Anda di halaman 1dari 4

FAKTOR INTERNAL

YANG DAPAT MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR


(Susandari M.Psi)

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL (PSIKIS) YANG DAPAT MEMPENGARUHI PROSES


BELAJAR (Self Concept, Self Esteem, Self Efficacy, Anxiety)

Dalam menjalankan proses belajar mengajar, seringkali siswa mengalami masalah yang
berpengaruh pada kelancaran dalam memproses materi pelajaran. Hal ini dapat disebabkan oleh
faktor biologis (otak), dan individunya seringkali disebut dengan “Berkebutuhan Khusus”.
Kesulitan yang mereka alami bersumber pada kelainan di otak yang menyebabkan kesulitan dalam
memproses materi dengan cara yang biasa. Selain itu, juga terdapat kesulitan yang bukan
disebabkan oleh masalah biologis, melainkan psikis atau yang dikenal dengan istilah “Normal
Bermasalah”. Penyebutan seperti ini disebabkan karena secara biologis mereka normal namun
mengalami masalah psikis yang berpengaruh pada pemrosesan materi. Dampak dari masalah
psikis ini menyebabkan penurunan prestasi yang tidak sesuai dengan Potensi yang sebenarnya,
yang dikenal dengan istilah “Underachiever”. Contoh yang seringkali ditemukan adalah masalah:

• Self Concept
• Self Esteem
• Self Efficacy
• Anxiety
• Student Engagement
• Motivasi
• Self Regulation

• SELF CONCEPT

Definisi: Self Concept adalah Persepsi individu tentang kemampuannya, status dan
perannya di lingkungannya. Dengan kata lain konsep tentang pribadi yang dia pikirkan
sebagaimana adanya (Strang,dalam Burns.R B,1993)
Penelitian Konsep diri dalam konteks Pendidikan, menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara konsep diri yang rendah,dengan prestasi akademik (Fink,dalam Burns R.B,1993).
Selain itu, siswa lelaki yg prestasi akademiknya rendah memiliki konsep diri yang negatif bila
dibandingkan dengan siswa lelaki berprestasi.(Shaw&Alves,dalam Burns R.B,1993)

Karakteristik dari siswa yang berprestasi rendah antara lain memandang dirinya sebagai
orang yang kurang memadai, memandang diri kurang diterima lingkungan, kurang efektif dalam
pemecahan masalah, ekspresi emosionalnya kurang memadai, dan mengekspresikan perasaan diri
negative (Combs,dalam Burns R.B,1993).

• SELF ESTEEM

Definisi : Self Esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan yang
ditampilkan dengan memberikan penghargaan pada dirinya yang diekspresikan dalam sikap
menerima/ menolak diri, dan indikasi besarnya kepercayaan dirinya terhadap
kemampuan,,kesuksesan dan keberhargaannya ( Copersmith,1967 )

Self Esteem dibentuk oleh aspek-aspek:

- Power, yaitu kemampuan untuk mengontrol orang lain


- Signifikan, yaitu penerimaan,perhatian dari orang lain
- Virtue, yaitu kesetiaan mengikuti norma dalam bertingkah laku

- Competence, yaitu kesuksesan dalam mengikuti tuntutan prestasi.


( Copersmith,1967: 38)

Karakteristik dari siswa yang memiliki Self Esteem rendah antara lain: tidak sukses dalam
berinteraksi dengan orang lain, cenderung pesimis, merasa rendahdiri dan tidak bahagia, memiliki
penghargaan diri yang buruk, tidak mampu mengekspresikan diri (pasif), tidak berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan, dan merasa tidak puas akan kondisinya.

Dalam mengidentifikasi permasalahan, Self Esteem seringkali tertukar dengan Self


Concept. Perbedaan intinya adalah, dalam Self Concept individu menilai dirinya apa adanya,
sedangkan dalam Self Esteem sudah ada penilaian berharga tidaknya diri individu. Misalnya A
menilai dirinya kurang pandai bergaul (Self Concept) namun tidak membuat Ia merasa dirinya
kurang berharga. Berbeda dengan B yang juga tidak pandai bergaul dan merasa rendah diri jika
berada di antara teman-temannya (Self Esteem)

• SELF EFFICACY
Definisi: Self Efficacy merupakan keyakinan mengenai kemampuan yg dimiliki seseorang
untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yg diperlukan utk mendapatkan hasil yg ingin dicapai
(Bandura,1973).
Didasari oleh teori Sosial Kognitif, yang menganggap Perilaku manusia sebagai hasil dari
dinamika yg saling mempengaruhi atau Reciprocal Determinant, yakni antara :Pribadi (Personal)
dan Lingkungan (Environment).
Orang yang memiliki Self Efficacy yang rendah akan menunjukkan perilaku yang
cenderung menghindari tugas yang sulit karena merasa terancam, menentukan standard prestasi
yang rendah, memiliki komitmen yang rendah pada tujuan yang dipilih, memikirkan ketidak
mampuannya dan tantangan dan kegagalan yang mereka hadapi, mudah menyerah dan mengurangi
usaha bila menemui kesulitan.
Sumber pembentuk Self Efficacy adalah:
- Enactive Mastery Experience, yakni pengalaman keberhasilan
- Vicarious Experience, yakni belajar dari pengalaman orang lain
- Social / Verbal persuasion, yakni bujukan berupa kata-kata atau hal lain dari lingkungan sosial
- Physiological & Affective states, yakni keadaan fisiologis dan afektif individu
(Bandura,1994)
Self Efficacy berkembang dengan adanya dukungan dari keluarga, sekolah dan teman sebaya.

• ANXIETY
Definisi: Anxiety (kecemasan) adalah suatu keadaan perasaan takut dan kegundahan yang
tidak jelas dan tidak menyenangkan (Kowalski,2000).
Permasalahan akademik dapat terjadi berkaitan dengan Anxiety, dimana siswa dengan
tingkat kecemasan tinggi, akan menganggu prestasi akademik ( Bandura,1997).
Anxiety yang biasanya muncul adalah akibat ketakutan menghadapi ujian, ketakutan akan
gagal membuat tugas dan lain-lain.
Karakteristik siswa dengan Anxiety diantaranya menunjukkan rasa lelah dan,tegang otot,
labilitas emosi seperti mudah menangis, motivasi belajar menurun dan lain-lain. Namun demikian,
perbedaan tingkat kecemasan tergantung dari: Trait & State anxiety pada individu yang
bersangkutan. Individu yang memiliki Trait Anxiety disebut memiliki bawaan untuk selalu merasa
cemas, sehingga permasalahan yang kecil sekalipun dapat membuatnya cemas. Individu yang
memiliki State Anxiety baru akan merasa cemas jika permasalahan yang dihadapi dirasa berat.
Sedangkan individu yang memiliki Trait dan State Anxiety, akan sangat merasa cemas disebabkan
permasalahan yang dihadapi berat dan juga memiliki bawaan pencemas.
Adapun faktor penyebab dari anxiety di bidang akademik adalah: tuntutan prestasi dari
orang tua, tuntutan tugas dari sekolah seperti tugas dan,ujian, perbandingan social, yakni
membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan pengalaman kegagalan
(Eccless,Wigfield&Schiefele,1998, dalam Santrock J W,2008 )

Anda mungkin juga menyukai