Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain B.Biografi wali songo
1. Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
Diperkirakan lahir di Samarkand Asia Tengah pada paruh awal abad ke 14. Beliau merupakan guru para wali, Sunan Gresik termasuk orang pertama yang masuk ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam.
Tempat berdakwah pertamanya adalah di Desa
Sembalo (Gresik). Beliau mulai menyiarkan agama Islam di bagian timur Pulau Jawa dengan mendirikan masjid di Desa Pasucinan Manyar.
2. Raden Rahmat (Sunan Ampel)
Menurut riwayat beliau adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan putri Dewi Condro Wulan. Lahir di Champa tahun 1401 Masehi. Tahun 1479, Raden Rahmat mendirikan masjid Agung Demak untuk sarana berdakwah.
Kemudian di Ampel Denta membangun pondok
pesantren yang menjadi sentra pendidikan dan berpengaruh di dunia, selama berdakwah beliau mempunyai falsafah. Moh mabok (tidak minum alkohol), moh main (tidak berjudi), moh madon (tidak berzina), moh madat (tidak memakai obat-obatan), moh maling (tidak mencuri). 3. Raden Makhdum (Sunan Bonang) Adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila, setelah ayahnya wafat beliau mengambil keputusan belajar agama di Malaka. Setelah selesai menimba ilmu, Sunan Bonang kembali ke Tuban dan mendirikan pondok pesantren.
Dakwahnya melalui kesenian sastra berbentuk suluk
atau tembang tamsil, selain itu menciptakan tembang tombo ati yang sekarang masih dikenal. Gamelan Jawa merupakan salah satu budaya Hindu yang diberi nuansa berbeda serta pada pewayangan dimasukkan cerita Islami.
4. Raden Qasim (Sunan Drajat)
Diperkirakan lahir pada tahun 1470 dan merupakan salah satu putra dari Sunan Ampel. Beliau diberi tugas pertama dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik melalui laut kemudian mendirikan Padepokan santri Dalem Duwur.
Yang pertama kali dilakukan adalah
mensejahterakan kehidupan masyarakat kemudian mengajarkan tentang syariat Islam. Sunan Drajat terkenal dengan kegiatan sosialnya, beliau merupakan wali yang mempelopori penyatuan anak yatim dan orang sakit.
5. Ja’far Shadiq (Sunan Kudus)
Sunan Kudus berasal dari Al-Quds Yerussalem Palestina, putra dari Raden Usman Haji dengan Syarifah Ruhil. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat dengan memanfaatkan simbol Hindu- Budha, hal itu terlihat pada arsitektur masjid Kudus.
Bentuk dari menara, gerbang serta pancuran
(padasan) wudhu Masjid Kudus melambangkan delapan jalan Budha. Beliau mendapat gelar wali Al- ilmi yang berarti orang yang berilmu seperti yang dimilikinya yaitu kepandaian dan berilmu luas.
6. Raden Paku (Sunan Giri)
Sunan Giri lahir di Blambangan pada 1442 M dan merupakan putra dari Maulana Ishaq. Setelah berguru selama tiga tahun oleh ayahnya, beliau kemudian mendirikan pesantren di desa Sidomukti, Kebonmas. Pesantrennya dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Pesantren Giri terus berkembang hingga menjadi
sebuah Kerajaan kecil (Giri Kedaton). Peninggalannya berupa kesenian tradisional berupa permainan anak seperti jelungan dan cublak suweng serta lagu Jawa Pucung dan Asmaradana. 7. Raden Sahid (Sunan Kalijaga) Lahir tahun 1450 di Tuban dan wafat tahun 1550 di Demak. Metode dakwah yang digunakannya adalah pemahaman agama berbasis salaf yaitu kesenian dan kebudayaan. Contoh kesenian dan kebudayaan yang digunakan ialah seni ukir, wayang, gamelan, dan seni suara untuk menyebarkan agama Islam.
Beberapa lagu terkenal yang diciptakannya adalah
Lir Ilir dan Gundul Pacul, metode tersebut terkesan efektif karena dapat mengambil hati masyarakat.
8. Raden Umar Said (Sunan Muria)
Dalam berdakwah, Sunan Muria menggunakan metode yang sama dengan ayahnya yaitu Sunan Kalijaga. Beliau menyampaikan kepada masyarakat melalui pendekatan kebudayaan dan kesenian tradisional Jawa.
Gunung Muria merupakan tujuan dan pusat
dakwahnya, kebanyakan tempat yang didatanginya merupakan daerah terpencil di pesisir pantai atau pegunungan. Sunan Muria menggunakan media tembang Jawa dalam berdakwah, seperti tembang Sinom dan Kinanti.
9. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Merupakan keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang. Sunan Gunung Jati menjadikan Kota Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, berhasil mengembangkan kekuasaan serta penyebaran Islam.
Dalam berdakwah beliau menganut kecenderungan
Timur Tengah yang lugas serta mendekati masyarakat dengan membangun infrastruktur berupa jalan.