Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN
1.A. Komunikasi Pada Anak berdasarkan usia tumbuh kembang.
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek
diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode
dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah- langkah dalam melakukan
komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan
anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan
-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasipada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi.
Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan
dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua
belas sudah mulai melakukan
tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang
asing bagi dirinya.
Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba,
da-da,dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap
namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun
pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi
yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti
mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2.Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa
anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada
tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata
dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa
bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara
(Behrman, 1996). Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk
menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat,
jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan
sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis
atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak sisaat melakukan komunikasi.
3.Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana
yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu
yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan
Dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini
akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
4.Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi
atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan
perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang
direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah
yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak
menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah
pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa
malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak
dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
B. Cara komunikasi dengan anak.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai
data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkom
unikasi dengan anak, antara lain :
1.Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri
anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya,
dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2.Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat
anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar
3.Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan
ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4.Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan kepada anak.
5.Meminta untuk menyebutkan keinginan.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6.Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7.Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8.Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah
atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara
ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9.Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkanekspresinya,
perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan
mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang
ditulisnya.
10.Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan
dapat disampaikan.
C.Tips Dasar Komunikasi pada Anak
Nilai altruistik perlu diwujudkan dengan kata-kata, seperti ucapan "terima kasih" atau
"tolong" saat meminta bantuan dan ini perlu ditanamkan pada anak. Menurut pakar
perkembangan ini, kata-kata tersebut lebih dari sekadar ungkapan sopan santun, namun
merupakan awal pemahaman tentang komunikasi.Setiap orang tua pasti pernah mengalami
kesulitan komunikasi dengan anak. Ada masanya ketika anak anda tampak seperti mendengar
perintah anda dengan penuh perhatian, tetapi kemudian tidak ingat apa-apa mengenai
percakapan itu. Ada masanya anak anda berbicara terus menerus kemudian menuduh anda
tidak mendengarkannya. Pada tahapan yang berbeda, anak-anak berkomunikasi dengan cara
yang berbeda.Anak anda yang berusia lima tahun, dapat berubah seolah menjadi anak yang
berusia empat belas tahun yang menjawab pertanyaan anda dengan hanya satu kata saja: anda
bertanya ; bagaimana kabarmu sayang? „Baik‟ jawabnya singkat. “apa yang kamu kerjakan
di rumah teman kamu tadi?” „macam-macam‟ jawabnya lagi.Anak-anak mengalami masa-
masa dimana mereka sangat terbuka mengenai perasaan mereka. Dan ada kalanya, mereka
lebih pendiam dan menyimpan sendiri pikiran-pikiran dan emosi mereka sendiri. Akan tetapi
berkomunikasi setiap waktu dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai hubungan baik
yang terpelihara baik, tergantung pada komunikasi yang baik.Anak anak merupakan
komunikator yang baik. Mereka akan berbicara, mendengarkan sehingga mereka akan
mendapatkan temanteman,pendidikan,pekerjaan dan lain-lain. Cara anda berbicara dan
mendengarkan anak-anak anda sangat mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi
dengan orang lain. Karena anak ini mengetahui hampir setiap naluri, bahwakomunikasi
bukan hanya sekedar kata-kata yang keluar dari mulut anda.
Komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini. Komunikasi yang baik
adalah mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagaimana ketrampilan
interpersonal, kemampuan untuk berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan
seorang anak dengan orang tuanya. Ketrampilan komunikasi dipelajari dirumah yaitu di masa
bayi
D.Perekat keluarga.
Menurut Ery Soekresno, Psi, Pengelola Sekolah Kebon Maen, Cilangkap-Cimanggis-
Depok, komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam keluarga. Menurutnya, komunikasi
berfungsi sebagai perekat keluarga. Ery mencontohkan, berdasarkan hasil penelitian pada
tahun 1996, faktor penyebab tingginya angka perceraian di Amerika ternyata bukan
disebabkan kehadiran orang ketiga. Karena di mata masyarakat Amerika umumnya,
perzinahan sudah dianggap halal. Namun, penyebab yang tertinggi adalah faktor
terhambatnya komunikasi suami istri. Komunikasi yang tidak lancar antara suami istri akan
berdampakpula terhadap kelancaran komunikasi pada anak.
Komunikasi antara orang tua dan anak adalah sebuah proses pengiriman pesan dimana pesan
yang diterima sama dengan pesan yang dikirim. Komunikasi dengan kekerasan, menurut Ery
adalah, penyampaian pesan yang dilakukan secara negatif. Termasuk dalam komunikasi
secara negatif adalah saat orangtua menggunakan bahasa yang tidak indah. "Bahasa yang
jelek tidak menyenangkan anak, akibatnya anak tidak mau mendengarkan orangtua," tutur
psikolog yang aktif menyerukan kampanye komunikasi tanpa kekerasan ini.
Komunikasi dengan kekerasan tidak melulu berarti disampaikan dengan bahasa-bahasa yang
tidak baik, seperti penggunaan kata yang berasal dari „kebun binatang‟ atau kata hinaan
lainnya.
E.Verbal dan non verbal.
Ada dua bentuk komunikasi, yaitu verbal (bahasa) dan non
-verbal (bahasa tubuh). Artinya, saat orangtua berbicara kepada anak, bukan hanya kata
-katanya saja yang ditangkap oleh anak. Menurut Ery, di bawah usia satu tahun, mungkin
mereka hanya menangkap 10% kata yang diucapkan ibu. Sisanya lebih kepada bahasa non
-verbal.Ery mencontohkan, saat bayi berbicara dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak
jelas. Misalnya bah, bah, bah. Kebetulan ibu ini membahasakan bapaknya itu abah. Ibu
memberikan respon sambil menunjuk pada suaminya atau menunjukkan fotonya, "Oh Abah
ya, Abah. Ya, itu Abah."Artinya, anak itu memahami sebuah kata itu kan dari bahasa non
verbal karena setiap kali dia ngomong bah, bah, bah kok yang ditunjuk orang itu. Akhirnya
kata itu memiliki arti bagi dirinya. Meskipun saat itu anak belum mengerti betul tentang siapa
sebenarnya Abah.Menurut Ery, orangtua perlu terus menyadari bahwa bahasa non-verbal
yang dipakainya sangat penting bagi anak. Meski bahasa yang digunakan orangtua positif,
namun bilakomunikasi non-verbalnya negatif, maka pesan yang diterima anak adalah seperti
yang ia lihat. Misalnya, seorang ibu mengatakan pada anaknya, "Ibu tuh sebenarnya sayang
sama kamu,” tapi intonasinya yang tinggi atau dilakukan sambil mencubit anak. Tak salah
bila anakakan berpikir, "Oh sayang itu artinya sama dengan mencubit ya." Akhirnya, saat
bertemu dengan sepupu, adik atau temannya atau dia dengan adiknya dia menyampaikan
sayangnya dengan mencubit. "Padahal seharusnya menyampaikan rasa sayang harus diiringi
denganpelukan dan suara yang lembut agar anak mampu menangkap pesan yang disampaikan
dengan benar," jelas istri dari Irwan Rinaldi ini.
F.Dampak komunikasi dengan kekerasan.
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah
kelembutan. Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil
sudah terlihat. Karena terbiasa dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali
akan melakukan sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk
mengungkapkan pendapatnya. Ery mencontohkan adegan yang terjadi pada sebuah keluarga
saat mereka menanti datangnya waktu maghrib untuk berbuka puasa. Di hari pertama, ibu me
nyediakan menu lengkap, ada kue, es kelapa, gorengan, disamping menu utama hari itu. Di
hari kedua, sang ibu tidak menyediakan gorengan dalam deretan menu berbuka. Namun, ia
menggantikannya dengan makanan kesukaan anak-anak yang lain, yaitu puding karamel.
Anaknya yang berusia 5 tahun berkomentar, "Mi, kok hari ini nggak ada gorengan?" Sang
Ibu, yang kebetulan masih sibuk dengan urusan dapur langsung bereaksi dengan melakukan
interpretasi dan evaluasi. " Kamu ini kok nggak bersyukur banget sih?" Anak yang semula
hanya sekedar berkomentar tentu menjadi takut untuk menyampaikan komentar pada
kesepatan lain. Apalagi bila hal seperti itu terjadi berulang kali.Lebih berbahaya lagi,
menurut Ery, bila anak menjadi terbiasa melakukan pekerjaan secara sembunyi-sembunyi.
Bila orangtua tidak segera mengubah cara berkomunikasinya, maka dampak itu akan
terpelihara sampai anak tumbuh dewasa.
Dampak lainnya adalah menjadi terbiasa berpikir negatif. Artinya, ketika ada orang
bermaksud baik terhadap anak, dia tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang baik.
Sebaliknya, anak akan berpikir, "Apa sih maksudnya kamu berbuat baik sama aku?" Menurut
Ery, hal itu terjadi karena orangtua terbiasa berpikir negatif terhadap dirinya yang terwujud
dengan komunikasi yang negatif. Akhirnya,yang terbangun dalam benakanak adalah apa
pun yang dilakukannya tidak ada yang benar.Misalnya, saat seorang anak sedang duduk
-duduk di dalam rumah sementara ibunya sedang menyapu lantai. Sang Ibu mengatakan
"Aduh Kakak, tidur-tiduran aja, enggak mau membantu ibu nyapu," Sebaliknya, saat sang
anak sedang menyapu lantai, Ibu berkomentar, "Wah tumben nih anak ibu nyapu." Komentar
seperti itu akan membuatanak menjadi tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan karena
menjadi serba salah.
Komunikasi yang baik saat ibu sedang menyapu sementara anaknya sedang tidur-tiduran
adalah "Ibu seneng deh kalau kakak mau membantu Ibu nyapu. Kalau kakak membantu Ibu
pekerjaan rumah ibu cepat selesai. Habis itu kita bisa bermain dan cerita-cerita". Pesan akan
sampai tanpa perlumenyakiti perasaan anak. Anak pun menjadi lebih mudah diajak
bekerjasama. Saat anak sedang menyapu, seharusnya Ibu menyampaikan penghargaannya
dengan pesan yang positif, tanpa perlu menyindir anak.
Menurut Ery, faktor pembentuk utama dan pertama adalah keluarga. Bila rumah sudah
berfungsi sebagai tempat yang memberikan kesejukan untuk anak-anak, maka ke mana pun
anak pergi, rumah tetap menjadi referensi utama bagi anak. Kesejukan itulah yang perlu
dibangun oleh orangtua melalui komunikasi tanpa kekerasan. Saat anak memiliki masalah,
mereka tahu kemana harus berbicara. Saat yang paling berpengaruh bagi anak adalah
sebelum anak mencapai usia balighnya karena pada masa itu anak masih mudah untuk
berubah. Namun, perubahan yang paling utama dan pertama harus berawal dari para
orangtua.
2. Menentukan tata cara berkomunikasiSalah satu bagian dari keberhasialan dalam
wawancara adalah tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si pewancara itu sendiri.
Perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alasanwawancara serta
menjamin kebebasan dan rahasia.
1.Komunikasi dengan keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang tua dan anak.
Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara
kandung, sanak keluraga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses
komunikasi.Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri (
verbal dan non verbal ), informasi dari orang tua dan observasi perawat sendiri. Untuk
itu lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :
MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA.
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-pertanyaan
terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
MENGARAHKAN PADA POKOK PERMASALAHAN.
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara adalah
salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah
menggunakan pertanyaan terbuka dan luas.
MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam
proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan sungguh-sungguh
pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsetrasi dan perhatian ditujukan pada semua
aspek percakapan
yaitu : verbal, non verbal dan yang bersifat abstrak.
DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit untuk
dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling memehami
emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan kembali berkomunikasi.
BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang empati
berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien / keluarga.
Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan “ membantu “
dengan klien.
•Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan
kemampuannya dalam perannya. Orang tua membutuhkan perawat yang menghargai dan
memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan
anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua.
•Menentukan Masalah.
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.Perawat akan bersama ibu
menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.
•Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai
merencanakan pemecahannya.Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan
mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif.
•Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka dapat
mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah
berfartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan
yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam
pemecahan masalah.
•Menghindari hambatan-hambatan komunikasiHambatan yang mempengaruhi proses
hubungan dalam berkomunikasi :
Sosialisasi
Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi/opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi
& menyelesaikan kalimat seseorangLebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja
2.Komunikasi dengan anak.
Esensi Komunikasi.
Dua unsur penting dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran pikiran dan
perasaan , yaitu :
•Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak
berkomunikasi.
Contoh :
bila mengunakan isyarat seperti menunjuk pada sesuatu benda yang ingin dilihat orang lain,
maka harus dalam bentuk yang dapat dipahami.Apabila komunikasi dengan bicara maka
harus dilakukan dengan kata dan struktur tata bahasa yang dapat dipahami anak.
•Anak harus memahami
bahasa yang digunakan orang lain, misalnya :
anak berusia 18 bulan, pembicaraan
harus memantapkan kata-katanya dengan isyarat dan pada saat anak bertambah besar
pemahaman bertambah baik sehingga isyarat kurang diperlukan.
•Bentuk Komunikasi Pra Bicara.
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk komunikasi
tertentu yang sifatnya sementara.Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak
mempelajari kata-kata sebagai, bentuk komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk
komunikasi pra bicara atau (prespeech) yakni : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi
emosional.Bentuk komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga bentuk komunikasi pra
bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir.
•Tangisan.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat
dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu
kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah , dan kebutuhan untuk diperhatikan.
Jika kebutuhannya segera dipenuhi , bayi hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau
tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena
ibu muda memerlukan bantuan ini.Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan
karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten
dalam menanggapinya.Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada usia 6
bulan karena keinginan & kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya
menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara. Setiap individu berbeda dalam
ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada kondisi yang mempengaruhi :
-Faktor Kesehatan.
-Kecerdasan.
-Keadaan sosial ekonomi.
-Jenis kelamin.
-Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
-Dorongan dari lingkungan.
-Ukuran keluarga dalam hal anak mendapat kesempatan berlatih.
-Urutan kelahiran.
-Metode Pelatihan.
-Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya dengan saudara
kembarnya.
-Hubungan dengan teman sebaya.
-Kepribadian.
Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial anak, karena bicara
dapat :
-Memuaskan kebutuhan dan keinginan.
-Meminta perhatian dari orang lain.
-Meningkatkan hubungan sosial.
-Menentukan penilaiaan sosial.
-Sebagai dasar penilaian diri.
-Sebagai prestasi akademik.
-Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.
-Mempengaruhi prilaku orang lain (berbicara dengan keyakinan ).
Komunikasi Sehubungan
Dengan Proses Berpikir Sesuai Tingkat Perkembangan Anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional sampai akhirnya
kepada yang abstrak :
Masa Bayi.
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan komunikasi non
verbal. Mereka akan tersenyum dan mendekat bila situasi menyenangkan dan akan menangis
bila tidak menyenangkan.Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan
ibunya sehingga setiap orang asing akan merupakan ancaman bayinya.
Masa Pra Sekolah ( Toddler ).
Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat segala sesuatu
hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat
-alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan agar dia mengenal dan merasa terasing
gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang familiar bagian anak serta batas pernyataan
yang sifatnya menyatakan penyelesaian.
Masa Usia Sekolah.
Anak berusia 5 –8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada
apa yang mereka ketahui bila diperhadapkan pada masalah baru.
Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi membutuhkan lebih dari itu.
Masa Remaja.
Masa ini anak berfikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa .Oleh karena itu pada
saat anak mengalami ketegangan mereka mencari rasa aman yang biasa didapatkan pada
masa kanak-kanak.
Apabila anak berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk memberikan dukungan
( Support ) adalah memberi perhatian, mencoba untuk tidak menyela (interupsi )
dan menghindari komentar / ekspresi yang menimbulkan kesan terkejut / mencela.
Tehnik Berkomunikas dengan Anak.
Tehnik Non Verbal.
a.Tehnik Orang Ketiga..Tehnik ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, seperti
“ dia atau mereka
a.Pelayanan Kesehatan ibu dan anak :
Kebijakan tentang KIA secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan,
nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan, dari
posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional
(dokterspesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) seperti
pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masakehamilannya
sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan
preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan
K4.
b.Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi Kebidanan.
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa
di sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 70,62 % -77,21 %.
c.Deteksi Resiko, Rujukan Kasus Resti dan Penanganan Komplikasi.
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih
ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Deteksi risiko oleh
tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 46,17% sedangkan deteksi risiko oleh masyarakat
(kader, tokoh masyarakat,dll) sebesar 22,08%.Resti komplikasi adalah keadaanpenyimpangan
dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Resti/komplikasi kebidanan meliputi Hb <> 140 mmHg, diastole > 90 mmHg).
Oedeme nyata, ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada
usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis,
persalinan prematur.
d.Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2).
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risikogangguan
kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut
antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan pada neonatus (0-28hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan
satu lagi pada umur 8-28 hari (KN2).Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas
kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling
perawatan bayi pada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar
(tindakan resusitasi, pencegahanhipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi);pemberian vitamin
K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); penyuluhan perawatan neonatus di rumah
menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2) pada tahun 2007 sebesar
77,16%.
2.Pelayanan Keluarga Berencana (KB).
Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan sehingga
peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur
seorang wanita terjadi antara usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan lebih diprioritaskan untuk
menggunakan alat/cara KB.Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007,
persentase wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang
dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang (23,02%), 1orang (19,52%) dan 3 orang (17,11%).
Sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup per wanita usia 15-19 tahun ada
lah 1,79 untuk daerah perkotaan dan 1,98 di pedesaan.
3.Pelayanan Imunisasi.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi 0-1 tahun (BCG,DPT,
Campak, Polio, HB), imunisasi untuk wanita usia subur/ibu hamil TT dan imunisasi untuk
anak SD (kelas 1; DT dan kelas 2-3; TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan
atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non UCI, potensial/resti KLB,
ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Pencapaian UCI pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara
lengkap pada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah
tertentu, berarti eilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau
bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD31). Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi
desa dan kelurahan. Pencapaian UCI pada tahun 2007 sebesar 71,18 % dengan target nasio
nal UCI 80%.Program-program kebijakan pemerintah terhadap kesehatan ibu dan anak di
Indonesia yang sedang berlangsung diantara meliputi :
•Perawatan Penyakit Anak yang Terpadu (IMCI).
•Rencana Kesehatan Remaja Nasional.
•kebijakan dan rencana untuk mencegah malaria dalam kehamilan dan malaria
bawaan,penularan vertikal HIV dan syphilis dalam kehamilan.
•Making Pregnancy Safer.
•Peningkatan kesadaran akan HIV/AIDS.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra
kita dalam proses menerima dan mengirim berita.Bagaimana kita memakai panca indra tadi
dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima sangat menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan
saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam
keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk
berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan
; menentukan masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari
hambatan-hambatan komunikasi.
Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi
prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk
komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk
mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kes
empatan untuk praktek; motipasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.Komunikasi yang
berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya
keabstrak.Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik
komunikasi non verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ;
facilitativa responding ; bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi ; pertanyaan “ bagaimana
bila tiga permintaan “, rating game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro &
kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua sering mendapat
kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya. Komunikasi verbal d
apat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ; sociogram ; menggambar
bersama dalam keluarga dan bermain.
B.Saran.
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan dan diskusi
kelompok kami.somoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan tentang
makala ini.Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara berkomunikasi seperti
ini.Perawat dapat lebih merencanakan bantuan dan bimbingan bagi pasien dan juga perawat
akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri.Kami menerima saran anda agar
makalah ini lebih sepurnah.

Anda mungkin juga menyukai