asosiatif (associative learning), yang terdiri dari
pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait (associated).

Salah sumbangan penting dari terapi behavioristik adalah cara yang sistematik,
metode-metode dan tehnik-tehnik terapeutiknya telah menjadi subjek bagi pengujian
eksperimental. Para terapis ini melandaskan pendekatan mereka pada 3 variabel: pengenalan
yang cermat atas tingkah laku yang maladaptif, prosedur-prosedur treatment, dan pengubahan
tingkah laku. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.  Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

BAB VIII : PENDEKATAN PEMROSESAN

1. Pendekatan pemrosesan memekankan bahwa anak memanipulasi informasi,


memonitrnya, dan menyusun strategi untuk informasi. Inti dari pendekatan ini adalah
proses memori dan berfikir .
2. Memori adalah retensi informasi sepanjang waktu dan melibatkan penyendian,
penyimpannan dan pengambilan.
3. Menjadi pakar keahlian biasanya membutuhkan latihan,motivasi, dan bakat.
4. Metakognisi melibatkan pengetahuan metakognitif dan aktivitas metakognitif.
5. Pembelajaran adalah perubahan permanen dalam prilaku,pengetahuan,dan
keterampilan kognitif yang terjadi melalui pengalaman . pengalaman adala guru
utama.
6. Strategi untuk mengurangi prilaku yang tidak diinginkan antara lain :menggunakan
penguatan diferensial,menghentikan penguatan,menjauhi stimuli yang diharapkan,
dan menyajikan stimuli yang tidak diharapkan.

BAB IX : PROSES KOGNITIF KOMPLEKS

Pemahaman terhadap konsep merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia.


Oleh karena itu, pemahaman konsep harus diajarkan oleh guru kepada siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan demikian siswa dapat mendefinisikan obyek yang ada dalam
kehidupan sehari-hari dengan pemahaman konsep yang dibangunnya sendiri. Siswa
diharapkan tidak hanya dapat menghafalkan sesuatu obyek berdasarkan pengetahuan yang
sudah terpola, tetapi siswa juga mampu mendeskripsikan obyek dengan penalarannya sendiri.
Dalam hal membantu siswa untuk memahami konsep suatu obyek, guru juga harus
mampu membantu mengajarkan kepada siswa agar dapat menjadi pemikir yang baik. Sebab
dengan proses berpikir yang baik, siswa dapat membentuk konsep, bernalar dan berpikir
secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan dapat memecahkan masalahnya
sendiri.
Hal yang sangat diharapkan dari efek perlakuan tersebut adalah siswa dapat
memecahkan masalahnya sendiri dengan lebih baik. Kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah menjadi ukuran keberhasilan seorang guru dalam mengajarkan pemahaman konsep
dan proses berpikir yang baik. Selain itu, hal yang tidak kalah penting dalam pemahaman
konsep adalah bagaimana guru dapat membantu siswa untuk mentransferkan konsep yang
dimilikinya. Transfer dalam pemahaman konseptual dapat diartikan sebagai, kemampuan
sorang siswa dalam mengaktualisasikan konsep yang dimiliki kedalam situasi yang baru dan
nyata. Dan pada titik ini, ketika siswa mampu mentransferkan konsep yang dimilikinya, maka
itu merupakan ukuran keberhasilan guru dalam membangun pemahaman konsep kepada
siswa. Dengan kata lain, keberhasilan seorang guru dalam memberikan pemahaman
konseptual kepada siswa tergantung dari apakah siswa tersebut dapat mentransferkan konsep
yang dimiliki atau tidak.
Antara pemahaman konseptual, proses berpikir, pemecahan masalah, dan transfer
merupakan empat tahapan dalam proses kognitif kompleks yang saling berhubungan satu
sama lain. Tidak dibenarkan jika salah satu tahapan dari proses kognitif kompleks dilewatkan
begitu saja. Semua harus diajarkan secara kompleks agar siswa dapat dapat lebih baik dalam
memecahkan masalahnya sendiri.

BAB X PENDEKATAN KONSTRUKTIVITAS SOCIAL

Pendekatan konstruktivis akan membuat siswa mudah memahami suatu konsep


apabila dalam proses belajar menekankan pada murid agar dapat mengkonstruksi
pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Dengan cara belajar seperti itu dapat
dikatakan proses belajar bermakna, karena tidak saja terkait dengan ketercapaian materi
belajar, namun siswa juga belajar hidup sosial ketika melakukan diskusi kelompok.
Pendekatan ini memiliki peran dalam proses pembelajaran yang sifatnya melakukan
pemecahan terhadap suatu masalah dan akan mampu menciptakan suasana belajar yang
kondusif. Dalam hal ini, guru harus mengetahui strategi menyusun kelompok kerja kecil,
karena pada dasarnya pembelajaran akan lebih bermakna apabila dilakukan dengan proses
belajar kolaboratif. Jadi, siswa yang belum jelas akan suatu permasalahan maka ia akan
bertanya dengan teman satu kelompoknya yang dirasa sudah memahami suatu konsep.
Demikian juga dengan guru yang selalu siap menjadi fasilisator bagi siswa yang
mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan kompetensi dasar
tersebut.Dalam kaitannya dengan mengajar, guru dapat mengembangkan model program
kontruktivis sosial sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik dalam perilaku siswa.
Pengembangan model tersebut dapat membantu guru meningkatkan kemampuannya agar
lebih mengenal siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan
belajar siswa

BAB XI : PEMEBELAJARAN DAN KOGNISI DI AREA ISI

Kognitif sosial adalah bahwa proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati
seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau hukuman
karena perilaku tersebut. Melalui pengamatan ini, orang tersebut akan mengembangkan
harapan-harapan tentang apa yang akan terjadi jika ia melakukan perilaku yang sama dengan
sang model. Harapan-harapan ini akan memengaruhi proses belajar perilaku dan jenis
perilaku berikutnya yang akan muncul. Namun, proses belajar ini akan dipandu oleh
sejauhmana orang tersebut mengidentifikasi dirinya dengan sang model dan sejauh mana ia
merasakan efikasi diri tentang perilaku-perilaku yang dicontohkan sang model.

Psikologi Kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum yang mencakup
studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental atau psikis yang berkaitan dengan cara
manusia berfikir, seperti dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan yang masuk
melalui penginderaan, menghadapi masalah atau problem untuk mencari suatu penyelesaian,
serta menggali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam
menghadapi tuntutan hidup sehari-hari.

Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain
apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian,
dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses
belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset
terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan
dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang
baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.

BAB XII : PERENCANAAN, INSTRUKSI, DAN TEKNOLOGI

1. Perencanaan pemebelajaran sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan proses


pembelajaran, hal ini bertujuan unutk menentukan hasil dan tujuan dari proses
pembelajaaran itu sendiri.
2. Santrock membagi rentang waktu perencanaan pembelajran dalam satu tahun menjadi
perencanaan tahunan, perencanaan term, perencanaan unit, perencanaan mingguan, dan
perencanaan harian.
3. Perencanaan pembelajaran teacher-centered adalah pembelajaran yang berpusat pada
guru. Teacher-centered adalah cara terbaik untuk mengajarkan keahlian dasar, yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur secara jelas.
4. Perencanaan pembelajaran learner-cntered adalah pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Siswa dituntuk untuk berperan aktif dalam setiap pembelajaran, sedangkan guru
dapat berfungsi sebagi fasilitaor.
5. Teknologi pembelajaran adalah suatu media yang dapat digunakan guru dan siswa
untuk membantu pemahaman dalam kegiatan belajar-mengajar. Contoh teknologi yang
dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media internet dan komputer.
6. Teknologi pembelajaran sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar-mengajar, karena
dengan adanya teknologi pembelajran proses belajar-mengajar bisa lebih efektif,
efisien, dan menyenagkan.

BAB XIII : MOTIVASI, PENGAJARAN, DAN PEMELAJARAN

Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah dan kegigihan perilaku.
Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan
lama.

Motivasi mengandung komponen social. Selain motivasi untuk berprestasi, murid


juga punya motivasi social. Bahasa kita tentang dimensi social dari motivasi ini akan
dikelompokkan menjadi motivasi social, hubungan social, dan kontek sosiokultral dari murid.

BAB XIV : MENGELOLA KELAS

Ketepatan dalam komunikasi jauh lebih penting ketimbang du masa lalu, karena kata
yang salah atau salah dipahami sekarang akan menimbulkan bencana sedahsyat tindakan
yang dilakukan tanpa pikir panjang.

Prinsip penataan kelas :

a. Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang.


b. Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid
c. Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses
d. Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.

BAB XV : TES STANDAR DAN PENGAJARAN

Setiap orang punya bakat yang berbeda. Tetapi, semua orang harus diberi kesempatan
yang sama untuk mengembangkan bakat mereka.

Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk
menentukan nilai dan administrasinya. Tes standard bisa membandingkan kemampuan murid
dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini
dilakukan ditingkat nasional.

Tujuan tes standar :

a. Memberikan informasi tentang kemajuan murid


b. Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
c. Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus

BAB XVI : PENILAIAN KELAS

Saya menyebut ujian sebagai “kesempatan” agar murid memeberikan penilaian yang
berbeda terhadap ujian itu.

Penilaian formatif adalah penilaian selama jalannyapelajaran atau instruksi, bukan


setelah pelajaran selesai. Observasi anda secara terus-menerus dan memantau proses belajar
murid saat mengajar akan membuat anda mengetahui apa yang harus anda lakukan
berikutnya. Penilaian selama instruksi membantu anda menentukan pengajaran pada level
yang menantang murid dan memperluas cakrawala pemikiran mereka. Penilaian ini juga
membantu anda mendeteksi murid yang butuh perhatian individual.

Sebaliknya penilaian kinerja mensyaratkan agar murid membuat jawaban atau hasil
yang menunjukkan pengetahuan mereka atau keahlian mereka. Contoh dari penilaian kinerja
antara lain menulis esai, melakukan eksperimen, menjalankan suatu proyek atau tugas,
memecah problema dunia nyata, dan membuat portofolio.

Soal dengan jawaban pilihan menggunakan format objektif yang akan mempercepat
penilaian hasil jawaban murid. Penilaian untuk jawaban yang benar dibuat dan dapat
diaplikasikan oleh penguji atau menggunakan computer.

Anda mungkin juga menyukai