Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI


“METODE KONTRASEPSI SEDERHANA”

Dosen Pengampu :
Ira Titisari, M.Kes

Disusun Oleh :
Sinta Effelia Agatra P17321181007

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Kontrasepsi
Sederhana” ini dengan lancar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Asuhan
Kebidanan KB dan Kesehata Reproduksi atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini, sehingga dapat diselesaikannya makalah ini dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang  jauh  lebih baik.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai metode kontrasepsi
sederhana, khususnya bagi penulis.

           
                                                                                   

 Pasuruan, 06 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………...……….2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keluarga Berencana…………………………………………………...……..3
2.2 Tujuan Keluarga Berencana………………………………………………………..……4
2.3 Sasaran Keluarga Berencana……………………………………………………………..5
2.4 Metode KB Alamiah………………………………………………………………….….6
2.5 Metode KB Barrier………………………………………………………………………11
2.6 Metode KB Amenore Laktasi (MAL)…………………………………………………...23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………28
3.2 Saran……………………………………………………………………………………..28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang dirancang
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga
berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit kecil kehidupan bangsa
diharapakan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang
berorientasi pada pertumbahan yang seimbang. Dalam pengertian keluarga berencana
secara umum ialah, dapat diuraikan bahwa keluarga berencana suatu usaha yang
mengatur banyak jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya
dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagaia akibat langgsung dari kelahiran tersebut. Atau
meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Dalam pengertian sempitnya keluarga berencana dalam
kehidupan sehari hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya
pembuahan mencegah pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari pria dan sel telur
(ovum) dari wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014).
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia di pengaruhi oleh berbagai faktor
yang dibagi manjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang
menghambat penyebarluaskan program keluarga berencana di Indonesia antara lain
budaya, agama, tingkat pengetahuan masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor
pendukung penyebarluaskan program keluarga berencana, antara lain adanya komitmen
politis, dukungan pemerintah, dukungan tokoh agama atau tokot masyarakat dan
dukungan masyarakat terkait masalah kependudukan (Lucky, 2014).
Metode kontrasepsi bekerja juga dapat di golongkan berdasarkan cara kerjanya
yaitu metode barrier (penghalang), contohnya kondom yang menghalang sperma: metode
hormonal seperti konsumsi pil dan metode kontrasepsi alami yang tidak menggunakan
alat-alat bantu maupun hormonal, namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan
tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembunuh). Faktor yang memengaruhi pemilihan
kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain
hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama
dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah frekuensi
melakukan hunungan seksual (Sulistyawati, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana penjelasan mengenai Keluarga Berencana?
2. Bagimana Metode KB Sederhana?
3. Bagimana penjelasan Metode KB secara Alami?
4. Bagimana penjelasan Metode KB Barrier?
5. Bagimana penjelasan Metode Amonere Laktasi (MAL) dalam KB?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penjelasan Keluarga Berencana
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penjelasan Metode KB Sederhana
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penjelasan Metode KB secara Alami
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penjelasan Metode KB Barrier
5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penjelasan Metode Amonere Laktasi (MAL)
dalam KB
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Masalah kependudukan merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh semua
bangsa tidak terkecuali Indonesia. Berbagai masalah kependudukan tersebut meliputi
antara lain pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak
merata, penduduk usia muda yang besar, dan kualitas sumber daya manusia yang
masih relatif rendah. Untuk menekan laju pertumbuhan tersebut pemerintah
melakukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kependudukan tersebut.
Pemerintah sejak Pelita I telah melakukan usaha mendasar melalui program Keluarga
Berencana (KB) yang merupakan program pembangunan nasional dan bertujuan
untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan
produksi nasional (BKKBN, 1980). Namun sejak pelita V program tersebut
berkembang menjadi gerakan KB Nasional.
ICPD (1994) mendeklarasikan bahwa gerakan keluarga berencana adalah suatu
program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam
mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan
mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat
pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima, dan mudah diperoleh bagi semua
orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, informasi,
edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria
dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian ASI untuk penjarangan kehamilan.
Menurut WHO Expert Committee (1970) keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu / pasangan suami istri untuk :
 Mendapatkan objektif – objektif tertentu
 Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
 Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
 Mengatur interval diantara kehamilan
 Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri
 Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Selanjutmya Undang-undang Nomor 10 tahun 1992, mendefinisikan KB
secara luas yaitu upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat
dalam pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2000).
Pada dasarnya gerakan keluarga berencana tidak hanya semata-mata
membatasi kelahiran tetapi lebih diarahkan kepada upaya-upaya peningtkatan
kualitas penduduk dan kesejahteraan masyarakat, seperti upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga (BKKBN, 2008)

b. Tujuan Keluarga Berencana


Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari gerakan keluarga berencana
adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dan berkualitas. Secara spesifik dapat disebutkan tujuan yang ingin dicapai
dari gerakan keluarga berencana ialah :
1. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan
masyarakat dan potensi yang ada.
2. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas
peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan
pelayanan bermutu.
3. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan
anak balita serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan
persalinanMeningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah kependudukan
yang menjurus ke arab penerimaan, penghayatan dan pengamalan NKKBS
sebagai cara hidup yang layak dan bertanggungjawab.
4. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan generasi muda
dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan.
5. Mencapai kemantapan, kesadaran dan peran serta Keluarga dan Masyarakat
dalam pelaksanaan gerakan KB Nasional sehingga lebih mampu menigkatkan
kemandiriannya di wilayah masing-masing.
6. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk
meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat
dalam mempercepat kelembagaan nilai-nilai Keluarga Kecil.
7. Memeratakan penggarapan Gerakan KB ke seluruh wilayah tanah air dan lapisan
masyarakat perkotaan, pedesaan, transmigrasi, kumuh, miskin dan daerah pantai.
8. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola Gerakan KB yang
mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat diseluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan
kenyamanan yang memenuhi harapan.

c. Sasaran Keluarga berencana


Menurut BKKBN,1988 Sasaran keluarga berencana dapat dikelompokkan menjadi
1. Sasaran Individual (Mikro)
Sasaran individual adalah setiap keluarga pasangan usia subur, agar terciptanya
keluarga dalam jumlah kecil.
2. Sasaran Kolektif (Makro)
Sedangkan sasaran kolektif adalah masyarakat luas atau pasangan usia subur.
Demi stabilitas nasional dan tercapainya tujuan nasional kualitas setiap warga
negaranya lebih penting dan lebih berguna dari kuantitas yang besar tetapi tidak
berkualitas
B. Metode Keluarga Berencana Menggunakan KB Sederhana
a. Tanpa Alat Kontrasepsi/KB Alami
Metode KB alami yaitu metode non alat kontrasepsi, yang mengandung arti
yaitu cara merencanakan dan menghindari kehamilan berdasarkan pengamatan
sejumlah gejala dan tanda alami yang menunjukkan masa subur dan tidak subur pada
daur haid (ITB, 1991). Adapun beberapa jenis metode KB alami antara lain Metode
Kalender (Ogino-Knaus), Suhu Badan Basal (Termal), Lendir Serviks (Billings),
Symto-Termal, Coitus Interuptus (Senggama Terputus), dan MAL (Metode Amenorea
Laktasi). Metode KB alami yang lebih populer dan biasa digunakan oleh akseptor KB
ialah metode pantang berkala atau yang biasa disebut metode kalender dan coitus
interuptus atau yang biasa disebut senggama terputus.
1. Metode Kalender (Ogino‐Knaus)
Metode Kalender adalah metode KB alami yang pertama kali dikembangkan,
antara tahun 1920 dan 1940an (WHO.1998). Metode kalender dilakukan dengan
cara menentukan waktu ovulasi dari daur haid yang dicatat selama 6-12 bulan
terakhir. Ditemukan oleh Kyusaku Ogino di Jepang dan Herman Knaus di Austria
pada tahun 1930.
Ogino mengatakan ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid
berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang,
sedangkan Knaus mengatakan ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid
yang akan datang (Hartanto, 2004). Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu
yang sama dengan masa subur, dimana saat mulainya dan berakhir masa subur bisa
ditentukan dengan perhitungan kalender. Adapun langkah-langkah menghitung
masa subur adalah sebagai berikut (BKKBN, 2006) :
- Sebelum menerapkan metode ini, seorang istri harus mencatat jumlah hari
dalam tiap satu siklus haid selama minimal enam bulan (enam kali siklus
haid).
- Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari kesatu.
- Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur.
- Jumlah hari terpanjang selama 6 kali siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur.
Sebagai contoh, apabila didapati wanita dengan siklus haid terpendek 27 hari
dan siklus haid terpanjang adalah 30 hari, maka pada hari ke 9 merupakan masa
subur awal wanita tersebut dan pada hari ke 19 merupakan akhir dari masa subur.
a. Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi (Hartanto,
2004) :
- Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid
berikutnya.
- Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari.
- Ovum hidup selama 24 jam
b. Adapun keuntungan dari metode kalender, adalah :
- Dapat digunakan untuk menghindari dan merencanakan kehamilan, Apabila
ingin merencanakan kehamilan, senggama dilakukan pada saat masa subur.
- Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
- Tidak ada efek samping hormonal
- Murah dan tanpa biaya
- Tidak memerlukan pemeriksaan medis
- Tidak ada interaksi dengan obat‐obatan.
- Melibatkan partisipasi suami.
c. Selain memiliki keuntungan dalam penggunaannya, metode kalender juga
memili kerugian atau keterbatasan, antara lain :
- Angka kegagalan tinggi (apabila salah menghitung masa subur)
- Tidak semua perempuan mengetahui kapan masa suburnya.
- Tidak tepat untuk wanita yang memiliki siklus haid yang tidak teratur.
- Tidak semua pasangan dapat mentaati untuk tidak bersenggama pada masa
subur
- Dapat menimbulkan kekhawatiran atau ketegangan bila melakukan hubungan
seks
- Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
- Memerlukan motivasi dan kemampuan tinggi untuk mengikuti perintah serta
kerjasama pasangan
d. Efektifitas Metode Kalender
Angka kegagalan metode kalender yaitu 14.4-47 kehamilan pada 100 wanita-per
tahun (Hartanto,2004).

2. Metode Suhu Badan Basal/Termal


Metode suhu badan basal yaitu metode KB alami yang dilakukan
berdasarkan perubahan suhu tubuh yang terjadi segera setelah ovulasi, bersama dengan
penggunaan progesterone oleh korpus luteum. Wanita yang menggunakan metode
suhu badan basal harus mencatat suhu tubuhnya setiap hari. Metode ini hanya dapat
dipakai untuk mengenali fase tak subur pasca ovulasi pada setiap daur (WHO,1998).
Metode suhu badan basal dilakukan dengan menghindari senggama pada masa subur
melalui pengukuran suhu badan atau tubuh. Adapun pengukuran suhu tubuh dapat
dilakukan sebagai berikut (BKKBN, 2006) :
- Dilakukan pada jam yang sama setiap pagi hari sebelum turun dari tempat tidur.
- Pada masa subur, suhu badan meningkat 0,2 sampai 0,5 derajat celcius
- Pasangan suami istri tidak boleh melakukan senggama pada masa subur sampai
tiga hari setelah peningkatan suhu badan tersebut atau menggunakan kondom
jika ingin melakukan hubungan seksual.
- Pengukuran suhu tubuh pada metode termal dapat dilakukan secara oral selama
3 menit, secara rectal selama 1 menit dan secara vaginal (Hartono,2004)
a. Kelebihan metode Suhu Badan Basal :
- Tidak memerlukan biaya
- Tidak memerlukan pemeriksaan medis
- Melibatkan partisipasi suami
- Dapat dilaksanakan sesuai keinginan pasangan suami‐istri
b. Kekurangan Metode Suhu Badan Basal :
- Metode tidak efektif.
- Sulit dilakukan oleh pasangan suami istri
- Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
- Memerlukan motivasi dan kemampuan tinggi untuk mengikuti perintah
- Adapun kerugian dari metode suhu badan basal ialah bahwa abstinens sudah harus
dilakukan pada masa pra-ovulasi (Hartanto,2004).
c. Efektifitas Metode Suhu Badan Basal
Angka kegagalan dari metode suhu badan basal adalah 0.3 – 6.6 kehamilan pada
100 wanita per tahun.

3. Metode Lendir Serviks/Billings.


Metode lendir serviks atau biasa juga disebut Ovulasi Billings, pertama kali
ditemukan pada tahun 1972 (Bello dkk, 1991). Metode lender serviks adalah metode
KB alami dimana wanita harus mengamati perubahan ciri lendir yang dikeluarkan dari
serviks sepanjang daur. Metode ini dilakukan dengan berpantang senggama mulai dari
hari keluarnya lendir serviks sampai 3 hari penuh sesudah hari puncak (WHO,1998)
Cara mengetahui kesuburan dengan mengamati lendir vagina, adalah sebagai berikut
(BKKBN, 2006) :
- Keluarnya lendir dari mulut rahim diamati setiap hari.
- Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering, sampai kemudian
timbul lendir yang pekat, padat, dan kental.
- Mengamati perbedaan lendir dari sifat lengket berubah menjadi basah dan
licin.
- Beberapa hari kemudian lendir semakin licin, elastis dan encer, hal ini
berlangsung selama 1-2 hari. Hari ke-2 merupakan hari terakhir dan juga
merupakan hari paling subur (peak symptom), ditandai dengan perasaan licin
dan disertai dengan pembengkakan vulva sampai kemudian lendir menjadi
berkurang.
Jika menggunakan metode Billings, senggama dapat dilakukan sesudah hari
ke-4 dari perasaan paling licin, atau senggama boleh dilakukan jika 3 hari berturut-
turut dikenali sebagai masa tidak subur, yaitu jika tidak ada lagi cairan yang licin
pada bagian dalam bibir kemaluan (vulva) yang terjadi sejak hari ke-4 sesudah
puncak kelicinan.
a. Keuntungan dari metode Billings :
- Tidak memerlukan biaya.
- Dapat digunakan untuk merencanakan kehamilan.
- Mencegah terjadinya kehamilan.
- Tidak memerlukan pemeriksaan medis.
- Tidak ada interaksi dengan obat‐obatan.
- Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping hormonal (BKKBN,
2006).
- Melibatkan partisipasi suami dalam KB (BKKBN, 2006).
b. Selain memiliki keuntungan, metode Billings juga memiliki kekurangan, yaitu
antara lain :
- Membutuhkan waktu lama untuk mempelajarinya
- Tidak dapat melindungi dari IMS
- Memerlukan kesabaran dan ketelitian
- Memerlukan motivasi dan kemampuan tinggi untuk mengikuti perintahTeknik
Metode Lendir serviks
- Abstinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan
berlanjut sampai dengan hari ke-empat setelah gejala puncak (peak symptom).
(Hartanto, 2004).
c. Efektifitas Metode Lendir serviks
Adapun angka kegagalan dari pengguna metode lender srviks yaitu 0,4-39.7
kehamilan pada 100 wanita pertahun. Di samping abstinens pada saat yang
diperlukan, masih ada 3 sebab lain terjadinya kegagalan/kehamilan:
- Terlambatnya pengeluaran lendir.
- Gejala puncak (peak symptom) timbul terlalu awal/dini.
- Lendir tidak dirasakan oleh wanita atau dinilai/intepretasi salah oleh akseptor.
(Hartanto, 2004)

4. Metode Symto ‐Thermal


Metode symto-termal yaitu metode gabungan dari metode lendir serviks dan
suhu badan basal. Metode symto termal dilakukan dengan cara menggabungkan
catatan suhu dasar tubuh dengan pengamatan ciri lendir serviks dan penanda
ovulasi lainnya, seperti nyeri payudara, nyeri tengan daur, dan rasa tak nyaman di
perut sekitar saat ovulasi (WHO,1998)
Senggama Terputus/Coitus Interuptus
Senggama terputus merupakan metode pencegahan terjadinya kehamilan yang
dilakukan dengan cara menarik penis dari liang senggama sebelum ejakulasi,
sehingga sperma dikeluarkan diluar liang senggama (BKKBN, 2006). Menurut
BKKBN (2006) penggunaan metode senggama terputus memiliki kelebihan dan
kekurangan, antara lain :
a. Kelebihan
- Tanpa biaya.
- Tidak memerlukan alat atau obat kontrasepsi.
- Tidak memerlukan pemeriksaan medis.
- Tidak berbahaya bagi fisik.
- Mudah diterima.
- Dapat dilakukan setiap waktu tanpa memperhatikan masa subur maupun tidak
subur.
b. Kekurangan
- Diperlukan penguasaan diri yang kuat.
- Secara psikologis mengurangi kenikmatan dan menimbulkan gangguan
hubungan seksual
- Metode kontrasepsi ini tidak selalu berhasil.
- Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS.
- Jika salah satu pasangan tidak menyetujui, dapat menimbulkan ketegangan,
sehingga merusak hubungan seksual.
- Kemungkinan ada sedikit cairan mengandung sperma yang masuk kdalam
vagina saat pencabutan penis,sehingga dapat menyebabkan kehamilan

b. KONTRASEPSI METODE BARIER


Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding
rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi.
- Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh.
Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode
lainnya.
- Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian
pengguna dengan instruksi.
- Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang
terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi
dengan benar dan tepat).
- Perbedaan efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi
sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi yang
lain.
a. Keistimewaan metode barier (penghalang) ini adalah mencegah infertilitas, kanker
servix dan PMS dan meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi. Metode barier
terdiri dari 3 jenis yaitu :
1.KONDOM
- Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk
HIV/ AIDS
- Efektif bila dipakai dengan baik dan benar
- Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom
terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk
seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk
menigkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai
aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal :
- Bentuk
- Warna
- Pelumas
- Ketebalan
- Bahan

a. Cara Kerja :
- Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan
cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
- Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS)
dari satu pasang kepada pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)
b. Efektivas :
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena
tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka
kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
c. Manfaat :
a) Kontrasepsi
- Efektif bila digunakan dengan benar
- Tidak mengganggu produksi asi
- Tidak mengganggu kesehatan klien
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik
- Murah dan dapat dibeli secara umum
- Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
- Metode kontrasepsi sementar bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda
b) Nonkontrasepsi
- Memberi dorongan kepada pria untuk ikut ber KB
- Dapat mencegah penularan IMS
- Mencegah ejakulasi dini
- Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
karsinogenik eksogen pada serviks)
- Saling berinteraksi sesama pasangan
- Mencegah imuno fertilitas
d. Keterbatasan
- Efektivitas tidak terlalu tinggi
- Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
- Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
- Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan
ereksi
- Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksusal
- Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
- Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah
e. Cara Penggunaan / Instruksi Bagi Klien
- Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
- Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam
kondom
- Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya pada saat mebuka kemasan
- Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada
gland penis dan tempatkan pada bagian penampung sperma pada ujung
uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan
tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum
penetrasi penis ke vagina.
- Bila kondom tidak mempunyai tmpat penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka saat memakai longgarkan sedikit bagian ujungnya agar
tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
- Kondom dilepas sebelum penis melembek.
- Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom
tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar vagina
agar terjadi tumpahan cairan sperma disekitar vagina.
- Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
- Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
- Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan
ditempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi
rusak atau robek saat digunakan.
- Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh / kusut
- Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan
petrolatum karena akan segera merusak kondom.
f. Penanganan efek samping dan masalah kesehatan lainnya
- Kondom rusak / diperkirakan bocor (sebelum berhubungan) : Buang dan
pakai kondom baru atau pakai spermisida digabung kondom
- Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat behubungan : Jika
dicurugai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian Morning After Pill
- Dicurigai adanya reaksi aleergi (spermisida) Reaksi alergi, meskipun jarang,
dapat mengganggu dan bisa berbahaya.
- Jika keluhan menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala IMS,
berika kondom alami (lamb skin atau gut) atau bantu klien memilih metode
lain
- Mengurangi kenikmatan hubungan seksual : Jika penurunan kepekaan tidak
bisa ditolerir biarpun dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian
metode lain.

2. DIAFRAGMA
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
a. Jenis:
 Flat spring (flat metal band)
 Coil spring (coiled wire)
 Arching spring (kombinasi metal spring)

b. Cara kerja :
 Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alt tempat
spermisida
c. Manfaat :
a) Kontrasepsi
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang
sampai 6 jam sebelumnya
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
b) Non kontrasepsi :
 Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khusus apabila
digunakan dengan spermisida
 Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi
d. Keterbatasan
 Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-
18 kehamila per 100 perempuan per tahun pertama
 Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti
cara penggunaan
 Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap
berhubungan seksual
 Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk
memastikan ketepatan pemasangan
 Pada bebrapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
 Pada 6 jam pascahubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya.
e. Seleksi klien pengguna diafragma
 Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau di
atas usia 35 thn.
 Tidak menyukai AKDR
 Menyusui dan perlu kontrasepsi
 Memerlukan proteksi terhadap IMS
 Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain.
 Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan
kehamilan menjadi beresiko tinggi.
 Terinfeksi saluran uretra
 Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya
(vulva dan vagina).
 Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan.
 Ingin metode KB efektif.
f. Penanganan efek samping
 Infeksi saluran uretra
Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai, apabila diafragma menjadi
pilihan utama dalam ber-KB. Sarankan untuk segera mengosongkan
kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual atau sarankan
memakai metode lain.
 Dugaan adanya reaksi alergi difragma atau dugaan adanya reaksi alergi
spermisida.
Walaupun jarang terjadi, terasa kurang nyaman dan mungkin
berbahaya. Jika ada iritasi vagina, khususnya pasca sanggama, dan tidak
mengidap IMS, berikan spermisida yang lain atau bantu untuk memilih
metode lain.
 Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum. Pastikan
ketepatan letak difragma apabila alat terlalu besar. Cobalah dengan
ukuran yang lebih kecil. Tindaklanjuti untuk meyakinkan masalah telah
ditangani.
 Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam.
Pemeriksa adanya IMS atau benda asing dalam vagina, jika tidak ada,
sarankan klien untuk melepas diafragma setelah melakukan hubungan
seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktivitas terakhir. Setelah
diangkat (diafragma harus di cuci dengan hati-hati menggunakan sabun
cair dan air, jangan menggunakan bedak jika akan disimpan). Jika
mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan
infeksi.
g. Cara Penggunaan/Instruksi bagi Klien
 Gunakan difragma setiap kali melakukan hubunngan seksual.
 Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
 Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi difragma dengan
air, atau melihat menembus cahaya).
 Oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafragma (untuk
memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan
dengan pinggirannya).
 Posisi saat pemasangan diafragma:
- Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
- Sambil berbaring
- Sambil jongkok
- Lebarkan kedua bibir vagina.
- Masukkan diafragma vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan
pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
- Masukan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan
karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
- Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual.
Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalamm vagina.
- Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari
telunjuk dan tengah.
- Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali
ditempatnya.

3. SPERMISIDA
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk:
- Aerosol (busa)
- Tablet vagina, suppositoria, atau dissovable film
- Krim
a. Cara Kerja
 Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan
sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
 Busa (aerosol) efektif setelah insersi.
 Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode
kontrasepsi.
 Tablet vagina, suppositoria, dan film penggunaannya disarankan
menunggu 10 – 15 menit sesudah dimasukkan sebelum hubungan seksual.
 Jenis spermisida jelli biasanya hanya digunakan dengan diafragma.
b. Manfaat
a) Kontrasepsi:
- Efektif seketika (busa dan krim).
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
- Tidak mengganggu kesehatan klien.
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
- Mudah digunakan.
- Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
- Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
b) Nonkontrasepsi :
- Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS.

c. Keterbatasan
- Efektivitas kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per tahun
pertama).
- Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengetahui
cara penggunaan.
- Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai
setiap melakukan hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan
film).
- Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam.
d. Seleksi klien pengguna spermisida
- Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal, seperti perokok atau diatas
35 tahun.
- Tidak menyukai penggunaan AKDR.
- Menyusui dan perlu kontrasepsi.
- Memerlukan proteksi terhadap IMS.
- Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain.
- Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan
kehamilan dengan resiko tinggi.
- Terinfeksi saluran uretra.
- Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat
kelaminnya(vulva dan vagina).
- Mempunyai riwayat sindrokkarena keracunan.
- Ingin metode KB efektif.
e. Penanganan efek samping dan masalah lain
- Iritasi vagina.
Periksa adanya vaginitis dan IMS. Jika penyebabnya spermisida, alihkan
ke spermisida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien
memilih metode lain.
- Iritasi penis dan tidak nyaman.
Periksa IMS, jika penyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lainnya
dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.
- Gangguan rasa panas di vagina.
Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah
normal. Jika tidak ada perubahan. alihkan ke spermisida lainnya dengan
komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.
- Kegagalan tablet tidak larut.
Pilih spermisida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien
memilih metode lain.
f. Cara Penggunaan/instruksi bagi kien:
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator
(busa atau krim ) dan insersi spermisida.
- Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas
hubungan seksual.
- Jarak tunggu sesudah setelah memasukkan tablet vagina atau suppositoria
adalah 10-15 menit.
- Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
- Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang car penggunaan dan
penyimpanan dari setiap produk (misalnya kocok aerosol sebelum di isi ke
dalam aplikator)
- Spermisida di tempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks
terlindungi dengan baik.
a) Aerosol (busa).
- Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan.
- Tempatkan kontainer dengan posisi keatas,letakkan aplikator pada mulut
kontainer, dan tekan aplikator untuk mengisi busa.
- Sambil berbaring lakukan insersi aplikator kedalam vagina mendekati
serviks. Dorong sampai busa keluar.
- Aplikator segera di cuci pakai sabun dan air, tiriskan, dan keringkan.
Jangan berbagi aplikator dengan orang lain.
b) Vagina atau sippositoria
- Cuci tangan sebelum membuka paket.
- Lepaskan tablet atau suppositoria dari paket.
- Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau suppositoria jauh ke dalam
vagina.
- Tunggu 10-15menit sebelum memulai berhubungan seksual.
- Sediakan selalu extra pengadaan tablet vagina atau suppositoria di tempat.
Catatan : beberapa busa dari tablet vagina menyebabkan rasa hangat di
vagina itu normal-normal saja.
c) Krim
- Insersi kontrasepsi krim setelah di kemas ke dalam aplikator sampai
penuh,masukkan ke dalam vagina sampai mendekati serviks.
- Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu menunggu kerja
krrim.
- Aplikator harus di cuci dengan sabun dan air sesuai dengan pencegahan
infeksi untuk alat-alat, tiriskan dan keringkan.
- Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-bagiannya. Jangan
berbagi aplikator dengan orang lain.
- Sediakan selalu extra pengadaan krim terutama apabila ternyata kontainer
kosong.
d) Dissovable film
- Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
- Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang
larutdalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan
kemudianletakkan di ujung jari.
- Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film kedalam vagina
mendekati serviks.
- Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke
dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket.
- Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.

c. Metode Amenorea Laktasi (MAL)


a) Pengertian MAL
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman
apapun lainnya (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 68).
MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi
sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita memiliki
seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta menyusui penuh,
kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2%. Namun, jika tidak menyusui
penuh atau tidak amenorea, risiko kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita
akan memilih bergantung pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya
progesteron serta MAL (Everett, 2007, hal. 51).
b) MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
1. Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian > 8 x sehari.
2. Belum haid.
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan (Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK-1).
c) Cara kerja MAL
Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena
hisapan bayi pada puting susu dan areola akan merangasang ujung-ujung
saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus, hipotalamus akan
menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin
namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin
akan merangsang sel–sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi susu.

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal


dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang
kemudian dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini diangkut
menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
terjadilah proses involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
merangsang kontraksi dari sel akan memeras ASI yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya mengalirkan
melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi (Anggraini, 2010, hal. 11-12).
Hipotesa lain yang menjelaskan efek kontrasepsi pada ibu menyusui
menyatakan bahwa rangsangan syaraf dari puting susu diteruskan ke
hypothalamus, mempunyai efek merangsang pelepasan beta endropin yang
akan menekan sekresi hormon gonadotropin oleh hypothalamus. Akibatnya
adalah penurunan sekresi dari hormon Luteinizing Hormon (LH) yang
menyebabkan kegagalan ovulasi (BKKBN, 1991, hal. 8)

d) Keuntungan kontrasepsi MAL (Handayani, 2010, hal. 68)


1. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).
2. Tidak mengganggu senggama.
3. Tidak ada efek samping secara sistemik.
4. Tidak perlu pengawasan medis.
5. Tidak perlu obat atau alat.
6. Tanpa biaya.
e) Keuntungan non kontrasepsi MAL
1. Untuk bayi (Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK-2)
a. Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan
lewat ASI).
b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.
c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air dan susu
formula.
2. Untuk ibu (Handayani, 2010, hal. 68)
a. Mengurangi perdarahan pasca persalinanMengurangi resiko anemia.
b. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
f) Keterbatasan MAL (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 70)
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam
30 menit pasca persalinan.
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan.
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS.
g) Yang boleh menggunakan MAL (Handayani, 2010, hal. 69)
1. Ibu yang menyusui secara eksklusif.
2. Bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
3. Belum mendapat haid setelah melahirkan.
h) Yang seharusnya tidak memakai MAL
1. Sudah mendapat haid setelah bersalin.
2. Tidak menyusui secara eksklusif.
3. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
4. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam (Setya & Sujiyatini,
2009, hal. 71; Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK- 3)
i) Hal yang harus disampaikan kepada klien (Setya & Sujiyatini, 2009, hal.
71; Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK- 3)
1. Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi (on demand). Biarkan bayi
menyelesaikan hisapan dari satu payudara sebelum memberikan payudara
lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir. Bayi hanya
membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak
memerlukan lagi. Ibu dapat memulai denganmemberikan payudara lain
pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi
banyak susu.
2. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
3. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas hisapannya.
4. Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam
membantu pertahanan kecukupan persediaan ASI.
5. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
6. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin
7. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping
ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan
berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai
dengan umur 6 bulan. (Berat Badan naik sesuai umur, sebelum BB naik
minimal 0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari)
8. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi
akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif
sebagai metode kontrasepsi.
9. Haid
Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali
dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnyaUntuk
kontrasepsi dan kesehatan. Bila menyusui tidak secara eksklusif atau
berhenti menyusui maka perlu ke klinik KB untuk membantu memilihkan
atau memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai.
j) Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai
keefektifan 98% (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 71; Saifuddin, dkk, 2006,
hal. MK- 4)
1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali
diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama).
2. Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum
dianggap haid).
3. Bayi menghisap secara langsung.
4. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
5. Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan
dari kedua payudara.
6. Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
7. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin
didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek
ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh Cara menyusui,
seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara
menyusui dan kesungguhan menyusuiSetelah berhasil dan aman untuk
memakai MAL maka ibu harus menerapkan menyusui secara eksklusif
sampai dengan enam bulan. Untuk mendukung keberhasilan menyusui
eksklusif dan MAL maka beberapa hal yang penting untuk diketahui
yaitu cara menyusui yang benar meliputi posisi, perlekatan dan menyusui
secara efektif
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi adalah  upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat
bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma tersebut.
Banyak metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika
digunakan secara tepat. Yang dimaksud Kontrasepsi Sederhana dengan Alat adalah suatu
upaya mencegah /mengahalangi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan
sperma dengan menggunakan metode-metode yang  membutuhkan alat sederhana
yang  tidak memerlukan obat-obatan. Seperti kondom bagi pria, dan barier intra-vaginal
(diafragma, kap serviks, spons, kondom wanita).

B. Saran
Dengan berbagai macam alat kontrasepsi kita dapat memilih alat kontraspsi yang
paling tepat dengan cara memperhatikan keuntungan dan kerugiannya. Sebaiknya pilih
alat kontrasepsi yang paling minimum kerugiannya dengan tujuan memberikan rasa
nyaman pada setiap hubungan dan demi mencapai kesejahteraan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125436-S-5828-Hubungan%20karakteristik-Literatur.pdf
http://digilib.unisayogya.ac.id/4810/1/booklet%20KB.pdf
https://auliyasari.wordpress.com/2013/04/12/kontrasepsi-metode-barier/

Anda mungkin juga menyukai