Anda di halaman 1dari 11

PEMBAGIAN JARIMAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana Islam

MAKALAH

Dosen Pengampu :

Moh. Hatta, MHI

Penyusun :

Hanifatuz Zissa Rohmana (C94217044)

Noval Abdi (C04217029)

M. Herman (C05215019)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah
ini, yang berjudul “PEMBAGIAN JARIMAH”. Atas dukungan moral dan materiil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Moh. Hatta, MHI, selaku dosen pengampu sekaligus


pembimbing mata kuliah Hukum Pidana Islam yang telah memberikan
bimbingan, ide dan saran-saran yang sangat membantu dalam
penyusunan makalah ini.
2. Kedua Orang Tua yang tak pernah lupa mendoakan anak-anaknya, dan
senantiasa berjuang bagi penulis.
3. Teman-teman Prodi Hukum Tata Negara Angkatan 2017 karena telah
menyemangati dan memberi masukan dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini berisikan penjelasan tentang Pembagian Jarimah dalam


beberapa aspek. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kami Amiin.

Surabaya, 07 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..........................................................................................1

Kata Pengantar..............................................................................................2

Daftar Isi.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Makalah.....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pembagian Jarimah................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak dapat lepas dari perkara atau
tindak pidana. Tindak pidana juga tentu terjadi setiap saat dan kadang tanpa
disadari. Perlunya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana jarimah dan
bagaimana saja bentuk-bentuk dari jarimah itu membuat penulis membuat
makalah ini. Tentu saja dengan harapan agar masyarakat mampu memahami dan
mengaitkan setiap perbuatan yang ada dengan hukuman yang seharusnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pembagian Jarimah ?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui, mengerti dan memahami Pembagian jarimah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembagian Jarimah
Dalam hukum Islam, kejahatan (Jarimah/jinayat) didefinisikan sebagai
larangan-larangan hukum yang diberikan Allah, yang pelanggarannya
membawa hukuman yang ditentukanNya.1 Larangan hukum berarti
melakukan perbuatan yang dilarang atau tidak melakukan suatu perbuatan
yang tidak diperintahkan. Tidak ada suatu perbuatan baik secara aktif maupun
pasif dihitung sebagai suatu pelanggaran, kecuali hukuman yang khusus
untuk perbuatan atau tidak berbuat itu telah ditentukan dalam syariah.
Singkatnya, jika perbuatan aktif atau pasif tersebut tidak membawa kepada
hukuman yang ditentukan, maka pebuatan itu tidak dianggap sebagai suatu
kejahatan.
Ditinjau dari unsur-unsur jarimah atau tindak pidana,objek utama kajian
fiqh jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu al-rukn al-syar’i atau
unsur formil, al-rukn al-madi atau rukun materiil, dan al-rukn al-adabi atau
unsur moril. Jika ditinjau dari segi al-rukn al-madi atau unsur materiil, maka
objek utama kajian fiqh jinayah meliputi tiga masalah pokok, yaitu sebagai
berikut 2 :
1. Jarimah Qishash
Secara etimologis qishash berasal dari kata Qassha-Yaqushu-
Qashashan yang berarti mengikuti, menelusuri jejak atau langkah. Adapun
arti qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani, yaitu
mengenakan sebuah tindakan (sanksi hukum) kepada pelaku persis seperti
yang dilakukan oleh pelaku tersebut (terhadap korban). Sementara dalam
Al-Mu’jam Al-Wasit, qishash diartikan dengan menjatuhkan sanksi hukum
kepada pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak pidana yang

1
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003) hlm. 20
2
Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta : AMZAH, 2013) hlm. 3

5
dilakukan, nyawa dengan nyawa dan anggota tubuh dibalas dengan
anggota tubuh.3 Jarimah Qishash terdiri dari :
a. Jarimah Pembunuhan
Tidak setiap pelaku tindak pidana pembunuhan pasti
diancam sanksi qishash. Segala sesuatunya harus diteliti secara
mendalam mengenai motivasi, cara, faktor pendorong, dan teknis
ketika melakukan jarimah pembunuhan ini. Ulama fiqh
mengkategorikan jarimah pembunuhan menjadi 3 kategori, yakni
sebagai berikut 4:
1. Pembunuhan Sengaja
2. Pembunuhan Semi Sengaja
3. Pembunuhan Tersalah
Dari ketiga jenis tindak pidana pembunuhan tersebut,
sanksi hukuman qishash hanya berlaku pada jenis pertama. Adapun
dua jenis pembunuhan yang lainnya, sanksi hukumannya berupa
diyat.
b. Jarimah Penganiayaan
Adapun jenis-jenis jarimah penganiayaan, yaitu sebagai
berikut 5 :
1. Penganiayaan berupa memotong atau merusak anggota
tubuh korban.
2. Menghilangkan fungsi anggota tubuh korban.
3. Penganiayaan fisik dibagian kepala dan wajah korban.
4. Penganiayaan dibagian tubuh korban.
5. Penganiayaan yang tidak termasuk dalam kategori di
atas.

2. Jarimah Hudud

3
Ibrahim Anis, dkk., Al-Mu’jam Al-Wasit, (Mesir: Majma’ Al-Lughah Al-Arabiyah, 1972) cet. Ke-2,
hlm. 740
4
Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta : AMZAH, 2013) hlm. 5-6
5
Ibid., hlm. 10

6
Kejahatan Hudud adalah kejahatan yang paling serius dan berat
dalam hukum pidana Islam. Ia adalah kejahatan terhadap kepentingan
publik. Kejahatan dalam kategori ini dapat didefinisikan sebagai
kejahatan yang diancam dengan hukuman hadd, yaitu hukuman yang
ditentukan sebagai hak Allah. Menurut Mohammad Ibnu Ibrahim Ibnu
Jubair, yang tergolong menjadi kejahatan Hudud ada 7, yaitu6 :
a. Zina
b. Qadzf ( Menuduh muslimah baik-baik berbuat zina)
c. Syurb Al-Khamr ( Meminum minuman keras)
d. Al-Baghyu (Pemberontakan)
e. Al-Riddah (Murtad)
f. Al-Sariqah (Pencurian)
g. Al-Hirabah (Perampokan)
Dalam hukum Islam, kata “Hudud” dibatasi untuk hukuman karena
tindak pidana yang disebutkan oleh Al-Qur’an atau Sunnah Nabi SAW,
sedangkan hukuman lain ditetapkan dengan pertimbangan qodhi atau
penguasa yang disebut “Ta’dzir”.7
3. Jarimah Ta’zir
Ta’zir secara harfiah berarti menghinakan pelaku kriminal karena
tindak pidananya yang memalukan. Dalam Ta’zir, hukuman itu tidak
ditetapkan dengan ketentuan dari Allah dan Rasulnya, qodhi
diperkenankan untuk mepertimbangkan baik bentuk hukuman yang akan
dikenakan maupun kadarnya.8 Bentuk hukuman dengan kebijaksanaan ini
diberikan dengan pertimbangan khusus tentang berbagai faktor yang
mempengaruhi perubahan sosial dalam peradaban manusia dan bervariasi
berdasarkan dalam keanekaragaman metode yang dipergunakan
pengadilan ataupun jenis tindak pidana yang dapat ditujukan dalam
undang-undang. Pelanggaran yang dapat dihukum dengan metode ini

6
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003) hlm. 22
7
Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA, 1992) hlm. 6
8
Ibid., hlm. 14

7
adalah yang mengganggu kehidupan dan harta serta kedamaian dan
ketentraman masyarakat.
a. Sanksi Ta’zir yang berhubungan dengan Badan
1) Hukuman Mati
2) Hukuman cambuk
b. Sanksi Ta’zir yang berhubungan dengan Kemerdekaan
Seseorang
1) Hukuman Penjara
2) Hukuman Pengasingan
c. Sanksi Ta’zir yang berhubungan dengan Harta
1) Mengancurkannya (Al-Itlaf)
2) Mengubahnya (Al-Ghayir)
3) Memilikinya (Al-Tamlik)
d. Sanksi Ta’zir Lainnya
1) Peringatan Keras
2) Dihadirkan di hadapan sidang
3) Nasihat
4) Celaan
5) Pengucilan
6) Pemecatan
7) Pengumuman kesalahan secara terbuka.

Berikut adalah perbedaan antara jarimah Hudud, Qishash, dan Ta’zir :

No. Hudud Qishash Ta’zir


Ada pemanfaatan, baik
Tidak ada pemanfaatan Ada pemanfaatan dari
perseorangan maupun
1. baik perorangan korban atau keluarga
ulil amri, apabila hal
maupun Ulil Amri. korban (Ahli Waris).
itu lebih maslahat.
2. Hukuman telah Hukuman telah Hakim dapat memilih
ditentukan (Fixed ditentukan (Fixed hukuman yang lebih
Punishment). Punishment). tepat bagi pelaku

8
sesuai kondisi pelaku,
situasi, dan tempat
kejahatan.
Pembuktian harus ada Pembuktian harus ada Pembuktiannya sangat
3.
saksi atau pengakuan. saksi atau pengakuan. luas kemungkinannya.
Tidak dapat dikenakan Tidak dapat dikenakan Dapat dikenakan
kepada anak kecil, kepada anak kecil, kepada anak kecil,
4.
karena syaratnya pelaku karena syaratnya karena ta’zir dilakukan
harus baligh. pelaku harus baligh. untuk mendidik.
Kadar ketentuannya
diserahkan kepada
Ukuran kadar
Ukuran kadar hukuman ijtihad hakim dan
hukuman telah
5. telah ditetapkan secara berat-
ditetapkan secara pasti
pasti oleh syariat. ringannyahukuman
oleh syariat.
disesuaikan menurut
pelanggarannya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian dapat disimpulkan :
1. Ditinjau dari Al-Rukn Al-Maddi, jarimah dapat dibagi menjadi 3 yakni:
1. Jarimah Qishash
2. Jarimah Hudud
3. Jarimah Ta’zir

10
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Topo. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam. Jakarta : Gema Insani
Press.

Irfan, Nurul. Masyrofah.2013. Fiqh Jinayah. Jakarta : AMZAH.

Rahman, Abdul.1992. Tindak Pidana dalam Syariat Islam. Jakarta : PT. RINEKA
CIPTA)

Anis, Ibrahim, dkk. 1972. Al-Mu’jam Al-Wasit. Mesir : Majma’ Al-Lughah Al-
Arabiyah)

11

Anda mungkin juga menyukai