BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2|PPMIDI
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1287 H (1871 M), di usia 11 tahun, Syaikh Ahmad Khatib pergi
melaksanakan ibadah haji dan menetap di Mekkah untuk belajar al-Quran kepada Syaikh
Abdul Hadi dan ilmu keislaman lainnya kepada Utsman Syatta dan saudaranya. Setelah
empat tahun di Mekkah, beliau kembali pulang ke tanah air dan terus belajar kepada
ulama-ulama yang ada di Minangkabau, seperti belajar Tafsir Jalalain dan kitab Minhaj
at-Thalibin kepada Tuanku Mudo.
Dua tahun berada di tanah air, Utsman Syatha datang ke Padang mengajak Syaikh Khatib
kembali ke Mekkah. Kecerdasan dan keshalihan Syaikh Khatib menarik perhatian
bangsawan Mekkah, Syaikh Shalih al-Kurdi lalu menikah dengan anaknya yang bernama
Khadijah. Lalu pada tahun 1301 H, Khadijah meninggal. Syaikh Ahmad Khatib menikah
untuk yang kedua kalinya dengan kakak kandung Khadijah yakni Fathimah, putri pertama
Syaikh Shalih al-Kurdi dan dikaruniai dua orang anak.
Pada usia 38 tahun, beliau diangkat menjadi salah satu ulama mazhab Syafi’I dan mulai
berkhutbah di mimbar Masjidil Haram. Murid-murid dari berbagai di daerah di Nusantara
banyak yang berdatangan ke Mekkah, dan kebanyakan ulama-ulama yang pernah belajar
ke Mekkah, rata-rata pernah menjadi murid Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. 1
Tidak hanya murid beliau yang banyak, tapi beliau juga memiliki sejumlah karya tulis
dengan karya pertamanya di bidang ushul fiqh.
1
Nasruddin Anshoriy, Matahari Pembaruan: Rekam Jejak KH Ahmad Dahlan, (Yogyakarta: Jogja Bangkit
Publisher, 2010), hlm. 52
2
3|PPMIDI
Akhirnya, setelah mengabdi untuk umat selama lebih dari tiga puluh tahun, ajal telah tiba
menjemputnya dan beliau wafat pada jam 9 setelah Isya, hari Senin 9 Jumadil Awal
1334H, bertepatan pada 13 Maret 1916 M.2
Beliau mengatakan perbuatan serupa itu sama saja dengan dengan penyembahan
berhala yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Karena, menghadirkan rupa guru dan
menyembah berhala-berhala yang dibuat oleh manusia tidak memberikan manfaat dan
mudharat kepada manusia.
2
Afdhil Fadli, Otobiografi Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi(1860-1916 M): Dari Minangkabau Untuk
Dunia Islam, (Yogyakarta: Gre Publishing, 2016), hlm. 2-5
3
4|PPMIDI
Padahal menurut ajaran Islam, harta pusaka diwariskan kepada anak sendiri dengan
ketentuan anak laki-laki memperoleh dua bagian dari anak perempuan. Jadi jelas adanya
perbedaan dan pertentangan antara peraturan adat dengan peraturan agama dalam hal
warisan di Minangkabau.
Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi boleh dikatakan menjadi tiang tengah dari
madzhab Syafi’I dalam dunia islam pada permulaan abad ke XIV. Beliau banyak sekali
mengarang kitab dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu (Indonesia), adalah:
3
Fathimah Althafunnisa, “Pemikiran Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi”, diakses dari
https://fathimahalthafunnisa.blogspot.com/2015/03/pemikiran-syeikh-ahmad-khatib-al.html?m=1 pada tanggal 23
September 2019 pukul 03.45
4
5|PPMIDI
Tetapi pengaruh Ahmad Khatib teradap murid-muridnya yangberasl dari daerah minang
kabau tidak dapat di sangkal lagi, umumnya murid-murid Ahmad Khatib menolak hukum
waris adat Minangkabau yang berpusaka kepada kemenakan, khusus dikalangan
pembaharu, penolakan Ahmad Khatib terhadap tarikat naqsybandiah di teruskan oleh
murid- muridnya kemudian, Ahmad Khatib juga berjasa dalam mendidik murid-murid
yang datang dari Indonesia yang belajar kepadanya, sebagian mereka menjadi ulama dan
tokoh dakwah terkemuka di Indonesia.
5
6|PPMIDI
Ahmad Khatib Sambas dilahirkan di daerah Kampung Asam, Sambas, Kalimantan Barat.
Tanggal lahirnya tidak diketahui, tapi sebagian sumber menyebutkan pada bulan shafar 1217
H bertepatan dengan tahun 1803 M. Ayahnya Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad
bin Jalaluddin. Masa kecil, Ahmad khatib Sambas diasuh pamannya yang terkenal sangat
alim dan wara’ di wilayah tersebut. Ahmad Khatib Sambas menghabiskan masa remajanya
untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, ia berguru dari satu guru-ke guru lainnya di wilayah
kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di wilayah tersebut adalah, H.
Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’ Kesultanan Sambas.
4
Rozi, “Biografi Syekh Ahmad Khatib Sambas”, diakses dari http://nahdlatululama.id/blog/2016/07/26/syekh-
ahmad-khatib-sambas/ pada tanggal 22 september 2019 pukul 19.38
6
7|PPMIDI
7
8|PPMIDI