Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan pada
anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Para peneliti telah membuat
berbagai kesimpulan, bahwa bangkitan kejang demam berhubungan dengan usia, tingkatan
suhu serta kecepatan peningkatan suhu, termasuk faktor hereditas juga memiliki peran
terhadap bangkitan kejang demam dimana pada anggota keluarga penderita memiliki peluang
untuk mengalami kejang lebih banyak dibandingkan dengan anak normal. Kejadian kejang
demam terjadi pada 2%-4% anak-anak, dengan insiden puncak pada usia 2 tahun, 30% kasus
kejang demam akan terjadi kembali pada penyakit demam berikutnya, prognosis kejang
demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka kematian mencapai 0,64%-0,75%.
Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi
epilepsy sebanyak 2-7%.Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta
penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik, 4% penderita kejang demam secara
bermakna mengalami tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi (Bulan, 2010).2 Kejang
demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan–5 tahun.Kejadian kejang demam di amerika
serikat, amerika selatan, dan eropa barat diperkirakan 2-4%.Dalam 25 tahun terakhir
terjadinya kejang demam lebih sering terjadi pada saat anak berusia ± 2 tahun (17-23 bulan).
(Kadafi,2013) Di Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam 3-4% dari anak yang
berusia 6 bulan–5 pada tahun 2012-2013.Di provinsi Jawa Tengah mencapai 2-3% dari anak
yang berusia 6 bulan–5 tahun pada tahun 2012- 2013.
Berdasarkan data yang ada diruang mawar RSUD Banyudono, pada 2014 di bulan
november dan desember terdapat 7 kasus kejang demam dan ditahun 2015 selama 5 bulan
terakhir terdapat 18 kasus kejang demam. Dari kejadian itu dapat dilihat adanya peningkatan
kejang demam dalam 1 tahun terakhir.[ CITATION Abd16 \l 1033 ]

1.2 TUJUAN
1.Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kejang
demam serta mendapatkan pengalaman nyata kepada penulis dalam melakukan
penanganan dan perawatan pada anak dengan kejang demam.
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari karya tulis ilmiah ini adalah penulis dapat:
a. Melakukan pengkajian pada klien anak dengan masalah kejang demam
b. Menegakkan perumusan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien anak
dengan kejang demam
c. Menyusun intervensi keperawatan pada klien anak dengan kejang demam.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien anak dengan kejang demam
e. Melakukan evaluasi pada klien anak dengankejang demam

1.3 MANFAAT
1.Bagi Penulis Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam mengkaji permasalahan
tentang kejang demam serta dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
anak dengan kejang demam.
2.Bagi pasien dan keluarga. Memberikan support sosial kepada pasien, keluarga
memahami tentang penyakit serta perawatan pada keluarga yang mengalami kejang
demam.
3. Bagi Pembaca Pembaca dapat memahami tentang penatalaksanaan dan perawatan klien
anak dengan masalah kejang demam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis


A. Definisi
Kejang demam merupakan gangguan neurologis akut yang paling umum terjadi pada
bayi dan anak-anak disebabkan tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam
terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya
pada usia 3 tahun. Kejang demam dapat terjadi bila suhu tubuh diatas 38oC dan suhu yang
tinggi dapat menimbulkan serangan kejang ([ CITATION Sud18 \l 1033 ].

B. Etiologi
Menjelaskan bahwa penyebab kejang demam hingga saat ini belum diketahui dengan
pasti.Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi dikarenakan pada suhu yang
tidak terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kejang. Kondisi yang dapat menyebabkan kejang
demam diantaranya adalah infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti otitis media
akut, bronkitis dan tonsilitis Sedangkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan
bahwa penyebab terjadinya kejang demam antara lain obat-obatan, ketidak seimbangan
kimiawi seperti hiperkalemia, hipoglikemia, asidosis, demam, patologis otak dan eklamsia
(ibu yang mengalami hipertensi prenatal, toksimea gravidarum). Selain penyebab kejang
demam menurut data profil kesehatan Indonesia yaitu didapatkan 10 penyakit yang sering
rawat inap di Rumah Sakit diantaranya 11 adalah diare dan penyakit gastroenteritis oleh
penyebab infeksi tertentu, demam berdarah dengue, demam tifoid dan paratifoid, penyulit
kehamilan, dispepsia, hipertensi esensial, cidera intrakranial, infeksi saluran pernafasan atas
dan pneumonia. Kejang pada neonatus dan anak bukanlah suatu penyakit, namun merupakan
suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan
susunan saraf pusat. Penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan di otak sedangkan
penyebab sekundernya adalah gangguan metabolik atau penyakit lain seperti penyakit infeksi.
Negara berkembang, kejang pada neonatus dan anak sering disebabkan oleh tetanus neonatus,
sepsis, meningitis, ensefalitis, perdarahan otak dan cacat bawaan. Penyebab kejang pada
neontaus, baik primer maupun sekunder umumnya berkaitan erat dengan kondisi bayi
didalam kandungan dan saat proses persalinan serta masamasa bayi baru lahir. Menurut
penelitian yang dilakukan diIran, penyebab kejang demam dikarena infeksi virus dan bakteri [
CITATION Dew14 \l 1033 ]

C. Manifestasi Klinis
Kejang Demam Ngastiyah (2014), menyebutkan bahwa kejang pada anak dapat
terjadi bangkitan kejang dengan suhu tubuh mengalami peningkatan yang cepat dan
disebabkan karena infeksi di luar susunan saraf pusat seperti otitis media akut, bronkitis,
tonsilitis dan furunkulosis. Kejang demam biasanya juga terjadi dalam waktu 24 jam pertama
pada saat demam dan berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-
klonik, klonik, tonik dan fokal atau akinetik. Pada umumnya kejang demam dapat berhenti
sendiri dan pada saat berhenti, anak tidak dapat memberikan reaksi apapun untuk sejenak
tetapi 12 setelah beberapa detik atau bahkan menit kemudian anak akan sadar kembali tanpa
adanya kelainan saraf.[ CITATION Nga14 \l 1033 ].

D. Faktor Resiko
1. Resiko kekambuhan kejang demam merupakan kejang demam yang terjadi kedua
kalinya sebanyak setengah dari pasien tersebut. Usia pada saat kejang demam pertama
merupakan faktor resiko yang paling penting dalam kekambuhan ini, karena semakin
muda usia pada saat kejang demam pertama, semakin tinggi resiko keambuhan terjadi
dan sebagai perbandingan, sebanyak 20% yang memiliki kekambuhan kejang demam
pertama adalah usia tua lebih dari 3 tahun [ CITATION Gup16 \l 1033 ]
2. Status demam epileptikus adalah kejang demam yaang memiliki durasi lebih dari 30
menit dan merupakan bentuk paling parah dan berpotensi mengancam nyawa dengan
konsekuensi jangka panjang dan bersifat gawat darurat. Anak dengan kejang demam
pertama memiliki potensi status demam epileptikus dimana dikaitkan dengan usia
yang lebih muda dan suhu tubuh lebih rendah serta durasi yang lebih lama [ CITATION
Gup16 \l 1033 ]
3. Faktor genetik atau keturunan misalnya pada orang tua dengan riwayat kejang demam
(pada masa kanak-kanak), saudara kandung dengan riwayat kejang demam dan orang
tua dengan riwayat epilepsi tanpa demam [ CITATION Han16 \l 1033 ]

E. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi di luar kranial seperti tonsilitis,otitis media akut, bronkitis
penyebab terbanyak adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang di hasilkan oleh
mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun
limfogen.Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan
menaikan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara
sistematik. Naiknya pengaturan suhu dihipotalamus akan merangsang kenaikan suhu tubuh di
bagian yang lain.seperti otot,kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.Naiknya suhu
di hipotalamus,otot,kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai pengeluaran mediator
kimia seperti epinefrin dan prostlaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang
peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang
perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa
inilah yang di duga dapat menaikan fase deplasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang [
CITATION Sef17 \l 1033 ]

G. Komplikasi
Komplikasi kejang demam yaitu:
1. Pneumonia
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
4. Cedera fisik, khususnya laterasi dan dagu [ CITATION Sud18 \l 1033 ]

H. Penatalaksanaan
[ CITATION Nga14 \l 1033 ]menjelaskan bahwa terdapat 4 faktor untuk menangani
kejang demam diantaranya adalah pemberantasan kejang secepat mungkin, pengobatan
penunjang, memberikan pengobatan rumat serta mencari dan mengobati penyebab.
1. Memberantas kejang secepat mungkin Pada saat pasien datang dalam keadaan kejang lebih
dari 30 menit maka diberikan obat diazepam secara intravena karena obat ini memiliki
keampuhan sekitar 80-90% untuk mengatasi kejang demam. Efek terapeutinya sangat cepat
yaitu kira-kira 30 detik dampai 5 menit.Jika kejang tidak berhenti makan diberikan dengan
dosis fenobarbital. Efek samping obat diazepam ini adalah mengantuk, hipotensi, penekanan
pusat pernapasan, laringospasme dan henti jantung
2. Pengobatan penunjang yaitu dengan melepas pakaian ketat yang digunakan pasien, kepala
pasien sebaiknya dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan
napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen dan bila perlu dilakukan inkubasi atau
trakeostomi serta penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi
secara ketat. Berikut tindakan pada saat kejang :
(1) baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan sudip lidih
yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik;
(2) singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien dan lepaskan pakaian yang
mengganggu pernapasan seperti ikat pinggang dan gurita
(3) bila suhu tinggi berikan kompres secara intensif. )setelah pasien bangun dan sadar
berikan minum hangat )isap lendir sampai bersih, berikan oksigen boleh sampai
4L/menit dan jika pasien upnea lakukan tindakan pertolongan. Pengobatan rumat,
pada saat kejang demam telah diobati kemudian diberikan pengobatan
rumat.Mekanisme kerja diazepam sangat singkat, yaitu berkisar antara 45-60 menit
sesudah di suntik.Oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja
lebih lama misalnya fenobarbital atau defenilhidantoin.Fenobarbital diberikan
langsung setalh kejang berhenti dengan diazepam.Lanjutan pengobatan rumat
tergantung dari pada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi menjadi dua bagiam yaitu
profilaksis intermiten dan profilaksis jangka panjang
4. Mencari dan mengobati penyebab. Etiologi dari kejang demam sederhana maupun epilepsi
biasanya disebabkan oleh infeksi pernapasan bagian atas serta otitis media akut. Cara untuk
penanganan penyakit ini adalah dengan 20 pemberian obat antibiotik dan pada pasien kejang
demam yang baru datang untuk pertama kalinya dilakukan pengambilan pungsi lumbal yang
bertujuan untuk menyingkirkan kemung kinan terdapat infeksi didalam otak seperti penyakit
miningitis .

I. Dampak Kejang Terhadapa Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Dampak Kejang Demam Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
a. Kebutuhan Oksigen
Dengan adanya peradangan pada bronchus, maka pertukaran oksigen antara udara
bebas dan udara paru-paru kurang efektif yang disebabkan oleh adanya akumulasi sekret.
b. Pemenuhan Nutrisi
Kejang demam dapat mengakibatkan keadaan malnutrisi yang berlangsung lama jika
peningkatan kebutuhan kalori tidak dipenuhi karena terjadi gangguan pada proses ingesti.
c. Hipertermi
Meningkatkan aktivitas seluler merangsang sel-sel seperti monosit, netrolit dan
makrofage melepaskan zat pirogen dan endogen.Impuls disampaikan ke hipothalamus bagian
thermoregulator, sehingga menimbulkan suhu tubuh meningkat.

d. Cairan dan Elektrolit


Dengan adanya peradangan, maka metabolisme tubuh akan meningkat. Dengan
meningkatnya metabolisme tubuh, bagi anak merupakan salah satu faktor untuk mendukung
terjadinya kekurangan cairan dan elektrolit tubuh.Hal ini dapat diperberat oleh adanya
demam sehingga dapat menimbulkan dehidrasi.
e. Aktivitas
Tidak terbentuknya Aglutinase Protein (ATP) didalam mitokondria akibat penurunan
perfusi oksigen ke sel akan menimbulkan kelemahan (weakness) dan kelelahan (fatique). Hal
ini karena ATP merupakan bahan dasar untuk melakukan aktivitas.
f. Psikologis
Apabila keluarga tidak mengetahui tentang penyakit dan prognosis penyakit, maka akan
meningkatkan kecemasan pada keluarga.
2.2 Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama                                   :
Umur                                    :
Jenis Kelamin                       :
Agama                                 :
Pendidikan                           :
Pekerjaan                             :
Suku bangsa                         :
Alamat                                 :
No.RM                                 :
Tanggal masuk RS               :
Dx. Medis                            :
2. Identitas Penanggung jawab
Nama                                   :
Umur                                    :
Jenis Kelamin                       :
Agama                                 :
Pendidikan                           :
Pekerjaan                             :
Alamat                                 :
Hubungan dengan klien       :
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama                     :  
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat kehamilan
6.  Riwayat Persalinan
7. Riwayat imunisasi
8. Riwayat tumbuh kembang
9. Kebutuhan cairan
10.  Kebutuhan kalori
C.  Pola Pengkajian Menurut Gordon
1.      Pola Persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan
2.      Pola Nutrisi / Metabolik
3.      Pola Eliminasi
4.      Pola aktivitas / latihan
5.      Pola Istirahat / tidur
6.      Pola  perseptif kognitif
7.      Pola koping/toleransi stres
8.      Pola Konsep diri
9.      Pola Seksual dan Reproduksi
11.  Pola nilai / kepercayaan
D. Pemeriksaan Fisik
1. TTV                 
  TD     :
  Nadi  :
  Suhu  :
  RR     :
2.  Antropometri   
Lingkar Kepala :
Lingkar Lengan atas :
BB :  
TB :
3.      Kepala             :
4.      Mata                :
5.      Hidung             :
6.      Mulut               :
7.      Telinga             :
8.      Leher               :
9.      Dada                :
-  Paru
 Inspeksi     : 
Palpasi      : 
Perkusi     :
Auskultasi    : 
-  Jantung     :
Inspeksi    : 
Palpasi      : 
Perkusi      :
Auskultasi : 
-  Abdomen :
Inspeksi    : 
Auskultasi : 
Palpasi      :
Perkusi      :
10.  Genetalia         :
11.  Anus                :
12.  Ekstremitas      :  
13.  Kulit                :
E. Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan

Hemoglobin

Hematokrit

Leukosit

Eritrosit

Diffferent count

MCV

MCH

MCHC

F.  Terapi
-          IVFD RL
-          Oksigen 
-          Diazepam
-          Paracetamol
Pathway
Infeksi Mikroorganisme

Toksik mikroorganisme menyebar secara


hematogen dan limfogen

direspon oleh hipotalamus

kenaikan suhu tubuh


dihipotalamus dan jaringan lain

pelepasan mediator oleh neuron HIPERTERMI


prostaglandin, epinefrin

Peningkatan potensial

Peningkatan masukan ion natrium,


ion kalium kedalam sel neuro dengan cepat

KEJANG

Fase depolarisasi neuron dan otot dengan cepat

Penurunan respon rangsangan dari luar

RESIKO CEDERA
B. Diagnosa
1. Hipertermia D.0130
Kategori : Lingkungan
Subkategori  : Keamanan dan Proteksi
2. Resiko Cedera D.0136
Kategori : Lingkungan
Subkategori  : Keamanan dan Proteksi
C. Intervensi

No SDKI SIKI SLKI Rasional


1. Hipertermia D.0130 Manajemen Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Observasi
Kategori : Lingkungan
(I.15506) Pengaturan suhu tubuh agar 1. Hipertermi adalah suhu
Subkategori : Keamanan dan
Definisi tetap berada pada rentang tubuh meningkat di atas
Proteksi
Mengidentifikasi dan normal. rentang normal tubuh.
Definisi
mengelola peningkatan suhu Kriteria hasil Penting untuk kita
suhu tubuh meningkat di atas
tubuh akibat disfungsi Setelah dilakukan tindakan mengidentifikasi
rentang normal tubuh.
termoregulasi. keperawatan selama 3 x 24 penyebab hipertermi
Penyebab
Tindakan jam pada masalah karena dengan demikian
1. Dehidrasi
Observasi hipertermia dapat tertasi kita dapat mengambil
2. Terpapar
1. Identifikasi penyebab dengan indikator: tindakan keperawatan
lingkungan panas
hipertermia 1. Kejang membaik yang tepat untuk
3. Proses penyakit
2. Monitor suhu tubuh dari menurunkan suhu tubuh
(mis. Infeksi, kanker)
3. Monitor kadar elektrolit skala 3 (sedang) menjad pasien.
4. Ketidaksesuaian
Terapeutik i skala 5 (menurun) 2. Suhu tubuh adalah ukuran
pakaian dengan suhu
1. Ganti linen setiap hari atau 2. Takipnea membaik dari kemampuan tubuh
lingkungan
lebih sering jika mengalami dari dalam menghasilkan dan
5. Peningkatan laju
hiperhidrosis (keringat skala 2 (cukup meningk menyingkirkan hawa
metabolisme
berlebih) at) menjadi skala 4 panas. Dengan memonitor
6. Respon trauma
Edukasi (cukup menurun) suhu tubuh kita dapat
7. Aktivitas
berlebihan 1. Anjurkan tirah baring 3. Suhu tubuh mengetahui
8. Penggunaaan Kolaborasi membaik dari skala 1 perkembangan suhu tubuh
inkubator 1. Kolaborasi pemberian cairan (memburuk) menjadi pasien
Gejala dan tanda mayor dan elektrolit intravena, jika skala 4 (cukup 3. Kadar elektrolit dapat
Subjektif perlu. menurun) meningkat dan menurun
Tidak tersedia 4. Suhu kulit membaik seiring perubahan kondisi
Objektif dari skala 1 (memburuk) cairan tubuh. Tiap
1. suhu tubuh diatas menjadi skala 4 (cukup elektrolit tersebut
nilai normal menurun) memainkan peran penting
Gejala dan tanda minor dan spesifik dalam tubuh
Subjektif kita untuk itu perlu
Tidak tersedia memonitor kadar elektolit
Objektif pasien agar tidak terjadi
1. kulit merah gangguan elektrolit.
2. kejang Terapeutik
3. takikardi 1. Linen adalah kain yang
4. takipnea digunakan di rumah sakit
5. kulit terasa hangat untuk kebutuhan
Kondisi klinis terkait pembungkus kasur,
1. Proses infeksi bantal,guling dan alat
2. Hipertiroid instrument steril
3. Stroke lainnya.mengganti linen
4. Dehidrasi bertujuan untuk menjaga
5. Trauma kebersihan lingkungan,
6. Prematurnitas mencegah infeksi, dan
memberikan rasa nyaman
pada pasien.
Edukasi
1. Tirah baring adalah
perawatan kedokteran
yang melibatkan
berbaringnya pasien di
temmpat tidur untuk suatu
jangka yang sinambung.
Perawatan ini
diperlakukan untuk suatu
penyakit atau kondisi
medis tertentu. Tirah
baring biasanya
diperuntukkan untuk
pasien yang mendapatkan
perawatan dirumah atau di
rumah sakit jika tidak
memungkinkan di rumah.
Kolaborasi
1. Kebutuhan cairan dan
elektrolit merupakan suatu
proses dinamik karena
metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan
yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan.
Berkolaborasi
memberikan cairan dan
elektrolit IV bertujuan
untuk menjaga keseimban
gan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh pasien.
2. Resiko Cedera (D.0136) Pencegahan Cedera (I.14537) Tingkat Cedera Observasi
Kategori : lingkungan Definisi (L.14136) 1. Untuk
mengetahui
Subkategori : keamanan dan Mengidentiifikasi dan Definisi lingkungan yang
proteksi menurunkan risiko mengalami Keparahan dari cedera yang berpotensi terjadinya
cedera
Definisi bahaya atau kerusakan fisik. diamati atau dilaporkan 2. Untuk
Beresiko mengalami bahaya atau Tindakan Kriteria Hasil menghindarkan
pasien dari bahaya
kerusakan fisik yang menyebabkan Observasi Setelah dilakukan tindakan oabat yang berpotensi
seseorang tidak lagi sepenuhnya - Identifikasi area lingkungan keperawatan selama 3 x 24 menyebabkan cedera.
Terapeutik
sehat atau dalam kondisi baik yang berpotensi jam pada masalah resiko
1. Agar pasien
Factor Resiko menyebabkan cedera cedera dapat tertasi dengan dan keluarga mempu
Eksternal - Identifikasi obat yang indicator : memahami
lingkungungan apa
1. Terpapar pathogen berpotensi menyebabkan 1. Kejadian saja yang rawan
2. Terpapar zat kimia toksik cedera cedera luka/lecet menyebabkan resiko
cedera
3. Terpapar agen nosocomial Terapeutik cukup menurun dari 2. Untuk
4. Ketidakamanan transportasi - Sosialisasikan pasien dan skala 2(cukup mengetahui dan
menindaklanjuti
Internal keluarga dgn lingkungan meningkat) menjadi terapi fisik apa yang
1. Ketidak normalam profil darah yang rawan (mis. skala 4(cukup cocok dengan pasien
3. Untuk
2. Perubahan orientasi efektif Penggunaan telepon, tempat menurun. meencegah terjadinya
3. Perubahan sensasi tidur, penerangan ruangan hal-hal yang tidak
diinginkan terkait diri
4. Disfungsi autoimun dan lokasi kamar mandi pasien
5. Disfungsi biokimia - Diskusikan mengenai latihan Edukasi
1. Agar pasien
6. Hipoksia jaringan dan terapi fisik yang dan keluarga mampu
7. Kegagalan mekanisme diperlukan memahami tindakan
apa saja yang akan di
pertahanan tubuh - Tingkatkan frekuensi lakukan selama
8. Malnutrisi observasi dan pengawasan proses berlangsung
2. Utnuk
9. Perubahan fungsi psikomotor pasien, sesuai kebutuhan menghindari
10. Perubahan fungsi kognitif Edukasi terjadinya kekakuan
otot dan dekubitus
- Jelaskan alasan intervensi terhadap pasien
pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
kejang demam merupakan gangguan neurologis akut yang paling umum
terjadi pada bayi dan anak-anak disebabkan tanpa adanya infeksi sistem saraf
pusat. Kejang demam terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun dan jarang sekali
terjadi untuk pertama kalinya pada usia 3 tahun. Kejang demam dapat terjadi bila
suhu tubuh diatas 38oC dan suhu yang tinggi dapat menimbulkan serangan kejang
([ CITATION Sud18 \l 1033 ].

3.2 Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui penyakit Kejang dan bahanya.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui konsep medis dari Kejang.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S. (2017). Asuhan keperawatan pada anak kejang. UMP: Fakultas Ilmu
Kesehatan.

Dewi. (2014). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP


IBU DALAM MENANGANI KEJANG DEMAM PADA ANAK. University
of Muhammadiyah Malang.: Bachelors Degree (S1) thesis.

Gupta. (2016). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP


IBU DALAM MENANGANI KEJANG DEMAM PADA ANAK. University
of Muhammadiyah Malang.: Bachelors Degree (S1).

Handy. (2016). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP


IBU DALAM MENANGANI KEJANG DEMAM PADA ANAK . University
of Muhammadiyah Malang.: Bachelors Degree (S1) thesis.

Ngastiyah. (2014). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


SIKAP IBU DALAM MENANGANI KEJANG DEMAM PADA ANAK.
University of Muhammadiyah Malang: Bachelors Degree (S1) thesis.

Rasyad, A. (2016). Kejang Demam. Jateng: Depkes.

Sudarto, R. A. (2018). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


SIKAP IBU DALAM MENANGANI KEJANG DEMAM PADA ANAK.
University of Muhammadiyah Malang.: Bachelors Degree (S1) thesis.
LAMPIRAN JURNAL

Jurnal 1

PENINGKATAN SELF EFFICACY IBU MELALUI METODE CHALK


AND TALK TENTANG PENANGANAN PERTAMA KEJANG DEMAM
PADA BALITA DI DESA PLOSOWAHYU KABUPATEN LAMONGAN.

Juanita, F., & Manggarwati, S. (2018)

Journal of Health Sciences

http://journal2.unusa.ac.id/index.php/JHS/article/view/164

https://doaj.org/article/0489a2e9c1544a62ab1e50241c037ea1

ABSTRAK
Kejang demam adalah kelainan sementara yang terjadi pada beberapa anak
dengan demam.Kemanjuran diri ibu ditentukan oleh kesiapan dan ketekunannya
dalam menghadapi situasi tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh metode Chalk and Talk untuk meningkatkan self-efficacy
ibu tentang penanganan pertama kejang demam balita. Metode penelitian ini
menggunakan one group pretest-posttest design, dengan total sampel 21 subjek,
yang memiliki balita di desa Plosowahyu Lamongan pada bulan Februari 2016.
Data diambil dengan menggunakan lembar kuesioner. Data dianalisis dengan uji
tanda Wilcoxon dengan p = 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
korelasi antara metode Chalk dan Talk penanganan kejang demam balita dengan
efikasi diri ibu. Nilai koefisien korelasi adalah -3.852 dengan tingkat signifikan
0,000 (p <0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa metode Chalk and Talk dapat
meningkatkan self-efficacy ibu dari penanganan kejang demam balita yang
pertama. Dengan demikian, pendidikan kesehatan (melalui metode Kapur dan
Bicara) secara efektif mempengaruhi peningkatan kemanjuran diri ibu karena
dapat menjelaskan gagasan dan pesan, dan juga menjadi pengingat apa yang telah
dijelaskan oleh presenter.><0,05) . Penelitian ini menunjukkan bahwa metode
Chalk and Talk dapat meningkatkan self-efficacy ibu dari penanganan kejang
demam balita yang pertama. Dengan demikian, pendidikan kesehatan (melalui
metode Kapur dan Bicara) secara efektif memengaruhi peningkatan kemanjuran
diri ibu karena dapat menjelaskan gagasan dan pesan, dan juga menjadi pengingat
tentang apa yang telah dijelaskan oleh presenter
Jurnal 2

Kejang Demam

Febrile Seizure

Kelompok Staf Medis (KSM) Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Ismet. (2017). Kejang demam. Jurnal Kesehatan Melayu, 1(1), 41-44.

https://www.researchgate.net/publication/320174428_Kejang_Demam

ABSTRAK
Kejang atau tidak kejang adalah masalah yang sering terlihat di klinik
setiap hari. Praktisi umum atau dokter anak harus dapat membedakan kejang atau
tidak kejang, dan memberikan perawatan yang benar, Banyak penyakit yang
dapat menyebabkan kejang, contoh ensefalitis, meningitis, cedera otak,
neoplasma otak, masalah sirkulasi darah ke otak, ketidakseimbangan
elektrolit, gangguan metabolisme, penyakit degeneratif, atau hiperpireksia.
Dari banyak penyakit atau kondisi yang bisa menyebabkan kejang, dalam hal
ini yang dibahas adalah menunjukkan pengobatan kejang yang sering tidak
memadai.

Jurnal 3
Tingkat Kecemasan Ibu Pada Anak Kejang Demam

Siti Rofiqoh Jurnal Ilmiah Kesehatan • 2014

http://www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id/journal/index.php/jik/article/view/23

ABSTRAK
Kejang demam pada anak mempunyai prognosis baik, namun
menghkawatirkan orang tua.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
tingkat kecemasan ibu pada anak kejang demam.Penelitian menggunakan desain
Deskriptif dan pengambilan sampel menggunakan tehnik accidental
sampling.Pengumpulan data menggunakan kuesioner kecemasan State Abxiety
inventory (SAI) dengan jumlah responden 86. Hasil penelitian didapatkan 84,9%
responden mengalami cemas berat, 15,1% responden mengalami cemas sedang
dan tidak satupun responden yang mengalami cemas ringan. Saran bagi pelayanan
keperawatan diharapkan menentukan intervensi keperawatan yang tepat terkait
masalah cemas berat yang dialami ibu pada anak yang mengalami kejang demam.

Anda mungkin juga menyukai