Anda di halaman 1dari 1

NAMA : MUTIARA RAMADHANI

NIM ; 142180026
KASUS PT GARUDA

Kasus yang terjadi pada PT Garuda Indonesia (GIAA) yaitu terjadinya kesalahan
pencatatan pada komponen pendapatan dalam laporan keuangan yang seharusnya belum bisa di
akui sebagai pendapatan karena perusahaan belum menerima pembayaran atas kerjasama dengan
PT Mahata Aero Teknologi (Mahata). PT Garuda Indonesia pada tahun 2018 mencatat laba
bersih sebesar US$809 ribu, padahal pada tahun 2017 perusahaan merugi sebesar US$216,58
juta. bukankah ini sangat berbanding terbalik, terlebih jika kita melihat pada kuartal III yang
memcatatkan kerugian masih sebesar US$114,08 juta. Dampak dari pengakuan pendapatan ini
adalah perusahaan harus membayar pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPn)
lebih besar. Padahal, ini seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja
sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan. Inilah yang menyebabkan dua
komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk mendatangani
laporan keuangan 2018 yang diaudit oleh AP Kasner Sirumapea dari Kantor Akuntan Publik
(KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan. Alhasil, Pasar merespons kasus laporan
keuangan Garuda Indonesia ini. Sehari setelah kabar penolakan laporan keuangan oleh dua
komisaris beredar, saham perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada
penutupan perdagangan sesi pertama. Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per
saham dari sebelumnya Rp500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga
penutupan perdagangan ke posisi Rp466 per saham atau turun persen.

Adapun uji pengendalian dan prosedur audit yang seharusnya di lakukan oleh akuntan public PT
Garuda Indonesia adalah:

1. menilai substansi transaksi untuk kegiatan perlakuan akuntansi terkait pengakuan piutang
dan pendapatan lain-lain.
2. mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menilai ketepatan perlakuan
akuntansi sesuai dengan substansi transaksi dari perjanjian yang melandasinya.
3. mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan sebagai dasar perlakuan
akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai