Anda di halaman 1dari 2

TINDAKAN PADA KASUS MENINGGAL MENDADAK

Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian yang tidak wajar,
sebelum dapat dibuktikan bahwa tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya. Dengan
demikian, dalam penyelidikan kedokteran forensik pada kematian yang mendadak terlihat
seperti wajar, alasan yang sangat penting dalam otopsi adalah menentukan apakah terdapat
tidak kejahatan. Dari sudut kedokteran forensik, tujuan untuk pemeriksaan kasus kematian
mendadak adlah menentukan cara kematian korban.

Pemeriksaan kasus kematian mendadak perlu beberapa alasan, antara lain:


1. Menentukan adakah peran tindak kejahatan pada kasus tersebut
2. Klaim pada asuransi
3. Menentukan apakah kematian tersebut karena penyakit akibat industri atau
merupakan kecelakaan belaka, terutama pada pekerja industri
4. Adakah faktor keracunan yang berperan
5. Mendeteksi epidemiologi penyakit untuk pelayanan kesehatan masyarakat

Pada kasus kematian yang terjadi seketika atau tidak terduga, khususnya bila tak ada tanda-
tanda penyakit sebelumnya dan kemungkinan sakit sangat kecil, untuk menentukan
penyebabnya hanya ada satu cara, yaitu dilakukannya pemeriksaan otopsi pada jenazah,
bila perlu dilengkapi dengan pemeriksaan tambahan lain seperti pemeriksaan toksikologi.
Hal ini sangat penting untuk menentukan apakah termasuk kematian mendadak yang wajar.
Adapun kepentingan otopsi antara lain:
1. Untuk keluarga korban, dapat menjelaskan sebab kematian
2. Untuk kepentingan umum, melindungi yang lain agar terhindar dari penyebab
kematian yang sama

Penentuan kasus kematian adalah berdasarkan proses interpretasii yang meliputi:


1. Perubahan patologi anatomi, bakteriologi dan kimia
2. Pemelihan lesi yang fatal pada korban

Pada kasus kematian mendadak sering kita hadapi, tindakan yang mampu dilakukan adalah:
1. Semua keterangan tentang almarhum dikumpulkan baik dari keluarga, teman, polisi,
saksi-saksi yang meliputi, usia, penyakit yang pernah diderita, pernah berobat
dimana, hasil pemeriksaan laboratorium, tingkah laku yang aneh, dan lainnya
2. Keadaan korban dan sekitar korban saat ditemukan, pakaian yang ditemukan, tanda-
tanda kekerasan atau luka, posisi tubuh, temperatur, lebam mayat, kaku mayat,
situasi TKP rapia tau berantakan, adanya barang-barang yang mencurigakan
3. Kedaan seblum korban meninggal
4. Bila sebab kematian tidak pasti, sarankan kepada keluarga untuk melapor kepada
polisi, jika polisi tidak meminta visum et repertum dapat diberi surat kematian
5. Dalam mengisi formulir B, pada sebab kematian bila tidak diketahui sebab
kematiannya ditulis tidak diketahui atau mati mendadak
6. Bila dilakukan pemeriksaan dalam, buat preparat histopatologi bagian organ-organ
tertentu diperiksa dan pemeriksaan toksikologi
7. Sebaiknya jangan menandatangani surat kematian tanpa memeriksa korban, dan
jangan menyentuh apapun terutama yang dipakai sebagai barang bukti
Dari hasil pemeriksaan kemungkinan:
1. Korban meningggal secara wajar dan sebab kematian jelas, mesalnya coronary heart
disease, maka diberi surat kematian dan dikuburkan
2. Sebab kematian tidak jelas, keluarga/dokter lapor ke polisi, kemudian polisi minta
visum et repertum, setelah SPVR datang maka korban diotopsi untuk menentukan
sebab kematian korban
3. Korban meninggal secara tidak wajar, misalnya ditemukan adanya tanda-tanda
kekerasab, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi
4. Korban diduga meningggal secara wajar, misalnya CVA tetapi juga ditemukan tanda-
tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi

Anda mungkin juga menyukai