Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama : Asih Lujeng Prastiwi (030705697)


Mata Kuliah : Auditing II

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang auditor ketika melakukan penaksiran
risiko salah saji material antara lain :
a. Mengevaluasi jenis potensi salah saji yang mungkin terjadi
Aspek kritis proses audit meliputi pengenalan faktor-faktor risiko dan kemudian
menghubungkan faktor-faktor risiko tersebut dengan asersi yang berpotensi mengalami
salah saji. Faktor-faktor risiko memengaruhi potensi salah saji dalam laporan keuangan
dalam dua cara, beberapa risiko memiliki efek yang luas pada laporan keuangan serta
memengaruhi banyak saldo rekening dan asersi (misalnya level penaksiran risiko laporan
keuangan). Faktor-faktor risiko yang lain bersifat asersi spesifik (misalnya penaksiran
level risiko).

b. Mengevaluasi besarnya potensi salah saji


Beberapa potensi salah saji lebih signifikan daripada yang lain. Berikut ini beberapa
contoh bagaimana auditor mempertimbangkan besarnya potensi salah saji pada laporan
keuangan :
1) Keberadaan sediaan lebih signifikan untuk perusahaan manufaktur daripada hotel atau
perusahaan jasa lainnya.
2) Sediaan lebih rentan dicuri untuk pemilik toko perhiasan daripada perusahaan kayu.
3) Depresiasi aset tetap lebih signifikan untuk perusahaan manufaktur kertas daripada
agen periklanan.
4) Kelengkapan pendapatan dibayar di muka lebih signifikan untuk perusahaan perangkat
lunak daripada pedagang ritel.
Waktu dan sumber daya audit terbatas. Auditor perlu mengalokasikan perhatian lebih
pada asersi yang memiliki potensi efek yang material secara individu atau dalam
kelompok pada laporan keuangan.
c. Mengevaluasi kemungkinan potensi salah saji
Sekali auditor telah mengidentifikasi kemungkinan risiko salah saji material, auditor harus
memikirkan seberapa besar kemungkinannya. Setelah berbagai risiko bisnis, risiko
bawaan dan risiko kecurangan yang dapat memengaruhi laporan keuangan teridentifikasi,
auditor harus mempertimbangkan kelayakan sistem pengendalian internal.
Sebagai aturan umum, semakin tinggi kemungkinan salah saji material (setelah
mempertimbangkan risiko bawaan dan risiko pengendalian), semakin sering uji substantif
sebagai respons auditor untuk mendapatkan kepastian yang wajar bahwa auditor dapat
mendeteksi dan mengoreksi setiap salah saji material.
2. Pendekatan penyampelan variabel klasik dapat digunakan auditor dalam pengujian substantif.
Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian karakteristik
populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari populasinya.
Ada tiga teknik atau metode yang digunakan dalam penyampelan variabel klasik antara lain :
a. Rata-rata per unit (MPU)
b. Diferensiasi
c. Rasio
Semua teknik mesyaratkan penentuan total jumlah unit dalam populasi dan nilai audit untuk
setiap item dalam sampel tersebut. Petunjuk penyampelan audit menunjukkan kendala-
kendala yang harus dipertimbangkan dalam memilih teknik yang paling tepat dalam keadaan-
keadaan
a. Kemampuan merancang sampel stratifikasi: stratidikasi secara signifikan dapat
mengurangi ukuran sampel dalam metode MPU, tetapi secara material dapat
memengaruhi ukuran sampel dalam teknik diferensiasi ataupun rasio.
b. Jumlah yang berbeda antara n.
c. Nilai audit dan nilai buku yang diperkirakan : jumlah nilai minimum harus ada di antara
nilai-nilai tersebut dalam sampel untuk menggunakan teknik diferensiasi atau rasio.
d. Informasi yang tersedia : nilai buku harus tersedia untuk setiap unit penyampelan dalam
estimasi rasio atau diferensiasi. Nilai buku tidak diperlukan dalam teknik MPU.
Pada saat seluruh kendala dapat diatasi dengan metode-metode di atas, auditor biasanya
akan lebih menyukai estimasi diferensiasi atau rasio karena metode ini umumnya memerlukan
ukuran sampel yang lebih kecil daripada metode MPU. Dengan demikia, teknik tersebut lebih
efesiensi dari segi biaya dalam memenuhi tujuan auditor.

3. Apabila tidak ada jawaban yang diterima atas permintaan konfirmasi positif kedua atau ketiga
dari pelanggan, biasanya dilakukan prosedur alternatif. AU 330.31 menyatakan bahwa
prosedur semacam ini dapat diterima dalam dua kondisi berikut :
a. Tidak ada faktor kualitatif yang tidak biasa atau karakteristik sistematis yang terkait
dengan tidak menjawab konfirmasi, seperti semua jawaban yang tidak diterima
menyangkut transaksi akhir tahun.
b. Tidak adanya jawaban yang diproyeksikan sebagai salah saji 100% terhadap populasi dan
ditambahkan ke jumlah semua perbedaan lainnya yang belum disesuaikan serta tidak akan
memengaruhi keputusan auditor tentang apakah laporan keuangan secara material sudah
benar.
Dua prosedur alternatid yang utama adalah memeriksa penagihan berikutnya dan
menelusuri faktur penjualan terbuka yang berisi saldo pelanggan. Bukti terbaik keberadaan
dan ketertagihan piutang adalah penerimaan pembayaran dari pelanggan. Sebelum mengakhiri
pekerjaan lapangan audit, klien mungkin telah menerima pembayaran dari pelanggan
sejumlah nilai terutang pada tanggal konfirmasi, Pencocokan penagihan itu kembali ke faktur
terbuka yang menyusun saldo pelanggan pada tanggal konfirmasi merupakan keberadaan dan
ketertagihan piutang.
Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menyadari kemungkinan implikasi yang
merugikan dari penagihan yang tidak dapat dicocokan dengan transaksi atau saldo tertentu.
Sebagai contoh, pembulatan penjumlahan dapat mengungkapankan bagian-bagian yang tidak
sesuai dengan bukti pembayaran atas saldo yang besar dapat menunjukkan ketidakstabilan
keuangan pelanggan. Jika pelanggan tidak membayar, audtor dapat menelurusi piutang ke
order pelanggan dan dokumen pengiriman.

Anda mungkin juga menyukai