Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2302-1616

Vol 1, No. 1, Juni 2013, hal 74-83

Fitoremediasi Logam Berat Kadmium (Cd)


FATMAWATI NUR
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
Jl. Sultan Alauddin 36 Samata, Kab. Gowa 92113
email: fatenurkhalik@yahoo.com

ABSTRACT
Phytoremediation consists in treating environmental pollutions through the use of plants and their
associated microbes. Phytoremediation can be used for pollutant stabilization, extraction, degradation
or volatilization. Cadmium is one of the most toxic trace metallic elements for living organisms and
its accumulation in the environment is recognized as a worldwide concern. Plants suitable for efficient
pollutant extraction from the soil should combine different characteristics like fast growth, high
biomass, high tolerance and high accumulation capacities in harvestable parts. Several studies have
shown that plants can accumulate Cd in the body such as Eichornia crassipes, Brassica napus,
Avicenna marina, Lycopersicon esculentum, Wolffia globosa, Phytolacca Americana, Solanum
nigrum, Typha domingensis, Sedum plumbizincicola, Thlaspi caerulescens, Helianthus annuus,
Lolium perenne, Tagetes erecta, Chara australis, Jatropha curcas, Sedum alfredii, Atriplex halimus,
Phragmites cummunis, Nitella opaca, Phragmites australis, Typha angustifolia, Cyperus esculentus,
Chara aculeolata, Ricinus communis, Hibiscus cannabinus, Zea mays, Arabidopsis halleri, Arundo
donax, and Vetiveria zizanioides.

Keywords: Cadmium, Phytoremediation, Plant

PENDAHULUAN tanpa melalui pengolahan lebih dulu (Palar,


Seiring dengan kemajuan ilmu 2008).
pengetahuan dan teknologi yang semakin Jumlah aliran limbah cair yang berasal
pesat, manusia telah banyak menciptakan dari industri sangat bervariasi tergantung dari
berbagai macam industri yang bertujuan untuk jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan
memenuhi kebutuhannya. Selain memberikan pada proses industri, derajat penggunaan air,
dampak yang menguntungkan juga dan derajat pengolahan limbah cair yang ada
memberikan dampak yang kurang (Darmono, 2008).
menguntungkan seperti dapat menyebabkan Limbah industri dan limbah rumah tangga
pencemaran lingkungan. Masalah pencemaran dapat masuk ke dalam laut melalui sungai-
lingkungan akhir-akhir ini merupakan masalah sungai dan saluran-saluran pembuangan.
yang banyak mendapat perhatian serius. Limbah industri dan limbah rumah tangga
Salah satu bahan pencemar lingkungan pada mulanya akan diencerkan dan kekuatan
yang banyak menarik perhatian adalah pencemarannya secara perlahan-lahan akan
pencemaran oleh logam berat. Pencemaran diperlemah sehingga menjadi tidak berbahaya,
logam berat merupakan salah satu faktor namum bila buangan tersebut semakin banyak
penyebab timbulnya isu perubahan lingkungan dan melampaui daya dukung lingkungan,
terutama dalam hal pencemaran lingkungan maka bahan buangan tersebut secara perlahan-
oleh senyawa logam berat beracun. lahan akan menumpuk menyebabkan
Penyebaran logam berat di tanah, perairan, pencemaran yang serius terhadap lingkungan
ataupun udara dapat melalui berbagai hal, laut misalnya air laut itu sendiri atau sedimen
seperti pembuangan secara langsung limbah laut (Darmono, 2008).
indutri, baik limbah padat maupun limbah cair, Logam kadmium akan mengalami proses
dapat pula melalui udara karena banyak biotransformasi dan bioakumulasi dalam
industri yang membakar begitu saja limbahnya organisme hidup (tumbuhan, hewan dan
dan membuang hasil pembakaran ke udara manusia). Logam ini masuk ke dalam tubuh
FATMAWATI NUR Biogenesis 75

bersama makanan yang dikonsumsi, tetapi (Morel, et. al., 2006). Teknik fitoremediasi
makanan tersebut telah terkontaminasi oleh merupakan metode biokonsentrasi bahan
logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam berbahaya (polutan) dalam tanah dan air serta
tubuh biota perairan jumlah logam yang merupakan teknologi pemulihan kualitas
terakumulasi akan terus mengalami lingkungan tercemar yang ramah lingkungan
peningkatan. Di samping itu, tingkatan biota dan murah. Teknik fitoremediasi sering
dalam sistem rantai makanan turut menentukan dikembangkan untuk pemulihan kualitas
jumlah Cd yang terakumulasi. Di mana pada lingkungan yang tercemar logam berat seperti
biota yang lebih tinggi stratanya akan Pb, Zn, Au dan pencemar dalam bentuk
ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak, radioaktif seperti Cs.l. Teknologi ini potensial
sedangkan pada biota top level merupakan untuk diaplikasikan, aman untuk digunakan
tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd dan dengan dampak negatif relatif kecil,
yang masuk tersebut melebihi ambang maka memberikan efek positif yang multiguna
biota dari suatu level atau strata tersebut akan terhadap kebijakan pemerintah, komunitas
mengalami kematian dan bahkan kemusnahan masyarakat dan lingkungan, biaya relatif
(Palar, 2008). rendah, mampu mereduksi volume
Pengendalian pencemaran lingkungan kontaminan, dan memberikan keuntungan
merupakan program keamanan pangan langsung bagi kesehatan masyarakat.
nasional yang harus segera dilaksanakan, Keuntungan paling besar dalam penggunaan
terlebih lagi akan memasuki era perdagangan fitoremediasi adalah biaya operasi lebih murah
bebas. Produk-poduk pertanian dituntut bila dibandingkan pengolahan konvensional
mempunyai standar mutu yang baik serta aman lain seperti insinerasi, pencucian tanah
dikonsumsi. Adanya logam berat dalam tanah berdasarkan sistem kimia dan energi yang
pertanian dapat menurunkan produktifitas dibutuhkan. Sebagai perbandingan, sistem
pertanian dan kualitas hasil pertanian selain pencucian logam membutuhkan biaya sekitar
dapat membahayakan kesehatan manusia US$ 250/kubik yard sedangkan fitoremediasi
melalui konsumsi pangan yang dihasilkan dari hanya membutuhkan US$ 80/kubik yard.
tanah yang tercemar logam berat tersebut. Teknologi fitoremediasi dikembangkan
Fitoremediasi. Istilah fitoremediasi berdasarkan kemampuan beberapa jenis
berasal dari kata Inggris phytoremediation; tanaman dalam menyerap beberapa logam
kata ini sendiri tersusun atas dua bagian kata, renik seperti seng (Zn) dan tembaga (Cu)
yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani dalam pertumbuhannya (Terry et al., 2010).
phyton (= "tumbuhan") dan remediation yang Persyaratan tanaman untuk fitoremediasi,
berasal dari kata Latin remedium tidak semua tanaman dapat digunakan
(="menyembuhkan", dalam hal ini berarti juga dikarenakan semua tanaman tidak dapat
"menyelesaikan masalah dengan cara melakukan metabolisme, volatilisasi dan
memperbaiki kesalahan atau kekurangan"). akumulasi semua polutan dengan mekanisme
Dengan demikian fitoremediasi dapat yang sama. Untuk menentukan tanaman yang
didefinisikan sebagai: penggunaan tumbuhan dapat digunakan pada penelitian fitoremediasi
untuk menghilangkan, memindahkan, dipilih tanaman yang mempunyai sifat: cepat
menstabilkan, atau menghancurkan bahan tumbuh, mampu mengkonsumsi air dalam
pencemar baik itu senyawa organik maupun jumlah yang banyak pada waktu yang singkat,
anorganik (Purakayastha et al., 2010). mampu meremediasi lebih dari satu polutan,
Fitoremediasi adalah upaya penggunaan dan toleransi yang tinggi terhadap polutan
tanaman dan bagian-bagiannya untuk (Morel et. al., 2006).
dekontaminasi limbah dan masalah-masalah Fitoremediasi dapat dibagi menjadi
pencemaran lingkungan baik secara ex-situ fitoekstraksi, rizofiltrasi, fitodegradasi,
menggunakan kolam buatan atau reactor fitostabilisasi, fitovolatilisasi. Fitoekstraksi
maupun in-situ (langsung di lapangan) pada mencakup penyerapan kontaminan oleh akar
tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah tumbuhan dan translokasi atau akumulasi
Vol 1, Juni 2013 Biogenesis 76

senyawa itu ke bagian tumbuhan seperti akar, tanah. Rhizofiltrasi adalah proses penyerapan
daun atau batang. Rizofiltrasi adalah polutan oleh tanaman tetapi biasanya konsep
pemanfaatan kemampuan akar tumbuhan dasar ini berlaku apabila medium yang
untuk menyerap, mengendapkan, dan tercemarnya adalah badan perairan (Succuro
mengakumulasi logam dari aliran limbah. et. al., 2009).
Fitodegradasi adalah metabolisme kontaminan Fitoakumulasi atau fitoekstraksi
di dalam jaringan tumbuhan, misalnya oleh merupakan merupakan salah satu proses dalam
enzim dehalogenase dan oksigenase. fitoremediasi yang mencakup 4 hal, yaitu:
Fitostabilisasi adalah suatu fenomena pengelolaan tanaman pada lokasi tercemar,
diproduksinya senyawa kimia tertentu untuk pemindahan logam melalaui biomassa yang
mengimobilisasi kontaminan di daerah dipanen, dilakukan perlakuan terhadap
rizosfer. Fitovolatilisasi terjadi ketika biomassa yang dipanen berikut pelenyapan
tumbuhan menyerap kontaminan dan biomassa sebagai limbah berbahaya,
melepasnya ke udara lewat daun; dapat pula penghilangan logam dari biomassa yang
senyawa kontaminan mengalami degradasi dipanen. Fitoekstraksi termasuk pendekatan
sebelum dilepas lewat daun (Tsao, 2003). yang paling baik untuk memindahkan
Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari kontaminan, terutama dari tanah dan
beberapa konsep dasar yaitu: fitoekstraksi, mengisolasinya tanpa merusak struktur tanah
fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, dan kesuburan tanah. Proses ini juga dikenal
rhizofiltrasi dan interaksi dengan dengan istilah fitoakumulasi. Faktor yang
mikroorganisme pendegradasi polutan. harus diperhatikan agar metode ini sesuai
Fitoekstraksi merupakan penyerapan polutan adalah tanaman yang digunakan harus dapat
oleh tanaman dari air atau tanah dan kemudian mengekstrak logam dalam konsentrasi yang
diakumulasi/disimpan didalam tanaman (daun besar ke dalam akar, kemudian
atau batang), tanaman seperti itu disebut menstranslokasikannya ke tajuk dan
dengan hiperakumulator. Setelah polutan memproduksi biomassa tanaman dalam jumlah
terakumulasi, tanaman bisa dipanen dan besar. Pemindahan logam berat dapat didaur
tanaman tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi ulang kembali dari biomassa tanaman yang
harus di musnahkan dengan insinerator telah terkontaminasi. Faktor-faktor tanaman
kemudian dilandfiling. Fitovolatilisasi seperti laju pertumbuhan, selektifitas elemen,
merupakan proses penyerapan polutan oleh resisten terhadap penyakit, metode panen juga
tanaman dan polutan tersebut dirubah menjadi penting untuk diperhatikan. Namun,
bersifat volatil dan kemudian ditranspirasikan pertumbuhan yang lambat, system perakaran
oleh tanaman. Polutan yang di lepaskan oleh yang dangkal, produksi bimassa yang kecil dan
tanaman keudara bisa sama seperti bentuk pembuangan akhir dapat menjadi pembatas
senyawa awal polutan, bisa juga menjadi penggunaan spesies hiperakumulator
senyawa yang berbeda dari senyawa awal. (Purakayastha et. al., 2010).
Fitodegradasi adalah proses penyerapan Fitoakumulasi atau fitoekstraksi adalah
polutan oleh tanaman dan kemudian polutan penyerapan polutan logam berat (Ag, Cd, Co,
tersebut mengalami metabolisme didalam Cr, Cu, Hg, Mn, Ni, Pb, Zn) di dalam tanah
tanaman. Metabolisme polutan didalam oleh akar tumbuhan, dan mengakumulasikan
tanaman melibatkan enzim antara lain senyawa tersebut ke bagian tumbuhan, seperti
nitrodictase, laccase, dehalogenase dan akar, batang, atau daun. Kontaminan
nitrilase. Fitostabilisasi merupakan proses dihilangkan dari lingkungan dengan cara
yang dilakukan oleh tanaman untuk memanen tanaman dan menjadikannya sebagai
mentransformasi polutan didalam tanah limbah. Penekanan teknologinya adalah bahwa
menjadi senyawa yang non toksik tanpa daun tanaman mempunyai massa yang jauh
menyerap terlebih dahulu polutan tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tanah dan
kedalam tubuh tanaman. Hasil transformasi bahan lain yang selama ini digunakan dalam
dari polutan tersebut tetap berada didalam proses dekontaminasi. Teknik fitoakumulasi
FATMAWATI NUR Biogenesis 77

ini banyak dipakai pada dekontaminasi tanah, konsentrasi emisi dari logam tersebut (Palar,
sedimen dan sludge (Terry et. al., 2010). 2008).
Metode fitoekstraksi sering digunakan Logam berat berbahaya karena umumnya
untuk dekontaminasi logam Ag, Cd, Co, Cr, memiliki rapat massa tinggi dan sejumlah
Cu, Hg, Mn, Mo, Ni, Pb, Zn. Beberapa unsur konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan
radioaktif dilaporkan dapat juga berbahaya. Logam berat dapat ditemui pada
didekontaminasi dengan teknik fitoekstraksi, alat-alat rumah tangga (misalnya baterai),
yaitu Sr-90, Cs-137, Pu-239, U-238, dan U- rokok, alat-alat elektronik, pipa air, bensin,
234. Biasanya teknik fitoekstraksi ini udara, keramik, serta material lainnya.
diaplikasikan pada tanah atau sedimen yang Konsentrasi logam berat pada barang tersebut
terkontaminasi dengan metal (Pb, Cd, Zn, As, kecil dan tidak berbahaya. Namun menjadi
Cu, Cr, Se, U). Tanaman yang dapat dipakai berbahaya bila terakumulasi dalam tubuh
adalah bunga matahari (Helianthus anuus), sehingga mengakibatkan keracunan, bahkan
indianmustard atau sawi (B. juncea), rapeseed lebih fatal hingga berakibat kematian
plants (B. napus), barle (Hordeum vulgare, (Alloway, 2013)
family Poaceae), hops (Humulus lupulus), Kadmium (Cd) adalah salah satu logam
crucifers (Chinese cabage atau Brassica berat dengan penyebaran yang sangat luas di
olerceae atau Bchinensis), serpentine plants alam, logam ini bernomor atom 48 berat
Nettles (Urticadioica), dan dandelions atom112,40 dengan titik cair 321ºC dan titik
(Taraxacum officinale) (Widowati et. al., didih 765ºC. Di alam kadmium bersenyawa
2008). dengan belerang (S) (ZnS). Kadmium
Logam Berat Kadmium. Logam berasal merupakan logam lunak (cuctile) berwarna
dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara
murni, organik dan anorganik. Logam mula- bebas dan gas amonia (Palar, 2008).
mula diambil dari pertambangan di bawah Logam kadmium sangat banyak
tanah (kerak bumi), yang kemudian dicairkan digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dan dimurnikan dalam pabrik menjadi logam- manusia. Prinsip dasar atau prinsip utama
logam murni. Dalam proses pemurnian logam dalam penggunaan kadmium adalah sebagai
tersebut yaitu dari pencairan sampai menjadi bahan “stabilisasi” sebagai bahan pewarna
logam, sebagian darinya terbuang ke dalam dalam industri plastik dan pada elektroplating.
lingkungan (Palar, 2008). Namun sebagian dari substansi logam
Sumber tersebarnya logam dalam kadmium ini juga digunakan untuk solder dan
lingkungan dan di udara karena proses alloy-alloynya digunakan pula pada baterai.
digunakannya logam tersebut pada suhu yang Umumnya logam kadmium (Cd) senyawa
tinggi. Misalnya, penggunaan batu bara dan oksida dari kadmium (CdO), hidrat (CdH2),
minyak bumi untuk pembangkit tenaga listrik, dan Khloridanya paling banyak digunakan
proses industri, peleburan logam, pemurnian dalam industri elektroplating. Selain itu
logam, pembakaran sampah, dan industri banyak digunakan dalam industri-industri
semen. Dalam proses tersebut logam ringan, seperti pada proses pengolahan roti,
dikeluarkan ke udara di daerah sekitarnya. pengolahan ikan, pengolahan minuman,
Logam seperti As, hg, Cd, dan Pb banyak industri tekstil dan lain-lain, banyak dilibatkan
dipelajari oleh para ilmuan karena keempat senyawa-senyawa yang dibentuk dengan
logam tesebut sangat berbahaya terhadap logam Cd, meskipun penggunaannya hanyalah
kehidupan makhluk hidup. Emisi logam dengan konsentrasi yang sangat rendah (Cobb,
tersebut dalam proses penggunaan suhu tinggi 2008).
akan merusak siklus biogeokimiawi sistem tata Logam kadmium selalu dikeluarkan
kehidupan manusia dan alam sekitarnya. dalam suatu proses peleburan dan pemurnian
Untuk mengetahui dan mengukur seberapa logam timah, besi, tembaga maupun emas.
jauh kerusakan yang ditimbulkannya perlu Suatu pabrik yang memproduksi logam sulfida
diinventarisasikan seberapa besar jumlah selalu menimbulkan pencemaran kadmium di
Vol 1, Juni 2013 Biogenesis 78

alam lingkungannya. Daya penguapan perairan karena adanya kegiatan manusia,


kadmium di daerah industri logam dapat diantaranya:
menaikkan pencemaran logam yang 1) Kegiatan pertambangan logam
bersangkutan, tidak hanya udara bahkan tanah Eksploitasi timbunan bijih
dan tanamanpun dapat tercemar (Darmono, membongkar permukaan batuan dan
2008). sejumlah besar sisa-sisa batuan atau
Secara sederhana dapat diketahui bahwa tanah untuk mempercepat kondisi
kandungan logam kadmium (Cd) akan dapat pelapukan. Kegiatan proses pangambilan
dijumpai di daerah-daerah penimbunan bijih, peleburan dan penyulingan minyak
sampah dan aliran air hujan, selain dalam air dapat menyebabkan hamburan dan
buangan. Berdasarkan penelitian yang penimbunan sejumlah besar logam
dilakukan dalam perairan Teluk New York runutan seperti Cd, Hg, Pb dan As ke
didapatkan bahwa sumber Cd dalam badan saluran pembuangan disekitarnya atau
perairan yang dikonstribusi dari air limbah pengeluaran langsung ke dalam
industri sangat sedikit, yaitu 0,6 % dari total lingkungan perairan.
kandungan Cd yang ada. Sedangkan jumlah 2) Limbah rumah tangga yang mengandung
paling besar dikonstribusi oleh limbah padat persenyawaan kadmium
yaitu 82 % (Parvau, 2010). Jumlah logam berat kadmium yang
Logam berat kadmium dapat hadir pada cukup besar disumbangkan dari cairan
daerah atau lingkungan yang bermacam- limbah rumah tangga oleh sampah-
macam dan ini dapat dibagi menjadi 3 sampah metabolik, kondisi pipa-pipa air
golongan yaitu udara, tanah dan air. dan produk-produk konsumen lainnya.
Kadmium dan senyawa oksidanya Komposisi logam kadmium pada aliran air
merupakan bentuk senyawa Cd yang paling kota tergantung pada banyak faktor
banyak ditemukan di udara. Bentuk senyawa seperti rencana perkotaan, keadaan lahan-
kadmium dan oksidanya tersebut merupakan kritis, konstruksi jalan, penggunaan tanah
senyawa kadmium yang paling toksik, begitu dan ciri-ciri fisik atau klimatologi batang
juga bentuk kloridanya (Cdcl2) yang biasanya air.
dibebasakan dari pembakaran sampah 3) Limbah dan buangan industri
(Darmono, 2008). Beberapa logam runutan dibuang ke
Kadmium yang terdapat dalam air dalam lingkungan perairan melalui cairan
kebanyakan juga berbentuk ion. Kadmium limbah industri, demikian juga dengan
dalam air laut berbentuk senyawa klorida penimbunan dan pencucian lumpur
(CdCl2), sedangkan dalam air tawar berbentuk industri. Pada umumnya terdapat
karbonat (CdCo3). Pada air payau, yang penggunaan untuk tujuan ganda logam-
biasanya terdapat dimuara sungai, kedua logam dalam sebagian besar industri,
senyawa tersebut jumlahnya berimbang. walaupun terdapat beberapa contoh
Logam kadmium diserap oleh hewan air pencemaran logam khususnya yang
melalui insang dan saluran pencernaan. Karena berhubungan dengan indusri tertentu.
sifatnya yang toksik, logam ini dapat Emisi gas kadmium dari pembakaran
mematikan. Jika hewan air tersebut tahan bahan bakar fosil kadmium di udara yang
terhadap kandungan logam yang tinggi, maka bisa masuk ke dalam air secara alamiah
logam kadmium dapat tertimbun di dalam dan daerah aliran sungai.
jaringannya, terutama hati dan ginjal. Logam Di dalam tanah, pada umumnya
kadmium berikatan dengan protein sehingga kandungan logam berat secara alamiah sangat
disebut metalotionin yang bersifat agak rendah, kecuali tanah tersebut merupakan
permanen dan mempunyai waktu paruh cukup daerah pertambangan atau tanah tersebut sudah
lama (Darmono, 2008). tercemar (Darmono, 2008). Pada suatu daerah
Logam berat kadmium melalui yang sudah tercemar Cd, logam tersebut
persenyawaannya dapat masuk ke lingkungan terserap oleh tanaman dalam bentuk ion dari
FATMAWATI NUR Biogenesis 79

dalam tanah melalui akarnya dan yang tidak permeabel dan memerlukan
didistribusikan dalam bagian tanaman. Jumlah perantaraan senyawa yang disebut “carrier”
ion Cd yang diserap oleh tanaman dipengaruhi (pembawa) yang terdapat dalam membran.
oleh faktor pH tanah, kandungan mineral lain, Membran sel merupakan perintang bagi ion-
pemupukan. Jika tanaman tersebut dikonsumsi ion yang akan melintasinya sehingga untuk
oleh manusia, maka ion kadmium tersebut keperluan penyerapan ion oleh sel tumbuhan,
akan masuk ke dalam tubuh manusia peranan pembawa sangat penting. Agar ion
(Darmono, 2008). dapat masuk ke dalam sel yang konsentrasi
Pemasok logam berat dalam tanah ionnya lebih tinggi diperlukan sejumlah energi
pertanian antara lain bahan agrokimia (pupuk atau ATP. Pada penyerapan pasif berlangsung
dan pestisida), asap kendaraan bermotor, pertukaran ion, jadi proses penyerapan zat
bahan bakar minyak, pupuk organik, buangan pada penyerapan pasif merupakan penyerapan
limbah rumah tangga, industri, dan yang non metabolik. Ion-ion yang diserap pada
pertambangan. Selain itu sumber logam berat permukaan dinding sel dapat bertukar dengan
dalam tanah berasal dari bahan induk ion-ion dari larutan luarnya. Sebagai contoh
pembentuk tanah itu sendiri, seperti Cd banyak kation K+ dari larutan luar dapat dipertukarkan
terdapat pada batuan sedimen schales (0,22 dengan ion-ion H+ yang diserap pada
ppm berat), Cr pada batuan beku ultrafanik (2, permukaan membran dengan cara osmotik
980 ppm berat), Hg pada bauan sedimen pasir tidak aktif (Russell et. al., 2012).
(0,29 ppm berat), Pb pada batuan granit (24 Penyerapan Cd dari tanah oleh tanaman
ppm berat (Zoidis, et. al. 2010). dipengaruhi oleh total pemasukan Cd dalam
Logam beracun kadmium dapat dibawa ke tanah, pH tanah, kandungan Zn, jenis tanaman
dalam tubuh oleh seng yang terikat dalam dan kultivar. Penyerapan Cd akan tinggi pada
protein (dalam hal ini adalah struktur protein pH rendah dan menurun pada pH tinggi.
yang mengandung rantai seng). Seng dan Kandungan seng (Zn) yang tinggi dapat
kadmium berada dalam satu grup dalam mengurangi penyerapan Cd. Jika Cd telah
susunan unsur berkala, mempunyai bilangan memasuki rantai makanan, maka pada
oksidasi yang sama (+2), jika terionisasi akan akhirnya akan terakumulasi pada konsumen
membentuk partikel ion yang berukuran tingkat tinggi yaitu hewan dan manusia.
hampir sama. Dari banyak kesamaan tersebut, Kadmium sangat membahayakan kesehatan
maka kadmium dapat menggantikan rantai karena pengaruh racun akut dari unsur tersebut
seng dalam banyak sistem biologi (organik). sangat buruk (Lin et. al.,2012).
Ikatan kadmium dalam zat organik mempunyai Logam kadmium akan mengalami proses
kekuatan 10 kali lebih besar dibandingkan biotransformasi dan bioakumulasi dalam
dengan seng jika terikat dalam zat organik. organisme hidup (tumbuhan, hewan dan
Sebagai tambahan, kadmium juga dapat manusia). Logam ini masuk ke dalam tubuh
menggantikan magnesium dan kalsium dalam bersama makanan yang dikonsumsi, tetapi
ikatannya dengan struktur zat organik (Palar, makanan tersebut telah terkontaminasi oleh
2008). logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam
Fitoremediasi Logam Berat Kadmium. tubuh biota perairan jumlah logam yang
Tumbuhan menyerap elemenn dari terakumulasi akan terus mengalami
lingkungannya. Dalam penyerapan zat tersebut peningkatan. Di samping itu, tingkatan biota
tumbuhan menunjukkan selektivitas namun dalam sistem rantai makanan turut menentukan
kadang tumbuhan menyerap elemen yang jumlah Cd yang terakumulasi. Di mana pada
sesungguhnya tidak diperlukan. Masuknya zat biota yang lebih tinggi stratanya akan
ke dalam jaringan tumbuhan dapat melalui ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak,
daun (stomata) atau akar. Pada akar, zat masuk sedangkan pada biota top level merupakan
ke dalam sel dengan cara difusi baik difusi tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd
aktif maupun difusi pasif (Taiz, 2010). yang masuk tersebut melebihi ambang maka
Penyerapan aktif dilakukan melalui membran biota dari suatu level atau strata tersebut akan
Vol 1, Juni 2013 Biogenesis 80

mengalami kematian dan bahkan kemusnahan Berdasarkan hasil penelitian, beberapa


(Nowrouzi, et. al., 2012). tanaman teridentifikasi dapat dimanfaatkan
Penelitian tentang akumulasi logam Cd pada proses fitoremediasi karena
dalam tubuh tanaman telah dilakukan pada kemampuannya mengakumulasi logam berat
tanaman sawi hijau (Brassica juncea) yang Cd diantaranya adalah: Eichornia crassipes
dipasarkan di pasar Terong kota Makassar, (Módenes, et. al., 2011), Brassica napus
yang berasal dari 3 lokasi tanah pertanian (Nakamura, et. al., 2013), Avicenna marina
yaitu: pada sampel 1 berasal dari desa (Nowrouzi, et. al., 2012), Lycopersicon
To’dotoa Kecamatan Palangga sedangkan esculentum ( Sbartai, et. al., 2012), Wolffia
sampel 2 dan 3 berasal dari desa Bonto Pa’ja globosa (Xie, et. al., 2013), Phytolacca
Kecamatan Barombong. Tujuan penelitian ini americana (Gao, et al., 2013), Solanum nigrum
adalah untuk mengetahui kandungan kadmium (Wei, et al., 2013), Typha domingensis
yang terakumulasi dalam tubuh tanaman sawi (Bonanno, 2013), Sedum plumbizincicola
hijau (Brassica juncea). Penelitian ini (Wu, et al., 2012), Thlaspi caerulescens
dianalisa secara deskriptif yang dipaparkan (Koopmans, et al., 2008), Helianthus annuus
dalam bentuk tabel dan gambar. Analisa (Niu, et al., 2013), Lolium perenne
sampel dilakukan dengan menggunakan (Gunawardana, et al., 2011), Tagetes erecta
metode Spektrofotometer Serapan Atom (Sinhal, et al., 2010), Chara australis
(SSA). Bahwa kandungan kadmium (Cd) yang (Clabeaux, et al., 2011), Jatropha curcas
terakumulasi paling tinggi adalah pada organ (Jamil, et al., 2009), Sedum alfredii (Li, et al.,
akar yaitu dengankonsentrasi; A1 0.3288 ppm; 2013), Atriplex halimus (Manousaki &
A2 0.2498 ppm; A3 0.21225 ppm. Kemudian Kalogerakis, 2009), Phragmites cummunis
menyusul daun yaitu dengan konsentrasi: C1 (Chandra & Yadav, 2011), Nitella opaca
0.123 ppm; C2 0.12925 ppm; C3 0.1718 ppm. (Sooksawat, et al., 2013), Phragmites australis
Yang paling rendah yaitu pada batang dengan (Wang & Jia, 2009), Typha angustifolia
konsentrasi: B1 0.0253 ppm; B2 0.0540 ppm; (Muhammad, et al., 2009), Cyperus esculentus
B3 0.0635 ppm (Rosdiana, et. al., 2009). (Chandra & Yadav, 2011), Chara aculeolata
Akumulasi Cd juga telah diteliti pada ((Sooksawat, et al., 2013), Ricinus communis
tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans) di (Ruiz, et al., 2013), Hibiscus cannabinus
dusun Borong Karamasa desa Toddotoa (Arbaoui, et al., 2013), Zea mays (Hechmi, et
kecamatan Pallangga kabupaten Gowa. Tujuan al., 2013), Arabidopsis halleri (Claire-Lise &
penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar Nathalie, 2012), Arundo donax (Barbafieri, et
konsentrasi logam Kadmium (Cd) yang al., 2011), dan Vetiveria zizanioides (Danh, et
terakumulasi oleh tanaman kangkung darat al., 2009).
(Ipomoea reptans). Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif dengan mengukur KESIMPULAN
kadar kandungan kadmium (Cd) kangkung Fitoremediasi terdiri dalam mengobati
darat (Ipomoea reptans) pada organ akar, pencemaran lingkungan melalui penggunaan
batang dan daun pada pengujian dengan SSA tanaman dan mikroba yang terkait .
(Spektrofotometer Serapan Atom). Fitoremediasi dapat digunakan untuk
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa stabilisasi polutan , ekstraksi , degradasi atau
pada sampel 1 organ akar yaitu sebanyak penguapan. Kadmium adalah salah satu
0.4303 ppm, batang sebanyak 0.1513 ppm dan elemen logam jejak yang paling toksik bagi
daun sebanyak 0.1667 ppm. Pada sampel 2 organisme hidup dan akumulasi dalam
organ akar yaitu sebanyak 0.1608 ppm, batang lingkungan diakui sebagai keprihatinan di
sebanyak 0.1860 ppm dan daun sebanyak seluruh dunia. Tanaman yang cocok untuk
0.1670 ppm. Pada sampel 3 organ akar yaitu ekstraksi polutan yang efisien dari tanah harus
sebanyak 0.2239 ppm, batang sebanyak 0.1375 menggabungkan karakteristik yang berbeda
ppm dan daun sebanyak 0.1587 ppm (Suhaeni, seperti pertumbuhan cepat, biomassa tinggi
et. al., 2009). toleransi yang tinggi dan kapasitas tinggi
FATMAWATI NUR Biogenesis 81

dalam akumulasi bagian dipanen . Beberapa Accumulation in The Aquatic


studi telah menunjukkan bahwa tanaman dapat Macrophyte, Chara Australis: Potential
mengakumulasi Cd dalam tubuh Eichornia Use For Charophytes in
crassipes, Brassica napus, Avicenna marina, Phytoremediation. Environ Sci Technol.
Lycopersicon esculentum, Wolffia globosa, vol 45(12):5332-8.
Phytolacca Americana, Solanum nigrum, Claire LM, and Nathalie V. 2012. The use of
Typha domingensis , sedum plumbizincicola , the model species Arabidopsis halleri
Thlaspi caerulescens , Helianthus annuus , towards phytoextraction of cadmium
Lolium perenne , Tagetes erecta, Chara polluted soils. N Biotechnol. Vol
australis, Jatropha curcas, sedum alfredii, 15;30(1):9-14.
Atriplex halimus, Phragmites cummunis, Cobb AB. 2008. Cadmium. New York:
Nitella opaca, Phragmites australis, Typha Marshall Cavendish Benchmark.
angustifolia, Cyperus esculentus, Chara Danh LT, Truong P, Mammucari R, Tran T,
aculeolata, Ricinus communis, Hibiscus Foster N. 2009. Vetiver grass, Vetiveria
cannabinus, Zea mays, Arabidopsis halleri, zizanioides: a choice plant for
Arundo donax, dan Vetiveria zizanioides . phytoremediation of heavy metals and
organic wastes. Int J Phytoremediation.
DAFTAR PUSTAKA vol 11(8):664-91.
Alloway BJ. 2013. Heavy Metals in Soils: Darmono. 2008. Lingkungan Hidup dan
Trace Metals and Metalloids in Soils and Pencemaran: Hubungannya Dengan
their Bioavailability. Environmental Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI
Pollution. vol 22. 3rd Edition. Press.
Netherlands: Springer. Gao L, Peng K, Xia Y, Wang G, Niu L, Lian
Arbaoui S, Evlard A, Mhamdi MW, C, and Shen Z. 2013. Cadmium and
Campanella B, Paul R, Bettaieb T. 2013. Manganese Accumulation in Phytolacca
Potential of Kenaf (Hibiscus cannabinus Americana L. and The Roles Of Non-
L.) and Corn (Zea mays L.) For Protein Thiols and Organic Acids. Int J
Phytoremediation Of Dredging Sludge Phytoremediation. vol 15(4):307-19.
Contaminated By Trace Metals. Gunawardana B, Singhal N, Johnson A. 2011.
Biodegradation. vol 24 (4): 563-567. Effects of Amendments On Copper,
Barbafieri M, Dadea C, Tassi E, Bretzel F, Cadmium, and Lead Phytoextraction by
Fanfani L. 2011. Uptake of heavy metals Lolium Perenne from Multiple-Metal
by native species growing in a mining area Contaminated Solution. Int J
in Sardinia, Italy: Discovering Native Phytoremediation. vol 13(3):215-32.
Flora for Phytoremediation. Int J Hechmi N, Ben Aissa N, Abdennaceur H,
Phytoremediation. vol 13(10):985-97. Jedidi N. 2013. Phytoremediation
Bonanno G. 2013. Comparative Performance Potential of Maize (Zea mays L.) In Co-
of Trace Element Bioaccumulation and Contaminated Soils with
Biomonitoring in The Plant Species Typha Pentachlorophenol and Cadmium. Int J
domingensis, Phragmites australis And Phytoremediation. vol 15(7):703-13.
Arundo donax. Ecotoxicol Environ Saf. Jamil S, Abhilash PC, Singh N, Sharma PN.
vol 97:124-30. Jatropha curcas: A Potential Crop for
Chandra R and Yadav S. 2011. Phytoremediation of Coal Fly Ash. J
Phytoremediation of Cd, Cr, Cu, Mn, Fe, Hazard Mater. vol 172(1):269-75.
Ni, Pb and Zn From Aqueous Solution Koopmans GF, Römkens PF, Fokkema MJ,
Using Phragmites cummunis, Typha Song J, Luo YM, Japenga J, Zhao FJ.
angustifolia and Cyperus esculentus. Int J 2008. Feasibility of Phytoextraction To
Phytoremediation. vol 13(6):580-91. Remediate Cadmium and Zinc
Clabeaux BL, Navarro DA, Aga DS, and Contaminated Soils. Environ Pollut. vol
Bisson MA. 2011. Cd Tolerance and 156(3):905-14.
Vol 1, Juni 2013 Biogenesis 82

Lin YF and Aarts MG. 2012. The Molecular Reserve, Iran. Bull Environ Contam
Mechanism of Zinc and Cadmium Stress Toxicol. vol 89(4):799-804
Response in Plants. Cell Mol Life Sci. vol Palar H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi
69(19):3187-206 Logam Berat. Bandung: Rineka Cipta.
Li T, Liang C, Han X, and Yang X. 2013. Parvau RG. 2010. Cadmium in The
Mobilization of Cadmium by Dissolved Environment. New York: Nova
Organic Matter in The Rhizosphere of Science Pub Inc.
Hyperaccumulator Sedum alfredii. Purakayastha TJ and Chhonkar PK. 2010.
Chemosphere. vol 91(7):970-6. Phytoremediation of Heavy Metal
Manousaki E and Kalogerakis N. 2009. Contaminated Soils. Berlin Heidelberg:
Phytoextraction of Pb and Cd by The Springer.
Mediterranean Saltbush (Atriplex halimus Rosdiana, Muhiddin, Nur F. 2009. Kandungan
L.): Metal Uptake In Relation To Salinity. Logam Berat Kadmium pada Tanaman
Environ Sci Pollut Res Int. vol 16(7):844- Sawi Hijau (Brassica juncea) yang
54. Dipasarkan di Pasar Terong Kota
Módenes AN, Espinoza-Quiñones FR, Borba Makassar. [Skripsi] Jurusan Biologi
CE, Trigueros DE, Lavarda FL, Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Abugderah MM, and Kroumov AD. 2011. Alauddin Makassar. Makassar.
Adsorption of Zn(II) and Cd(II) Ions in Ruiz OA, Carrillo-González R, González-
Batch System by Using The Eichhornia Chávez MC, and Soto HRM. 2013.
Crassipes. Water Sci Technol. vol Potential of Castor Bean (Ricinus
64(9):1857-63. communis L.) for Phytoremediation of
Morel JL, Echevarria G, and Goncharova N. Mine Tailings and Oil Production. J
2006. Phytoremediation of Metal- Environ Manage. vol 15(114):316-23.
Contaminated Soils. Netherland: Russell J, and Cohn R. 2012. Plant Physiology.
Springer. Norderstedt: VSD Publishing.
Muhammad D, Chen F, Zhao J, Zhang G, and Sbartai H, Djebar MR, Sbartai I, and
Wu F. 2009. Comparison of EDTA and Berrabbah H. 2012. Bioaccumulation of
Citric Acid-Enhanced Phytoextraction of Cadmium and Zinc in Tomato
Heavy Metals in Artificially Metal (Lycopersicon esculentum L.) C R Biol.
Contaminated Soil by Typha angustifolia. vol 335(9):585-93.
Int J Phytoremediation. vol 11(6):558-74, Sinhal VK, Srivastava A, and Singh VP. 2010.
Nakamura S, Suzui N, Nagasaka T, Komatsu EDTA and Citric Acid Mediated
F, Ishioka NS, Ito-Tanabata S, Kawachi Phytoextraction of Zn, Cu, Pb and Cd
N, Rai H, Hattori H, Chino M, and Through Marigold (Tagetes erecta). J
Fujimaki S. 2013. Application of Environ Biol. vol 31(3):255-9.
Glutathione to Roots Selectively Inhibits Sooksawat N, Meetam M, Kruatrachue M,
Cadmium Transport from Roots to Shoots Pokethitiyook P, and Nathalang K. 2013.
in Oilseed Rape. J Exp Bot. vol Phytoremediation Potential of
64(4):1073-81. Charophytes: Bioaccumulation and
Niu Z, Li X, Sun L, and Sun T. 2013. Toxicity Studies of Cadmium, Lead and
Dynamics of Three Organic Acids (Malic, Zinc. J Environ Sci (China). vol
Acetic and Succinic Acid) in Sunflower 25(3):596-604.
Exposed to Cadmium and Lead. Int J Suhaeni, Muhiddin, and Nur F. 2009.
Phytoremediation. vol 15(7):690-702. Bioakumulasi Logam Berat Kadmium
Nowrouzi M, Pourkhabbaz A, and Rezaei M. (Cd) pada Tanaman Kangkung Darat
2012. Bioaccumulation and Distribution (Ipomoea reptans) di Dusun Borong
of Metals in Sediments and Avicenna Karamasa Desa Toddotoa Kecamatan
Marina Tissues in The Hara Biosphere Pallangga Kab Gowa. [Skripsi].
FATMAWATI NUR Biogenesis 83

Makassar: Jurusan Biologi Fakultas Sains Hyperaccumulator. Int J


dan Teknologi UIN Alauddin Makassar. Phytoremediation. vol 15(3):199-205.
Taiz L. 2010. Plant Physiology. 5th edition. Wu L, Li Z, Akahane I, Liu L, Han C, Makino
Sunderland: Sinauer Associates, Inc. T, Luo Y, and Christie P. 2012. Effects of
Terry N and Banuelos GS. 2010. Organic Amendments on Cd, Zn and Cu
Phytoremediation of Contaminated Soil Bioavailability in Soil with Repeated
and Water. Oxford: Taylor & Francis. Phytoremediation by Sedum
Tsao DT. 2003. Phytoremediation. Advance in Plumbizincicola. Int J Phytoremediation.
Biochemical Engineering Biotechnology. vol 14(10):1024-38.
Volume 78. Berlin Heidelberg: Springer.
Xie WY, Huang Q, Li G, Rensing C, and Zhu
Wang H and Jia Y. 2009. Bioaccumulation of
YG. 2013. Cadmium Accumulation in The
Heavy Metals by Phragmites Australis
Rootless Macrophyte Wolffia Globosa
Cultivated in Synthesized Substrates. J
and Its Potential for Phytoremediation. Int
Environ Sci (China). vol 21(10):1409-14.
J Phytoremediation. vol 15 (4):385-97.
Wei S, Clark G, Doronila AI, Jin J, and
Monsant AC. 2013. Cd Zoidis E, Fegeros K, Zervas G, Surai PF,
Hyperaccumulative Characteristics of Pappas AC. 2010. Cadmium Toxicity and
Australia Ecotype Solanum nigrum L. and The Antioxidant System. New York:
Its Implication in Screening Nova Science Pub Inc.
.

Anda mungkin juga menyukai