Anda di halaman 1dari 4

Daftar pustaka

Fakhrur razi, dkk. (2020). “Bunga rampai covid-19 : buku kesehatan mandiri
untuk sahabat #dirumahaja. Depok : pd prokami kota depok.
Putri, Frieda Isyana. (2020). Tidur Cukup Bisa Cegah Virus Corona? Simak Nih
Penjelasan Dokter. [https://www.suara.com/health/2020/03/04/193715/tidur-cukup-
bisa-cegah- virus-corona-simak-nih-penjelasan-dokter], diakses pada 14 Mei 2020.
Hammado, N. (2014). Pengaruh rokok terhadap kesehatan dan pembentukan
karakter manusia. Prosiding, 1(1), 77-84.
Ika. (2020). Pakar UGM Bagi Tips Olahraga di Tengah Pandemi Covid-19.
[https://ugm.ac.id/id/berita/19220-pakar-ugm-bagi-tips-olahraga-di-tengah-
pandemi- covid- 19], diakses pada 15 Mei 2020.
Lau, Stuart. (2020). Coronavirus: World Health Organisation reverses course, now
supports wearing face masks in public.
[https://www.scmp.com/news/china/article/3078407/coronavirus-world-health-
organisation-reverses-course-now-supports], diakses pada 15 Mei 2020.
Putra, Y. M. (2020). Kecemasan akibat Covid-19 Bentuk Adaptasi Normal.
[https://republika.co.id/berita/q84alz284/kecemasan-akibat-covid19- bentuk-
adaptasi-normal], diakses pada 14 Mei 2020.
UNICEF. (2020). Social stigma associated with the coronavirus disease (COVID-19).
[https://www.unicef.org/documents/social-stigma-associated-coronavirus-
disease- covid-19], diakses pada 13 Mei 2020.
Yuliana . 2020 . “ Corona virus disease (covid 19); sebuah tinjauan literatur”. Vol. 2
(1) : 187 – 192.

Kusumawati, i. (2018). “Pengaruh terapi relaksasi meditasi sufistik dalam


meningkatkan kontrol diri (self-control) remaja penyandang masalah kesejahteraan
sosial di upt pelayanan sosial bina remaja blitar”[skripsi]. Tuluagung : fakultas
ushuluddin, adab dan dakwah institut agama islam negeri (iain) tulungagung

Fathiyah Isbaniah, dkk . 2020 . “Pedoman pencegahan dan pengendalian Corona


Virus Disease (COVID-19)” . Jakarta : Kemenkes RI

3.Digolongkan menjadi ODP , PDP dan OTG :


a. Jika seseorang berada dalam fase ODP, dia tau akan keadaannya bahwa dia bisa
saja menjadi PDP tapi enggan memeriksakan kesehatan karena takut akan
deskriminasi dan stigma masyarakat sekitarnya. Sehingga mereka akan berusaha
menipu diri sendiri dan bersikap seolah-olah sedang sehat.

b. Tetapi , terdapat juga beberapa orang yang menjadi PDP dan ODP dan setelah
mengetahui illnessnya, mereka melakukan pengobatan untuk mendapatkan
kesembuhan.

c. Sebagai ODP maupun PDP harusnya bisa mengontrol diri dan mental mereka.
Terkait mendapatkan stigma-stigma buruk dari lingkungan, itu harus dapat dikontrol
dan hanya memfokuskan pada penyembuhan dirinya sendiri.

d. Dalam pengobatannya, seseorang yang berada dalam fase ODP maupun PDP
harus selalu berpikiran positif agar dapat selalu termotivasi untuk sembuh, ataupun
melakukan terapi-terapi ringan untuk melakukan rileksasi dan menghindari terjadinya
depresi maupun kecemasan. Karena ODP dan PDP ini pasti akan di karantina ,
dengan isolasi awal sekitar 14 hari.

2. Stigma sosial
Stigma sosial adalah asosiasi negatif terhadap seseorang atau sekelompok
orang yang mengalami gejala atau menyandang penyakit tertentu. Mereka diberikan
label, stereotip, didiskriminasi, diperlakukan berbeda, dan/atau mengalami
pelecehan status karena terasosiasi dengan sebuah penyakit.
Perasaan bingung, cemas, dan takut yang kita rasakan dapat dipahami, tapi
bukan berarti kita boleh berprasangka buruk pada penderita, perawat, keluarga,
ataupun mereka yang tidak sakit tapi memiliki gejala yang mirip dengan COVID-19.
Jika terus terpelihara di masyarakat, stigma sosial dapat membuat orang-orang
menyembunyikan sakitnya supaya tidak didiskriminasi, mencegah mereka mencari
bantuan kesehatan dengan segera, dan membuat mereka tidak menjalankan
perilaku hidup yang sehat (UNICEF. 2020).

1. Emosional dan mental terganggu


Di masa pandemi ini beberapa orang memerlukan waktu agar terbiasa dan
mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi. Masa social
distancing membuat orang merasa penat dan merasa terkurung. Ditambah lagi
dengan kecemasan akibat bombardir pemberitaan melalui media terkait ancaman
virus Covid-19. Bila kecemasan dalam adaptasi tersebut tidak mau dikendalikan
atau dikontrol maka kondisi emosi tersebut akan menguasai pikiran dan perilaku
sehingga dapat menimbulkan gelaja gangguan mental atau psikologis yang lebih
lanjut. (Putra, 2020).
10. Terapi air
Bisa melakukan terapi air sekali seminggu. Terapi ini mampu merilekskan
pikiran serta dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional baik bagi
pasien atau bukan.

9. Menggunakan hand sanitizer saat berpergian


Gunakan cairan pembersih tangan (minimal 70% alkohol), hanya bila sabun
dan air mengalir tidak tersedia! Hal ini penting guna membunuh kuman dan bakteri
yang berada di tangan untuk mencegah penyebaran virus (Fakhrur razi, dkk. 2020).

8. Istrahat yang cukup


Menurut pakar kesehatan tidur, dr. Andreas Prasadja, RSPGT, "Menjaga
daya tahan tubuh secara optimal bisa dicapai dengan tidur yang cukup. Karena tidur
sangat penting bagi kualitas manusia, salah satunya daya tahan tubuh yang hanya
bekerja pada saat tidur (Putri, Frieda Isyana. 2020).

7. Melakukan pemeriksaan kesehatan


Lakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala klinis seperti batuk
dan kesulitan bernafas. Jika muncul gejala, laporkan ke petugas di fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat. Jika hasil pemeriksaan positif, lakukan isolasi diri
sendiri. Apabila memiliki penyakit bawaan berdasarkan rekomendasi petugas
kesehatan, maka dilakukan perawatan di rumah sakit (Fakhrur razi, dkk. 2020).

6. Berolahraga
Daya tahan tubuh yang kuat menjadi salah satu benteng menghadapi virus
corona (Covid-19). Olahraga teratur menjadi cara untuk menjaga kesehatan,
kebugaran, dan daya tahan tubuh.

Pada prinsipnya ada dua jenis olahraga yakni neural excercise/olahraga persarafan
untuk menjaga kesehatan dan physical excercise/olahraga fisik untuk menjaga
kebugaran. Olahraga tersebut bisa dilakukan di rumah (Ika. 2020).

5. Mengkonsumsi makanan bergizi


Konsumsi makanan bergizi yang baik akan membentuk sistem kekebalan
tubuh. Meskipun makanan bukan sepenuhnya sebagai penangkal virus, namun gizi
yang baik akan lebih menguatkan sistem kekebalan tubuh sehingga akan
memberikan perlindungan ekstra bagi tubuh (Fakhrur razi, dkk. 2020).

4. Jaga jarak (Physical distancing)


Physical distancing adalah menjaga jarak antar manusia dan menghindari
titik keramaian. COVID-19 menyebar dengan cepat, orang dapat terinfeksi tanpa
gejala apapun, namun tetap dapat menyebarkannya ke orang lain. Jika kita tidak
melakukan upaya pencegahan dengan menghindari keramaian, jumlah orang
terinfeksi akan meledak dan fasilitas layanan kesehatan akan kewalahan menangani
(Fakhrur razi, dkk. 2020).

3. Memakai masker
WHO mengatakan bahwa masker bedah harus disediakan untuk para
profesional medis, sementara masyarakat harus menggunakan kain penutup wajah
atau buatan sendiri. Himbauan untuk menggunakan masker disebabkan oleh
adanya efek positif memakai masker dalam mencegah penyebaran virus corona
(Lau, Stuart. 2020).

2.Cuci tangan
Cuci tangan pakai sabun dengan aliran udara minimal 20 detik. Jangan
menyentuh hidung, mulut dan mata sebelum mencuci tangan!

Kapan harus cuci tangan? Ketika tiba di rumah, tempat kerja, dll setelah perjalanan.
Sebelum makan. Sebelum menyiapkan makanan. Setelah menggunakan toilet
(Fakhrur razi, dkk. 2020).

1. Tidak merokok
Merokok dapat membuat pasien ataupun orang rentan terkena covid-19 . Dan dapat
meningkatkan infeksi pada kardiovaskular pasien (Hammado, N. 2014).

Apa itu Covid-19?

Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit baru yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan dan radang paru. Gejala klinis yang
muncul beragam, seperti gejala flu biasa (demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,
nyeri otot, nyeri kepala) sampai yang komplikasi berat (pneumonia atau sepsis)
(Fakhrur razi, dkk. 2020).

Health and Illness behavior of Covid-19

Anda mungkin juga menyukai