Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Antara agama,etika dan nilai tidaklah dapat dipisahkan.

Tidak ada
agama yang tidak mengajarkan nilai etika/moralitas. Semua agama mengajarkan
umatnya untuk melakukan segala hal yang berkenan di hadapan Tuhan. Itu
artinya semua manusia harus melakukan hal yang tidak bertentangan dengan
hukum dari agama yang dianutnya. Jika semua manusia melakukan yang sesuai
dengan hukum agama, secara otomatis mereka telah melakukan nilai-nilai
etika/moralitas yang berkenan bagi semua orang dan akan menjadi modal mereka
untuk memperoleh hidup kekal di dunia Akhirat  nantinya.
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara etis adalah
menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka,
adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam bagaimana seseorang mengalami
dan memahami situasi dapat menyebabkan banyak perbedaan etis. Sebuah penilaian etis yang
dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah
penilaian etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang dibuat tanpa fakta.
Hal kedua yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara etis adalah
mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahn sebagai
sebuah keputusan etis atau permasalahan etis.
Hal ketiga yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara etis adalah
melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk mengidentifikasi dan
mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini
biasa disebut dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Hal keempat yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara etis adalah
membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat suatu spreadsheet
mental yang mengevaluasi setiap dampak tiap alternatif yang telah dipikirkan terhadap masing-
masing pemegang kepentingan yang telah identifikasi. Salah satu cara yang paling mudah
adalah menempatkan diri terhadap posisi orang lain. 
Hal kelima yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara etis adalah
pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi yang merupakan langkah terakhir dalam
proses pengambilan keputusan sebagai sarana untuk menilai apakah keputusan kita sudah
berdampaka baik atau malah tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Tanggapan saya mengenai whistleblowing adalah Pada dasarnya whistleblowing sangat


penting dalam pengungkapan kasus korupsi karena posisi mereka di dalam organisasi
memungkinkan mereka untuk mengetahui berbagai rahasia organisasi dan akses terhadap
berbagai informasi organisasi. Pada satu sisi, whistleblowing dianggap sebagai pahlawan
karena memiliki keberanian untuk mengungkapkan penyimpangan yang dilakukan organisasi
pemerintah (fairness). Di sisi lain, sebagian orang dalam organisasi pemerintah
menganggap whistleblowing adalah pengkhianat karena telah mengungkapkan penyimpangan
yang terjadi dalam organisasi (loyality) dan tidak memiliki semangat esprit de corps.
Dari segi etika, seseorang diwajibkan untuk mengungkapkan kasus-kasus korupsi yang
diketahuinya karena korupsi sangat merugikan masyarakat. Berkaitan dengan alasan etika
dalam situasi whistleblowing, harus dipahami bahwa dalam konsep etika terdapat dua teori
utama yaitu teori deontologi dan teori teleologi. 
Dari segi budaya, Budaya yang tidak beretika mengakibatkan banyak individu yang melihat
adanya penyimpangan namun memilih untuk tidak melaporkannya karena nilai-nilai etika,
budaya dan perilaku kerja yang berkembang di dalam organisasi tidak mendukung. Pimpinan
instansi pemerintah yang seharusnya menjadi pionir dalam pelaksanaan nilai-nilai etika justru
tidak mendukung hal tersebut. Hal ini mengakibatkan sangat jarang ada whistleblower yang
memiliki keberanian untuk mengungkapkan kasus korupsi yang ditemuinya ke publik, terutama
ketika dirinya harus memberikan kesaksian di persidangan.

Menurut saya norma dan prinsip-prinsip etika bersifat universal karena pertama, bahwa norma
etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Maka prinsip pokok yang dipegang
adalah di mana saja perusahaan beroperasi, ikuti norma dan aturan moral yang berlaku dalam
negara tersebut. Kedua, bahwa norma sendirilah yang paling benar dan tepat. Karena itu
prinsip yang harus dipegang adalah bertindaklah dimana saja sesuai prinsip yang dianut dan
berlaku di negaramu sendiri. Ketiga, bahwa tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama
sekali. Karena pandangan ini tidak benar.

Menurut saya penerapan etika profesi akuntan di Indonesia belum berjalan sebagaimana
mestinya karena masih banyak tindakan pelanggaran yang melibatkan profesi akuntan karena
adanya perasaan kurang terikat dengan aturan-aturan yang ada. Misalnya saja, kasus Enron,
WorldCom, Tyco, Xerox, Merck dan kasus-kasus lainnya yang terjadi di Indonesia seperti
skandal manipulasi laporan keuangan oleh PT.KAI, PT. Kimia Farma dan kasus lainnya yang
melibatkan profesi akuntan publik.  
Solusi terkait permasalahan tersebut maka perlu dilakukannya peningkatan terhadap :
1. Pemahaman atas standar profesi dan kode etik, akuntansi, audit, dan bidang yang
berlaku secara global.
2. Peningkatan kualitas individu untuk bersaing secara regional dan global yang bisa
dilakukan melalui :
3. Edukasi
4. Kompetensi
5. Sertifikasi
6. Pengalaman
7. Pendidikan profesional berkelanjutan
8. Memenuhi standar dan pedoman IFAC

Anda mungkin juga menyukai