Anda di halaman 1dari 3

NAMA : HANIF NURULUMFITRY ZAIN

NIM : 041732551

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara hukum
dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

a. Jelaskan jenis kontrak asuransi.

 Kontrak Bersyarat (Voidable Contract). Kontrak bersyarat memungkinkan satu


pihak memilih memutuskan perjanjian karena tindakan atau ketiadakan (wan
prestasi) dari pihak lainnya. Pihak yang memiliki hak untuk memutuskan kontrak
dapat juga memilih agar kontrak ditegakkan. Sebagai contoh : penanggung tidak
lagi terikat memenuhi kewajibannya, jika diketahui bahwa tertanggung
melakukan penipuan (defrand), tertanggung dapat menuntut penanggungan ke
pengadilan, jika penanggung secara melawan hukum, menolak pembayaran
klaim.
 Kontrak yang cacat hukum (Void Contract). Kontrak cacat secara hukum, jika
dari semula kekurangan satu atau lebih persyaratan untuk menjadi kontrak yang
berlaku. Contoh : kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud illegal seperti
maksud memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang
dipertanggungkan,satu pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang
dinyatakan tidak waras membeli asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut
dianggap tidak pernah ada (void ab initio).
Dalam asuransi property dikenal adanya ikatan (blinder) yaitu kontrak sementara
yang sering digunakan sebelum keluarnya polis asuransi formal. Ikatan harus
memenuhi semua persyaratan kontrak hukum. Maksud diadakannya ikatan adalah
memberikan perlindungan seketika selama waktu proses permintaan akan
asuransi. Ikatan bisa lisan atau tertulis. Ikatan lisan seperti lewat telepon, harus
segera diikuti dengan dokumen tertulis. Ikatan tertulis harus menyebut jumlah
uang pertanggungan, jangka waktu keefektifan ikatan, dan pihak-pihak dalam
ikatan.
Dalam asuransi jiwa tidak digunakan ikatan karena agen-agennya tidak memiliki
kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara diberikan dalam
bentuk penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada
dipenuhinya persyaratan atau bukti dapat diasuransikannya (insurability) calon
tertanggungnya, misal keadaan kesehatan. Jika persyaratan atau bukti dipenuhi,
perlindungan mulai berlaku setelah pembayaran premi pertama.

b. Jelaskan syarat-syarat kontrak asuransi.

Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi agar sebuah kontrak asuransi sah dimata
hukum menurut Hukum Pasal 1320 adalah sebagai berikut :

 Harus ada persetujuan dari pihak yang mengikatkan diri. Kontrak dimulai bila
seseorang mengajukan usulan untuk mempertukarkan suatu yang berharga dengan
orang lain. Itu berarti bahwa salah satu pihak menawarkan dan tawaran diterima
dengan baik oleh pihak lain. Penawaran tersebut harus cukup terinci dan
dikomunikasikan secara jelas. Penerimaan tawaran harus tanpa syarat dan
dikomunikasikan dengan jelas. Semua pihak dalam sebuah kontrak harus sepakat
atas syarat-syarat yang tepat sama. Jika terjadi kesepakatan, maka kedua belah
pihak terikat untuk melaksanakan kontrak tersebut.
 Tujuannya harus legal ( lawful objective). Peradilan tidak akan mendukung jika
maksud perjanjian menjadi atau bertentangan dengan politik pemerintah. Misal
perjanjian tidak sah jika yang diasuransikan adalah mobil curian. Contoh lain,
perjanjian illegal jika misalnya orang mengasuransikan rumahnya dengan niat ia
akan membakar rumah itu dengan segaja dengan harapan akan mendapat santunan
asuransi.
 Kedua belah pihak harus kompeten (capacity). Tidak semua orang secara hukum
memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak. Misalnya anak dibawah umur,
orang sakit jiwa,dan pemabuk atau pecandu tidak kompeten untuk melakukan
perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum mempunyai izin usaha
merupakan pihak yang tidak kompeten.
 Harus ada imbalan yang dipertukarkan (compensation). Persyaratan terakhir
sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yang dipertukarkan oleh kedua belah pihak
untuk persetujuan itu, misal adanya hak atau kewajiban. Jika suatu peristiwa
tertentu terjadi selama masa kontrak, compensation dapat diterima oleh pihak yang
dilanggar janjinya.

SUMBER : ADBI4211/MODUL 7 HAL 7.4-7.7

2. Jelaskan tentang usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur kepemilikan.

 Badan Usaha Milik Negara. Semua saham atau sebagian besar sahamnya dimiliki
pemerintah, yang dalam hal ini departemen Keuangan RI. Badan usaha milik negera,
secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam Undang-undang
Perseroan terbatas, namun dnegan memperhatikan beberapa ketentuan khusus. Biasanya
perseroan terbatas diberi tambahan dibelakangnya dengan kata “Perseroan”.
Badan usaha milik negara mempunyai visi dan misi yang disejalankan dengan
kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama yang terkait dengan
keuangan, perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan, perhubungan, dan
sebagainya. Adapun perusahaan-perusahaan milik negara dimaksud meliputi : PT
Asuransi Jiwasraya, PT Asuransi Jasa Indonesia , PT Asuransi Kredit Indonesia, PT
Asuransi Ekspor Indonesia, PT Reasuransi Umum Indonesia, PT Asuransi Jasa Raharja,
PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri, PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT
Asuransi Kesehatan.
 Badan Usaha Milik Swasta Nasional. Bentuk badan hukumnya bisa berbentuk Perseroan
Terbatas dan bisa juga dalam bentuk Koperasi. Perusahaan swasta nasional sepenuhnya
tunduk kepada UU No 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Apabila perseroan
terbatas dimaksud telah mampu menjadi perusahaan publik maka juga harus tunduk
kepada UU tentang Pasar Modal.
Pada perusahaan swasta nasional yang berbentuk koperasi, maka dengan sendirinya harus
tunduk kepada UU Koperasi No 25 Tahun 1992, yang pada tanggal 30 Oktober telah
dikeluarkan UU Koperasi yang baru No 17 Tahun 2012.
 Badan Usaha Milik Usaha Patungan. Sesudah orde baru Pemerintah pada tahun 1966
maka secara berangsur masuklah para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk
Penanaman Modal Asing. Bersamaan dengan itu mereka juga membawa mitra usahanya
dan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan perusahaan yang menanamkan modalnya
di Indonesia. Salah satu mitra usaha mereka adalah perusahaan asuransi.
Namun, asuransi dengan ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan adanya
perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni. Maka jalan keluarnya
mereka melakukan usaha patungan (joint-ventures), dengan mitra asuransi nasional baik
dnegan badan usaha milik negara maupun dengan badan usaha milik swasta nasional.
Dewasa ini perusahaan asuransi dengan bentuk usaha patungan telah melakukan usaha
terbaik dalam usaha asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa. Hingga buku ini
ditulis belum terlihat adanya usaha patungan yang membuka usaha dalam usaha
reasuransi.

SUMBER : ABDI4211 MODUL 8 HAL 8.45-8.46

Anda mungkin juga menyukai