Anda di halaman 1dari 15

Nama : Nani winarti

Npm : 2043700208

Kelas : Apoteker (PAGI C)

INFORMASI LAIN TERKAIT NPP, TERUTAMA : UU 5/1997 TTG PSIKOTROPIKA,


UU 35/2009 TTG NARKOTIKA, PERMENKES 3/2015, TENTANG PEREDARAN,
PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA,
DAN PREKURSOR FARMASI, PER KA BPOM 4 Tahun 2018 PEGELOLAAN OBAT DAN
BAHAN OBAT NPP YAITU :

1. Membaca Dan Mencari Informasi Terkait NPP :


 UU 5/1997 Tentang Psikotropika
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
2. Pabrik obat adalah perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin dari Menteri
untuk melakukan kegiatan produksi serta penyaluran obat dan bahan obat,
termasuk psikotropika.
3. Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat,
menghasilkan, mengemas, dan/atau mengubah bentuk psikotropika.
4. Kemasan psikotropika adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau
membungkus psikotropika, baik yang ber-sentuhan langsung maupun tidak.
5. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau
penyerahan psikotropika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan
maupun pemindahtanganan.
6. Perdagangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
pembelian dan/atau penjualan, termasuk penawar-an untuk menjual psikotropika,
dan kegiatan lain berkenaan dengan pemindah tanganan psikotropika dengan
memperoleh imbalan.
7. Pedagang besar farmasi adalah perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin
dari Menteri untuk melakukan kegiatan penyaluran sediaan farmasi, termasuk
psikotropika dan alat kesehatan.
8. Pengangkutan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
memindahkan psikotropika dari satu tempat ke tempat lain, dengan cara, moda,
atau sarana angkutan apa pun, dalam rangka produksi dan peredaran.
9. Dokumen pengangkutan adalah surat jalan dan/atau faktur yang memuat
keterangan tentang identitas pengirim, dan penerima, bentuk, jenis, dan jumlah
psikotropika yang diangkut.
10. Transito adalah pengangkutan psikotropika di wilayah Republik Indonesia
dengan atau tanpa berganti sarana angkutan antara dua negara lintas.
11. Penyerahan adalah setiap kegiatan memberikan psikotropika, baik antar-penyerah
maupun kepada pengguna dalam rangka pelayanan kesehatan.
12. Lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan adalah lembaga yang secara
khusus atau yang salah satu fungsinya melakukan kegiatan penelitian dan/atau
menggunakan psikotro-pika dalam penelitian, pengembangan, pendidikan, atau
pengajaran dan telah mendapat persetujuan dari Menteri dalam rangka
kepentingan ilmu pengetahuan.
13. Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan/atau kekayaan, baik
merupakan badan hukum maupun bukan.
14. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

 UU 35/2009 Tentang Narkotika


Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongangolongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
2. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang ini.
3. Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, dan
menghasilkan Narkotika secara langsung atau tidak langsung melalui ekstraksi
atau nonekstraksi dari sumber alami atau sintetis kimia atau gabungannya,
termasuk mengemas dan/atau mengubah bentuk Narkotika.
4. Impor adalah kegiatan memasukkan Narkotika dan Prekursor Narkotika ke dalam
Daerah Pabean.
5. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan Narkotika dan Prekursor Narkotika dari
Daerah Pabean.
6. Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang
ditetapkan sebagai tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika.
7. Surat Persetujuan Impor adalah surat persetujuan untuk mengimpor Narkotika
dan Prekursor Narkotika.
8. Surat Persetujuan Ekspor adalah surat persetujuan untuk mengekspor Narkotika
dan Prekursor Narkotika.
9. Pengangkutan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan memindahkan
Narkotika dari satu tempat ke tempat lain dengan cara, moda, atau sarana
angkutan apapun.
10. Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran sediaan farmasi, termasuk Narkotika dan alat kesehatan.
11. Industri Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin
untuk melakukan kegiatan produksi serta penyaluran obat dan bahan obat,
termasuk Narkotika.
12. Transito Narkotika adalah pengangkutan Narkotika dari suatu negara ke negara
lain dengan melalui dan singgah di wilayah Negara Republik Indonesia yang
terdapat kantor pabean dengan atau tanpa berganti sarana angkutan.
13. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik
maupun psikis.
14. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk
menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat
agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi
dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang
khas.
15. Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum.
16. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.
17. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik
fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali
melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
18. Permufakatan Jahat adalah perbuatan dua orang atau lebih yang bersekongkol
atau bersepakat untuk melakukan, melaksanakan, membantu, turut serta
melakukan, menyuruh, menganjurkan, memfasilitasi, memberi konsultasi,
menjadi anggota suatu organisasi kejahatan Narkotika, atau mengorganisasikan
suatu tindak pidana Narkotika.
19. Penyadapan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan penyelidikan atau
penyidikan dengan cara menyadap pembicaraan, pesan, informasi, dan/atau
jaringan komunikasi yang dilakukan melalui telepon dan/atau alat komunikasi
elektronik lainnya.
20. Kejahatan Terorganisasi adalah kejahatan yang dilakukan oleh suatu kelompok
yang terstruktur yang terdiri atas 3 (tiga) orang atau lebih yang telah ada untuk
suatu waktu tertentu dan bertindak bersama dengan tujuan melakukan suatu
tindak pidana Narkotika.
21. Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan/atau kekayaan, baik
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
22. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

 PERMENKES 3/2015, Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan


Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan - golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang
Narkotika.
2. Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
3. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri
farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung
ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin,
ergometrine, atau Potasium Permanganat.
4. Penyaluran adalah setiap kegiatan distribusi Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi dalam rangka pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan.
5. Penyerahan adalah setiap kegiatan memberikan narkotika, psikotropika dan
prekursor farmasi, baik antar penyerah maupun kepada pasien dalam rangka
pelayanan kesehatan.
6. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan
untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
7. Pedagang Besar Farmasi yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
8. Instalasi Farmasi Pemerintah adalah sarana tempat menyimpan dan menyalurkan
sediaan farmasi dan alat kesehatan milik Pemerintah, baik Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah, Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian, Badan
Usaha Milik Negara, dan Badan Usah Milik Daerah dalam rangka pelayanan
kesehatan, yang dalam UndangUndang mengenai Narkotika dan Psikotropika
disebut Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah.
9. Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
10. Instalasi Farmasi Klinik adalah bagian dari klinik, yang dalam Undang-Undang
mengenai Narkotika dan Psikotropika disebut Balai Pengobatan, yang bertugas
menyelenggarakan, mengoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian.
11. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
12. Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obatobat bebas
dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.
13. Lembaga Ilmu Pengetahuan adalah lembaga pendidikan dan pelatihan serta
lembaga penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan oleh pemerintah
ataupun swasta yang dapat menggunakan narkotika, psikotropika, dan prekursor
farmasi untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
14. Importir Terdaftar Psikotropika yang selanjutnya disingkat IT Psikotropika
adalah pedagang besar farmasi yang mendapat izin untuk mengimpor
psikotropika guna didistribusikan kepada industri farmasi dan lembaga ilmu
pengetahuan sebagai pengguna akhir psikotropika.Importir Terdaftar Prekursor
Farmasi yang selanjutnya disingkat IT.
15. Prekursor Farmasi adalah pedagang besar farmasi yang mendapat izin untuk
mengimpor prekursor farmasi guna didistribusikan kepada industri farmasi dan
lembaga ilmu pengetahuan sebagai pengguna akhir prekursor farmasi.
16. Kepala Balai adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
17. Kepala Badan adalah Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat
dan makanan.
18. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian
dan alat kesehatan.
19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

 PER KA BPOM 4 Tahun 2018 Pegelolaan Obat Dan Bahan Obat NPP
Bagian Kesatu Persyaratan :
Pasal 3
1. Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang diedarkan harus
memiliki izin edar.
2. Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang diedarkan harus
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
3. Persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua Pengelolaan :


Pasal 4
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. pengadaan;
b. penerimaan;
c. penyimpanan;
d. penyerahan;
e. pengembalian;
f. pemusnahan; dan
g. pelaporan.

Pasal 5
1. Pengelolaan Bahan Obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hanya dapat
dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa Apotek, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dan Puskesmas.
2. Pengelolaan Bahan Obat oleh Apotek dan Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya dapat digunakan untuk keperluan peracikan (produksi
sediaan secara terbatas).
3. Pengelolaan Bahan Obat oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat digunakan untuk keperluan peracikan
(produksi sediaan secara terbatas) dan untuk keperluan memproduksi obat.

Pasal 6
1. Seluruh kegiatan pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib berada di bawah
tanggung jawab seorang Apoteker penanggung jawab.
2. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Apoteker penanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu oleh Apoteker lain dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
3. Kegiatan pengelolaan Obat dan Prekursor Farmasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) oleh Toko Obat wajib berada di bawah tanggung jawab seorang Tenaga
Teknis Kefarmasian penanggung jawab.
4. Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Apoteker
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memiliki SIPA di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian tersebut.
5. Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
wajib memiliki SIPTTK di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian tersebut.

Pasal 7
Tenaga Kefarmasian dalam melakukan pengelolaan obat,
bahan obat, narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi di
fasilitas pelayanan kefarmasian harus sesuai dengan standar
pelayanan kefarmasian.

Pasal 8
Kegiatan pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 wajib dilaksanakan sesuai dengan Pedoman
Teknis Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Bagian Ketiga Pembinaan :


Pasal 9
Dalam rangka pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pemantauan, pemberian
bimbingan teknis, dan pembinaan terhadap fasilitas pelayanan kefarmasian.

2. Rangkuman Kuliah Hari Ini :


 Narkotika
Narkotika  adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan,

UU 35/2009 :
– Golongan I, dilarang untuk pelayanan kesehatan, bisa utk IPTEK & Reagen :
Tanaman & bahan dari Papaver, Coca, ganja, bahan sintetis, dll dlm Daftar
Golongan I
– Golongan II, Dalam Daftar Golongan II
– Golongan III, Dalam Daftar Golongan III

Ruang Lingkup Pengaturan Narkotika


– Segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan
Narkotika dan Prekursor Narkotika.
– Jenis ; Pengadaan (Kebutuhan tahunan – Produksi – Untuk Iptek –
Penyimpanan – pelaporan); Ekspor & Impor ( Izin, SPE, SPI, pengangkutan,
transito, pemeriksaan,) Peredaran(penyaluran-penyerahan); Label &
Publikasi; & Prekursor ( Tujuan, Jenis/penggolongan, Rencana Kebutuhan,
Pengadaan);Pengobatan; Rehabilitasi; Pembinaan & Pengawasan;
Pencegahan, Pemberantasan; Penyidikan, Penuntutan, Pengadilan; Peran
Serta Masyarakat, Ketentuan Pidana; Ketentuan Peralihan; Ketentuan
Penutup.

 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alami maupun
sintesis, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan sistem
saraf pusat, dan dapat menimbulkan ketergantungan atau ketagihan.
– Golongan I, TIDAK BOLEH UNTUK TERAPI, HANYA UNTUK IPTEK !
mempunyai potensi yang sangat kuat dalam menyebabkan ketergantungan dan
dinyatakan sebagai barang terlarang. Contoh: ekstasi (MDMA = 3,4-Methylene-
Dioxy Methil Amphetamine), LSD (Lysergic Acid Diethylamid), dan DOM.
– Golongan II, HANYA UNTUK TERAPI ! mempunyai potensi yang kuat
dalam menyebabkan ketergantungan. Contoh: amfetamin, metamfeamin (sabu),
dan fenetilin.
– Golongan III, HANYA UNTUK TERAPI DAN IPTEK! mempunyai potensi
sedang dalam menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan
tetapi harus dengan resep dokter. Contoh: amorbarbital, brupronorfina, dan
mogadon (sering disalahgunakan).
– Golongan IV, HANYA UNTUK TERAPI DAN IPTEK! mempunyai potensi
ringan dalam menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan
tetapi harus dengan resep dokter. Contoh: diazepam, nitrazepam, lexotan (sering
disalahgunakan), pil koplo (sering disalahgunakan), obat penenang (sedativa),
dan obat tidur (hipnotika).
Ruang Lingkup Pengaturan Psikotropika
– Segala kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai
potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan.
– Jenis ; Produksi; Peredaran(penyaluran-penyerahan); Ekspor &
Impor(termasuk pengangkutan, transito, pemeriksaan,); Label & Iklan;
Kebutuhan tahunan & Pelaporan;Pengguna Psikotropika & Rehabilitasi;
Pemantauan Prekursor; Pembinaan & Pengawasan; Pemusnahan; Peran Serta
Masyarakat, Ketentuan Pidana; Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup.
 Prekursor
Prekursor  adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika.
– Tabel I,(bahan awal dan pelarut yang sering digunakan dan diawasi lebih
ketat ): Acetic Anhydride, N-Acetylanthranilic Acid, Ephedrine, Ergometrine,
Ergotamine, Isosafrole, Lysergic Acid, 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone,
Norephedrine, 1-Phenyl-2-Propanone, Piperonal, Potassium Permanganat,
Pseudoephedrine, Safrole.
– Tabel II, Acetone, Anthranilic Acid, Ethyl Ether, Hydrochloric Acid, Methyl
Ethyl Ketone, Phenylacetic Acid, Piperidine, Sulphuric Acid, Toluene.
Ruang Lingkup Pengaturan Prekursor
– Segala kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan dan penggunaan
Prekursor untuk keperluan industri farmasi, industri non farmasi, dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
– Rencana Kebutuhan tahunan; Pengadaan ( Produksi – Penyimpanan );
Ekspor & Impor ( Izin, SPE, SPI, pengangkutan, transito); Peredaran
(penyaluran-penyerahan); Pencatatan & Pelaporan; Pengawasan(kegiatan
produksi, penyimpanan, impor dan ekspor, pengangkutan, transito,
penyaluran, penyerahan, serta pencatatan dan pelaporan); Ketentuan
Peralihan; Ketentuan Penutup.

Pengelolaan Prekursor
– Sasaran : Mencegah terjadinya penyimpangan (diversi) dan kebocoran
Prekursor Farmasi dan/atau obat mengandung Prekursor Farmasi dari jalur
legal ke jalur ilegal atau sebaliknya
– Ruang Lingkup : Pengadaan; Penyimpanan; Pembuatan; Peredaran
(Penyaluran & Penyerahan; Pencatatan dan Pelaporan; Inspeksi Diri;
Penanganan Obat Kembalian; Penarikan Kembali Obat (Recall);
Pemusnahan;(Penghapusan).
– Sarana : Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, Instalasi, Farmasi Rumah
Sakit, Apotek, dan Toko Obat Berizin

 Praktik Kefarmasian Terkait NPP


a. Praktik Kefarmasian (PK) : Pengadaan, Produksi – Distribusi – Pelayanan,
Termasuk Impor & Ekspor
b. Kegiatan Terkait PK:
- Pengadaan, Penyimpanan, Pembuatan, Peredaran/ Penyaluran,
Penyerahan, Penggunaan, Pencatatan dan Pelaporan, Inspeksi Diri,
Penanganan Obat Kembalian, Penarikan Kembali Obat (Recall),
Pemusnahan, Penghapusan.

c. Insitusi Terkait Praktik Kefarmasian


– Kemenkes, BPOM, Dinkes/ Kepolisian & aparat hukum lainnya, BNN.
– Perguruan Tinggi,Lmbaga Pnelitian, Industri Farmasi(BB/Produk Jadi),
PBF(BB/PJ), Instalasi Pemerintah, Farmasi Rumah Sakit, Apotek, Klinik
dan Toko Obat Berizin(Khusus Prekursor)
d. Perizinan : Pengadaan/Impor, Produksi – Distribusi/Ekspor, Penggunaan :
Izin Sarana, Izin Edar, Izin Import & Ekspor,
e. Dokumen, Pencatatan, Berita Acara & Pelaporan : Pengadaan, Produksi –
Distribusi – Pelayanan, Termasuk Impor & Ekspor & Pemusnahan : Sipnap
& Manual

3. Cari & Tulis Rekapitulasi Data : Nama Produk & Produsen Untuk Tiap NPP Yang Beredar Di
Indonesia.
a. Rekapitulasi Data Produk Pisikotropika, Yang Beredar Di Indonesia

No. Nama Satuan Produsen


1 Actazolam 0.5 mg Tablet Tablet Actavis
2 Actazolam 1 mg Tablet Tablet Actavis
3 Alena 1 mg Tablet Mg Novell Pharmaceutical Lab. - Indonesia
4 Alena 2 mg Tablet Mg Novell Pharmaceutical Lab. - Indonesia
5 Alganax 0.25 mg Tablet Tablet Guardian Pharmatama – Indonesia
6 Alganax 0.5 mg Tablet Tablet Guardian Pharmatama – Indonesia
7 Alganax 1 mg Tablet Tablet Guardian Pharmatama – Indonesia
8 Alprazolam 0.25 mg Tablet Tablet Dexa Medica – Indonesia
9 Alprazolam 0.5 mg Tablet Tablet Dexa Medica – Indonesia
10 Alprazolam 1 mg Tablet Tablet Otto Pharmaceutical Industries – Indonesia
11 Alviz 0.25 mg Tablet Tablet Pharos Indonesia
12 Alviz 0.5 mg Tablet Tablet Pharos Indonesia
13 Alviz 1 mg Tablet Tablet Pharos Indonesia
14 Analsik Tablet Tablet Sanbe Farma - Indonesia
15 Anesfar 1 mg/mL 5 Ml Injeksi Ampul Pratapa Nirmala - Indonesia

b. Rekapitulasi Data Produk Narkotika, Yang Beredar Di Indonesia

No Nama Satuan Produsen


1 Clopedin 50 mg/L 2 mL Injeksi Ampul Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
(Morphine/Pethidine)
2 Codeine 10 mg Tablet Tablet Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
3 Codeine 15 mg Tablet Tablet Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
4 Codeine 20 mg Tablet Tablet Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
5 Codikaf 10 mg Tablet Tablet Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
6 Codikaf 15 mg Tablet Tablet Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
7 Codikaf 20 mg Tablet Tablet Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
8 Codipront Cum Expectoran Kapsul Kapsul Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
9 Codipront Cum Expectoran Sirup Botol Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
10 Codipront Kapsul Kapsul Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
11 Codipront Sirup Botol Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
12 Coditam Tablet Tablet Kimia Farma, Jakarta – Indonesia
13 Durogesic Matrix 12 Mu Patch Pendaftar Kimia Farma, Jakarta - Indonesia / Di
Produksi Janssen – Belgia
14 Durogesic Matrix 25 Mu Patch Pendaftar Kimia Farma, Jakarta - Indonesia / Di
Produksi Janssen – Belgia
15 Durogesic Matrix 50 Mu Patch Pendaftar Kimia Farma, Jakarta - Indonesia / Di
Produksi Janssen – Belgia

c. Rekapitulasi Data Produk Prekursor, Yang Beredar Di Indonesia


No Nama Produsen
1 Anakonidin PT. Konimex
2 Alpara PT. Molex Ayus Pharmaceuticsl
3 Anadex PT. Interbat
4 Decolgen PT Medifarm Lab Inc
5 Decolsin PT Medifarm Lab Inc
6 Intunal PT. Meprofarm
7 Inza PT. Konimex
8 Ikadryl PT. Ikapharmindo
9 Nalgestan PT Medifarm Lab Inc
10 Antiza Corenet Crown
11 Colfin Nurfarindo
12 Pospargin PT. Kalbe Farma
13 Fexofed Tablet PT. Kalbe Farma
14 Tremenza Tablet PT. Sanbe
15 Telfast Plus Sanofi Aventis

4. Cari & Buat Format Pencatatan NPP Di Sarana Produksi, Distribusi & Pelayanan
Kefarmasian.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,


Penyimpanan,Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
Pasal 43 ayat 1menyatakan bahwa Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah,
Apotek, Puskesmas,Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, ataudokter praktik perorangan yang melakukan produksi, penyaluran, atau
penyerahan Narkotika,Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat pencatatan
mengenai pemasukandan/atau pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Pencatatantersebut paling sedikit terdiri atas :
1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
2. Jumlah persediaan;
3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
4. Jumlah yang diterima;
5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan;
6. Jumlah yang disalurkan/diserahkan;
7. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan; dan
8. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
5. Cari & Buat Format Pelaporan NPP Di Sarana Produksi, Distribusi & Pelayanan Kefarmasian

Pada Pasal 45 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
disebutkan bahwa :

1. Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi


wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan produksi dan penyaluran
produk jadi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi setiap bulan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
2. PBF yang melakukan penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan
dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala
Badan/Kepala Balai.
3. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
4. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat.

Pelaporan tersebut paling sedikit terdiri atas :

a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor


Farmasi;
b. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
d. Jumlah yang diterima;
e. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
f. Jumlah yang disalurkan; dan
g. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan awal
dan akhir. Pelaporan Narkotika Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan
mengirimkan laporan obat Narkotikatiap bulannya. Dalam laporan tersebut diuraikan
mengenai

Pelaporan Narkorika Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan


obat Narkotik tiap bulannya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai
pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung
jawabnya, dan ditandatangani oleh penanggung jawab instalasi farmasi/apotek rumah
sakit.Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan :
1. Dinas Kesehatan Provinsi setempat
2. Kepala Balai POM setempat
3. Penanggung jawab narkotika di Rumah Sakit
4. ArsipLaporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari:
– Laporan pemakaian bahan baku narkotika.
– Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika.
– Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin.

Pelaporan Psikotropika suatu laporan yang dibuat Rumah Sakit untuk mencatat
pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran obat Psikotropika berdasarkan pelayanan
resep doktersetiap bulannya yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan
tembusan:

1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi


2. Kepala Balai POM

Arsip yg di tanda tangani oleh Apoteker penanggung jawab di sertai namaterang,


SIK, dan cap Rumah Sakit/Apotek.Pelaporan psikotropika dibuat satu bulan sekali tetapi
dilaporkan satu tahun sekali(awal Januari sampai Desember). Pada pasal 45 ayat 6 disebutkan
bahwa Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat.

Pelaporan tersebut paling sedikit terdiri atas:

a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor


Farmasi;
b. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. Jumlah yang diterima; dan
d. Jumlah yang diserahkan.

Sedangkan, Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan


pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Berikut merupakan contoh format dokumen pelaporan :

Anda mungkin juga menyukai