Anda di halaman 1dari 2

Permen jari, jajanan di era 90-an

TEMPO.CO, Kediri – Satuan Narkoba Kepolisian Resor Kota Kediri menyita puluhan
permen jari yang dijual di depan sekolah. Permen ini diduga mengandung zat adiktif yang
membuat anak-anak kecanduan.
Dalam operasi permen jari yang dilakukan aparat kepolisian, petugas Dinas Kesehatan,
serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan siang tadi di sejumlah lingkungan sekolah dasar,
ditemukan pedagang yang menjual permen tersebut.

“Kami cegah anak-anak mengkonsumsinya,” kata Yeti Sisworini, Kepala


Disperindagtamben yang mengkoordinir razia, Kamis 13 Oktober 2016.
Dalam razia tersebut, petugas mendatangi sejumlah sekolah yang menjadi langganan para
pedagang makanan. Salah satunya adalah Sekolah Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Anak
Usia Dini (TK-PAUD) Al Falah di Kecamatan Pesantren. Di tempat ini petugas memeriksa
seluruh dagangan mereka untuk mencari keberadaan permen jari.
Saat disita, pedagang tersebut mengaku tak mengetahui jika permen yang dijual
mengandung zat adiktif dan dilarang pemerintah. Dia bahkan menyebut omzet penjualan
permen jari menurun dibanding beberapa waktu lalu. “Sebelumnya sempat sehari 2-3 permen
per hari, sekarang satu saja sulit,” kata Siswandi, pedagang makanan di depan TK Al Falah.
Keuntungan menjual permen jari bagi pedagang eceran seperti Siswandi cukup besar.
Satu pack permen berisi 20 permen jari dibeli dari toko besar seharga Rp 25.000. Selanjutnya
permen tersebut dijual eceran dengan harga RP 2.500 per biji atau dengan keuntungan 100
persen. Permen ini banyak digemari anak-anak karena selain bentuknya yang lucu, yakni bisa
dimasuki jari, rasanya juga terdiri atas varian buah-buahan.
Untuk mengeliminir dampak negatif atas konsumsi permen tersebut, Dinas Perindustrian
mengamankan dan melarang para pedagang menjualnya kembali. Selanjutnya permen tersebut
akan diteliti lebih lanjut oleh Dinas Kesehatan setempat guna menyelidiki bahan
pembuatannya. Polisi tak melakukan penahanan ataupun pemeriksaan terhadap pedagang
karena dinilai tidak tahu. “Justru dengan razia ini kami sosialisasikan bahaya permen ini,” kata
Kasubag Humas Polresta Kediri Ajun Komisaris Anwar Iskandar.

Peredaran permen itu sendiri cukup mengkhawatirkan para orang tua di Kediri. Apalagi
mereka baru mengetahui keberadaan zat adiktif di dalamnya setelah melihat tayangan televisi.
Karena itu sebelum petugas melakukan razia hari ini, mereka sudah lebih dulu melarang anak-
anaknya membeli permen jari. “Lebih baik bawa bekal dari rumah,” kata Erlita, salah satu wali
murid di TK Al Falah.
HARI TRI WASONO

Anda mungkin juga menyukai