Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR INTERNAL

YANG DAPAT MEMPENGARUHI


PROSES BELAJAR (2)
(MOTIVASI, STUDENT ENGAGEMENT, SELF REGULATION,
COLLEGE ADJUSTMENT)

Susandari M.Psi
MOTIVASI
▪ Definisi: Motivasi adalah suatu dorongan untuk mengarahkan perilaku individu pada suatu tujuan.

▪ Motivasi individu dipengaruhi oleh Minat, Sikap, Kebutuhan, Nilai dan Harapannya. Minat yang tinggi,
Sikap yang positif, Kebutuhan yang tinggi, Nilai yang tinggi dan Harapan yang tinggi akan memunculkan
Motivasi yang tinggi juga.

▪ Siswa dengan Motivasi tinggi akan menunjukkan perilaku yang tertentu, yakni dalam pemilihan tugas
yang moderat, pemilihan teman yang sama-sama memiliki motivasi tinggi, menyelesaikan tugas sebaik
mungkin dan sesuai target, gigih dalam bekerja, termotivasi untuk menyelesaikan tugas lain.

▪ Dari beberapa teori tentang Motivasi, Self Determination Theory adalah salah satu diantaranya, dimana
saling melengkapi antara Organismic Theory dan Basic Needs Theory. Dalam kerangka Self
Determination Theory (SDT), Basic Needs Theory mengidentifikasi sumber motivasi bawaan siswa,
sedangkan Organismic Theory mengidentifikasi sumber motivasi yang dicapai siswa.
SELF DETERMINATION THEORY
▪ Manusia memiliki bawaan untuk proaktif dan kecenderungan untuk belajar dan berkembang (Organismic
Theory), namun juga melibatkan lingkungannya, dimana bawaan dalam diri mengarahkan pada motivasi
yang intrinsik, sedangkan interaksi dengan lingkungan dapat meningkatkan atau malah sebaliknya dapat
menurunkan motivasi intrinsik.

▪ Secara umum Motivasi terbagi menjadi Motivasi Intrinsik, yakni Motivasi yang berasal dari dalam diri, dan
Motivasi Ekstrinsik, yakni Motivasi yang berasal dari luar diri/ lingkungan.

▪ Orang yang memiliki Motivasi Intrinsik, dalam berperilaku didorong oleh keinginannya sendiri, sedangkan
orang yang memiliki Motivasi Ekstrinsik, dalam berperilaku didorong oleh harapan mendapat imbalan dari
lingkungannya.

▪ Motivasi Intrinsik tidak otomatis terbentuk dalam diri individu. Pada awalnya yang terbentuk adalah
Motivasi Ekstrinsik yang lama kelamaan terinternalisasi membentuk Motivasi Intrinsik.
Dalam Self Determination Theory, Motivasi digolongkan menjadi: Amotivasi, Motivasi Ekstrinsik dan
Motivasi Intrinsik, seperti di bawah ini:

➢ Amotivasi
Aktivitas dilakukan tidak disertai adanya niat, kehendak dan tidak memiliki tujuan

➢ Motivasi Ekstrinsik, yang terdiri dari:


1. External Regulation,
Misalnya. Siswa yang mengerjakan tugas untuk mendapatkan reward atau menghindari punishment
gurunya. Dalam hal ini, tingkah laku siswa diatur oleh factor eksternal yaitu gurunya.

2. Introjected Regulation
Misalnya siswa yang mengerjakan tugas karena mereka berpikir bahwa mereka harus melakukannya
dan merasa bersalah jika tidak melakukannya. Dikatakan introjeksi karena walaupun ada perasaan
bersalah datang dari faktor eksternal yaitu untuk menyenangkan orang (orang tua, guru).
3. Identified Regulation
Siswa menikmati aktivitas karena penting buat mereka. Misalnya siswa yang belajar berjam-jam untuk
mendapatkan nilai yang bagus agar bisa diterima di perguruan tinggi. Tingkah lakunya ditentukan oleh diri
sendiri, tapi karena dianggap penting bagi dirinya.

4. Integrated Regulation
Di sini siswa mengintegrasikan sumber informasi eksternal dan internal ke dalam schema dirinya dan menikmati
tingkah laku karena sudah menjadi bagian dari dirinya. Walaupun mirip dengan Motivasi Intrinsik karena aktivitas
sama-sama disukai dan dinikmati, namun dalam Integrated tingkah laku masih diarahkan pada suatu tujuan yaitu
bernilai, penting, dan sesuai cita-cita.
➢Motivasi Intrinsik
Aktivitas dilakukan tanpa memiliki tujuan tertentu, semata-mata karena menyukai dan menikmati
dalam melakukannya. Bermain dan active learning adalah aktivitas yang motivasinya intrinsik. Siswa
terlibat karena mereka merasa tertarik dan menikmati. Walaupun dapat membuat adaptasi terhadap
pembelajaran dan kompetensi, namun mereka tidak melakukannya untuk tujuan itu (Reeve, Deci, &
Ryan, 2004)

▪ Menurut Deci & Ryan lagi, manusia memiliki 3 kebutuhan psikologis dasar (basic psychological
needs) yang harus dipenuhi seperti halnya kebutuhan fisiologis. Jika tidak terpenuhi, maka akan
berpengaruh pada pertumbuhan, integritas dan well being. Kebutuhan tersebut adalah Need for
Autonomy, Need for Competence dan Need for Relatedness, seperti yang digambarkan berikut
Basic Psychological Needs

Need for Need for Need for


Autonomy Competence Relatednes

Kebutuhan Kebutuhan
Kebutuhan merasa efektif merasa
untuk mengatur dan terhubung
pengalaman menguasai secara
dan tindakan materi social
sendiri
Ditunjukkan Merasa
Tindakan atas dengan diperhatikan,
kehendak berjuang, rasa
sendiri, sesuai
dimiliki,
ingin tahu, berarti bagi
minat dan nilai manipulasi,
orang lain
validasi
pengetahuan
Ketiga kebutuhan ini juga mempengaruhi Motivasi, dimana pemenuhan tiga kebutuhan ini akan mengembangkan
Motivasi Intrinsik. Dalam hal ini lingkungan turut membantuk pemenuhan dari kebutuhan ini.

• Need for Autonomy yang tidak terpenuhi akan mengurangi motivasi intrinsiknya. Misalnya jika dalam
mengerjakan tugas, orang lain memberi reward/punishment, maka individu akan kehilangan pengalaman
autonomy dalam melakukan tugasnya dan mempersepsikan lokus penyebab tingkah lakunya adalah faktor
eksternal. Sebaliknya jika diberi pilihan untuk menentukan dan tidak ada tekanan eksternal, mereka akan
mempersepsikan lokus penyebab tingkah lakunya adalah dirinya

• Need for Competence akan terpenuhi jika individu diberikan feedback positif, yang akan memberikan perasaan
kompeten, dan mendukung pembentukan motivasi intrinsik. Sedangkan feedback negative, akan mengancam
rasa kompetensi dan mengurangi motivasi intrinsik.

• Selain itu untuk pemenuhan Need for Relatedness, individu haruslah mendapatkan situasi sosial yang kondusif
berupa dukungan dari guru/orang tua/teman sebaya pada tingkah laku dan hasil usahanya, yang akan dapat
meningkatkan motivasi intrinsiknya
Hubungan Tipe Motivasi dan Basic Needs

Basic Psychological Needs


Need for
Relatedness

Motivasi
Amotivasi Motivasi Ekstrinsik
Intrinsik

Tidak bertujuan, Regulasi Introjeksi Identifikasi Integrasi Menikmati,


tidak ada
kesediaan Eksternal kepuasan, tidak
bergantung
Dasarnya Dasarnya Self Esteem Perilaku sesuai
persetujuan dari dengan Nilai pada
Reward & ditentukan oleh
Diri/orang lain, hasil, dengan yang dimiliki reinforcement
Punishment
yang nyata menghindari sadar menekan (nilai diperoleh
kecemasan dan & mengendalikan dari lingkungan
rasa bersalah/malu tingkah laku juga)
untuk mencapai
tujuan
Student Engagement
▪ Student engagement menjadi penting karena berkorelasi positif dengan prestasi dan berkorelasi negative
dengan kemungkinan drop out dari sekolah (Fredricks, Blumenfeld, and Paris 2004). Siswa yang
“engaged” memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan nilai yang bagus dan dapat
mengerjakan ujian dengan baik (Fredricks, Blumenfeld, and Paris 2004; Marks 2000)

▪ Definisi Student Engagement menurut National Research Council and Institute of Medicine (2004) adalah
keterlibatan dalam tugas sekolah yang meliputi aspek:
- Behavior (tekun, berusaha, atensi, memilih tugas yang menantang dll),
- Emosi (minat, antusiasme, kebanggaan, tidak malas/bosan dll),
- Kognitif atau Mental (problem solving, strategi belajar, self regulation)

▪ Student Engagement yang tinggi dikaitkan dengan motivasi dan prestasi yang baik, tingkat kehadiran
yang tinggi, kelulusan yang cepat dan kemungkinan yang kecil untuk drop out.
SELF REGULATION
▪ Definisi: tindakan individu yang melibatkan regulasi usaha mencapai tujuan, pengawasan diri
manajemen waktu serta lingkungan fisik dan sosial (Zimmerman,1998)

▪ Adapun tahapan dalam Self Regulation adalah:

- Forethougths (Perencanaan), yang meliputi Goal Setting, Strategy Planning, Self Efficacy, Goal
Orientation dan Intrinsic Interest.

- Performance (Pelaksanaan), yang meliputi Attention Focus, Self Instruction, dan Self monitoring.

- Self Reflection (Penilaian), yang meliputi Self Evaluation, Attributions, Self Reaction dan Adaptation
(Zimmerman,1998 )
▪ Permasalahan Self Regulation bisa saja terjadi pada tahap Forethoughts, dimana tidak ada
perencanaan/ target yang ingin dicapai; atau pada tahap Performance, dimana perencanaan yang
telah dibuat tidak dilaksanakan dengan konsekwen; atau pada tahap Self Reflection, dimana
kegagalan dibiarkan begitu saja tanpa mengevaluasi penyebabnya; atau bahkan pada 2 atau 3
tahap sekaligus.

▪ Penyebab dari masalah Self Regulation biasanya karena kurangnya pengalaman dan belajar dari
orang lain (Social Learning) menyangkut masalah regulasi diri, kurangnya motivasi, gangguan
suasana hati (moody) dan kesulitan belajar ( Zimmerman 2000). Pembentukan Self Regulation
dipengaruhi oleh keluarga/orang tua, sekolah dan teman sebaya.
COLLEGE ADJUSTMENT

▪ Definisi: menyesuaikan diri pada lingkungan kampus, berusaha membuat pengalaman di


kampus nyaman dimana memberikan kesenangan dan perasaan sehat secara mental, fisik dan
psikososial.

▪ Untuk beberapa orang, kuliah adalah pengalaman pertama tinggal berjauhan dari orang tua.
Mereka perlu belajar mengambil tanggung jawab mengatur keuangan, mengurus keperluan
pribadi dll. Di waktu yang sama harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus yang
menuntut kemandirian dibanding waktu sekolah menengah, dan juga harus mencari hubungan
pertemanan yang baru, yang bisa saja menggoda dan mengajak pada tingkah laku beresiko
(Mattanah, Hancock and Brand 2004).

▪ Adjustment yang baik adalah dapat mengatasi tantangan tadi dengan baik.
Aspek dalam College Adjustment (Baker & Siyrk 1989) adalah:

✓ Academic Adjustment, yang menunjukkan penyesuaian dengan berbagai tuntutan akademis yang
menjadi karakteristik dari pengalaman kuliah. Seringkali Academic Adjustment yang baik dikaitkan
dengan prestasi yang baik

✓ Social Adjustment, yang menunjukkan penyesuaian terhadap tuntutan interpersonal-social di


kampus. Social Adjustment yang seringkali dikaitkan dengan keterlibatan dalam kehidupan kampus
atau aktivitas ekstrakurikuler.

✓ Personal-Emosional, yang menunjukkan keadaan well being siswa secara psikologis maupun fisikal.
Personal Emosional Adjustment yang baik akan sedikit kemungkinan mengalami masalah dalam
kesehatan mental maupun keluhan fisik.

✓ Attachment, yang menunjukkan bagaimana kepuasan siswa dengan kehidupan kampus secara umum
dan khusus, komitmen terhadap cita-cita dan attachment pada institusi. Adjustment yang baik dalam
Attachment akan kecil kemungkinan putus kuliah dan ingin segera lulus.

Anda mungkin juga menyukai