Anda di halaman 1dari 3

BESOK TANGGAL 9-10 MUHARRAM, MARI PUASA SUNNAH TASU’A

DAN ‘ASYURA AGAR TERHAPUS DOSA SETAHUN

Allah Ta'ala menjelaskan dalam Al-Qur'an, bahwa Dia telah menjadikan bulan
Muharram sebagai salah satu dari empat bulan yang disucikan.

‫ق‬ ِ ‫ُور ِع ْن َد هَّللا ِ ْاثنَا َع َش َر َش ْهرًا فِي ِكتَا‬


َ َ‫ب هَّللا ِ يَ ْو َم َخل‬ ِ ‫إِ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه‬
‫ين ْالقَيِّ ُم فَال‬
ُ ‫ك ال ِّد‬ َ ِ‫ض ِم ْنهَا أَرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم َذل‬ َ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫ال َّس َما َوا‬
ً‫ين َكافَّةً َك َما يُقَاتِلُونَ ُك ْم َكافَّة‬َ ‫ظلِ ُموا فِي ِه َّن أَ ْنفُ َس ُك ْم َوقَاتِلُوا ْال ُم ْش ِر ِك‬ ْ َ‫ت‬
َ ِ‫َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َم َع ْال ُمتَّق‬
‫ين‬
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat
bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu
menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum
musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya,
dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa” (QS. At-
Taubah: 36)
Larangan "Janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu,"
menunjukkan bahwa mengerjakan perbuatan maksiat pada empat bulan ini
dosanya lebih besar dibandingkan maksiat pada bulan-bulan selainnya.
Sebaliknya, amal kebaikan yang dikerjakan di dalamnya juga dilebihkan
pahalanya.
Salah satu amal shalih yang dianjurkan Nabi SAW untuk dikerjakan pada bulan
ini adalah ibadah puasa (shaum). Rasulullah SAW menganjurkan untuk
memperbanyak puasa di dalamnya. Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah
SAW bersabda:
‫صاَل ِة بَ ْع َد‬ َ ‫ َوأَ ْف‬، ‫ان َش ْه ُر هَّللا ِ ْال ُم َح َّر ُم‬
َّ ‫ض ُل ال‬ َ ‫ض‬َ ‫صيَ ِام بَ ْع َد َر َم‬ َ ‫أَ ْف‬
ِّ ‫ض ُل ال‬
‫صاَل ةُ اللَّي ِْل‬
َ ‫ض ِة‬َ ‫ْالفَ ِري‬
“Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan
Allah (syahrullah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang
paling utama sesudah shalat fardhu” (HR. Muslim, no. 1982)
Mari berpuasa sunnah Tasu'a dan 'Asyura, keutamaannya bisa menghapus dosa
selama satu tahun yang lalu. Puasa Tasu’a dilaksanakan pada tanggal 9
Muharram, sedangkan puasa 'Asyura pada 10 Muharram.
Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan
Muharram...
SYARIAT PUASA TASU’A DAN ‘ASYURA

Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak puasa pada bulan


Muharram, khususnya puasa ‘Asyura, dengan keutamaan bisa menghapuskan
dosa setahun pada masa lalu. Hari ‘Asyura adalah hari kesepuluh pada bulan
Muharram.
ُ‫صيَا ُم يَ ْو ِم َعا ُشو َرا َء أَحْ تَ ِسبُ َعلَى هَّللا ِ أَ ْن يُ َكفِّ َر ال َّسنَةَ الَّتِي قَ ْبلَه‬
ِ
Puasa hari ‘Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa
setahun yang telah lalu” (HR. Muslim no. 1975).

ِ ‫ص ْو ِم يَ ْو ِم َعا ُشو َرا َء؟ فَقَا َل يُ َكفِّ ُر ال َّسنَةَ ْال َم‬


َ‫اضيَة‬ َ ‫َو ُسئِ َل َع ْن‬
"Dari Abu Qatadah Al-Anshari RA, Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari
‘Asyura, maka beliau bersabda: “Puasa 'Asyura dapat menghapuskan dosa-dosa
kecil setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162).

Ibnu Abbas RA mengabarkan semangat puasa Nabi SAW sebagai berikut:

‫ضلَهُ َعلَى‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَتَ َحرَّى‬


َّ َ‫صيَا َم يَ ْو ٍم ف‬ َ ‫ي‬ ُ ‫َما َرأَي‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬
‫ان‬
َ ‫ض‬َ ‫َغي ِْر ِه إِال هَ َذا ْاليَ ْو َم يَ ْو َم َعا ُشو َرا َء َوهَ َذا ال َّش ْه َر يَ ْعنِي َش ْه َر َر َم‬
“Aku tidak pernah melihat Nabi SAW bersemangat puasa pada suatu hari yang
lebih beliau utamakan atas selainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan
pada satu bulan ini, yakni bulan Ramadhan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

 
LENGKAPILAH PUASA ‘ASYURA DENGAN PUASA TASU’A
Rasulullah SAW menganjurkan kepada yang melaksanakan puasa ‘Asyura, untuk
melengkapi dengan puasa Tasu’a sehari sebelumnya. Puasa pada tanggal 9
Muharram ini disyariatkan untuk menyelisihi syariat puasa Yahudi dan Nasrani.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata, “Ketika Rasulullah SAW
berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa
pada hari itu, mereka berkomentar, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari
‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.’
Rasulullah SAW pun menjawab, ‘Kalau begitu, pada tahun depan insya Allah
kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang,
namun Nabi SAW sudah wafat” (HR. Muslim no. 1916).
Imam Asy-Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya berkata:
“Disunnahkan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh secara keseluruhan,
karena Nabi SAW telah berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat puasa pada hari
kesembilan.”

Imam Nawawi rahimahullaah menyebutkan ada tiga hikmah disyariatkannya


puasa pada hari Tasu’a:
Untuk menyelisihi orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Al-Fatawa Al-Kubra berkata,
“Rasulullah SAW melarang bertasyabbuh dengan Ahli Kitab dalam banyak
hadits, antara lain:
ُ ‫لَئِ ْن ِع ْش‬
ِ َّ‫ت إلَى قَابِ ٍل الَصُو َم َّن الت‬
‫اس َع‬
“Jika saya masih hidup di tahun depan, niscaya akan berpuasa pada hari
kesembilan” (HR Muslim)

Anda mungkin juga menyukai