Disampaikan oleh Dr. Bayu Dwi Anggono, dalam kuliah Ilmu perundang-undangan
1
5
Lihat Pasal 5 Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan
6
Journal Volume 9. Legislative Technique as Basis of a Legislative Drafting System
Information & Communications Technology Law, Abindon: June (2000), hlm. 2.
7
Henk Adding. Sourecebook Human Right and Good Govermance, Asialink Project on
Education in Good Governannce and human right, (2010), hlm. 36.
Partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undagan
dapat diartikan sebagai partisipasi politik, oleh Huntington dan Nalson, partisipasi
politik dartikan sebagai kegiatan warga negara sipil (Private citizen) yang
bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. 8 Lebih
lanjut, partisipasi puvblik merupakan pelibatan masyarakat dalam proses rencana
pembuatan kebijakan publik atau pembuatan undang-undang merupakan ciri dari
penyelenggara negara demokrasitis.9
8
Iza Rumesten RS, “Relevansi partisipasi Masyarakat dalam Perancangan Pembentukaan
Peraturan Perundang-undangan yang Responsif,” Jurnal Simbur Cahaya Vol. XVI No. 44 Edisi
Januari 2014.
9
Saut P. Panjaitan, “Jaminan Perlindungan Konstitusional Hak Tiap Orang Untuk
Memperoleh Informasi dan Berkomunikasi,” Jurnal Simbur Cahaya, Vol. XV No. 42 Edisi Mei
2010.
10
Joko Riskiyono. Pengaruh Partisipasi Publik Dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. (Jakarta: Perludem, 2016), hlm. 21.
11
Ibid. hlm. 25.
12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dengan
dianutnya asas keterbukaan dalam undang-undang tersebut, masyarakat berhak
memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Masukan secara lisan atau tertulis dapat dilakukan melalui
Pertama: rapat dengar pendapat umum, Kedua: kunjungan kerja, Ketiga:
sosialisasi. Keempat: seminar, lokakarya, atau diskusi.
17
Bavitri Susanti. Catatan PSHK tentang Kinerja Legislasi DPR 2005. (Jakarta: Pusat
Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK),2006). hlm. 52.