Anda di halaman 1dari 21

Teknik Eksplorasi

Eksplorasi    (exploration)    adalah     suatu     aktivitas   untuk   mencari   tahu


(searching) atau perjalanan untuk mengungkap  (discovery)  keadaan suatu daerah,
ruang  ataupun  suatu  wilayah  yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya,
baikfisik maupun non fisik (misalnya: pengetahuan). Sementara itu, objek geologi
tidak terbatas pada cebakan mineral, batubara, minyak dan gas bumi. Objek geologi
pula meliputi gejala atau fenomena yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Eksplorasi  mineral  secara  singkat  dibatasi  sebagai  proses  yang  dilakukan
oleh suatu badan usaha, kemitraan atau korporasi dengan  tujuan  untuk  menemukan
bijih   (konsentrasi   mineral   yang   bernilai   ekonomis) untuk ditambang.   Metode
eksplorasi   dalam   eksplorasi   mineral adalah   metode eksplorasi yang secara fisik
menentukan langsung ataupun tidak langsung keberadaan   suatu   gejala   geologi
yang  dapat berupa tubuh suatu endapan mineral ataupun satu  atau  lebih  petunjuk
geologi. Eksplorasi adalah Tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian yang akan di tambang, serta
informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup’.
Eksplorasi   sumber    daya    geologi    dimaksudkan   sebagai    usaha    untuk
mengetahui  keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi mineral dan sumber
daya   energi,   oleh   karena   itu   perlu   dilakukan   kegiatan   eksplorasi   untuk  
dapat menentukan lokasi yang bersifat ekonomis dan layak untuk diolah
(eksploitasi).
 TUJUAN EKSPLORASI

Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan


mineral secara rinci, yaitu unutk mengetahui,menemukan, mengidentifikasi dan
menentukan gambaran geologi dam pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk,
sebaran, kuantitaas dan kualitas suatu endapan mineral unruk kemudian dapat
dilakukan pengembangan secara ekonomis.

 TAHAPAN EKSPLORASI
Tahap Eksplorasi dilaksanakan melalui empat tahap,yakni :
 Survei tinjau

yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional,


pemotretan udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya
untuk mengedintifikasi daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang
proespektif untuk diselifdiki lebih lanjut. Sasaran utama dari peninjauan ini
adalah mengedintifikasi derah-daerah mineralisasi/cebakan skala regional
terutama hasil stud geologi regional dan analisis pengindraan jarak jauh untuk
dilakukannya pekerjaan pemboran.Lebih jelasnya, pekerjaan yang dilakukan
pada tahapan ini adalah :Pemetaan Geologi dan Topografi skala 1 : 25.000
samapai skala 1 : 10.000. Penyelidikan geologi yang berkaitan dengan aspek-
aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi,parit uji, sumur uji. Pada
penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan
pengamatan dan pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi
dilapangan. Adapun pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi,
mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan
contoh berupa batuan terpilih. Pembuatan Sumur Uji Survey geofisika :
aerimagnet Hasilnya sumber daya emas hipotetik sampai tereka.

 Prospeksi Umum

dilakukan untuk mempersempit dearah yang mengandung cebakan mineral


yang potensial. Kegiatan Penyelidikan dilakukan dengan cara pemetaan
geologi dan pengambilan contoh awal, misalnya puritan dan pemboran yang
terbatas, study geokimia dan geofisika, yang tujuanya adalah untuk
mengidentifikasi suatu Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral
Resources) yagn perkiraan dan kualitasnya dihitung berdasarkan hasil analisis
kegiatan diatas. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap Survei Tinjau.
Cakupan derah yang diselidikii lebih keci dengan skala peta antara 1 : 50.000
sampai dengan 1 : 25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi)
dan kondisi geologi (jenis batuan/startigrafi dan struktur geollogi yang
berkembang). Pengambilan contoh pada derah prospek secara alterasi dan
mineralisasi dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk analisa
laboratorium, sehinga dapat diketahui kadar/kualitas cebakan mineral suatu
daerah yang akan dieksplorasi.

 Exsplorasi awal, 
yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teredintifikasi.

 Exsplorasi rinci

yaitu tahap explorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam tiga dimensi
terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari dari percontohan
singkapan,puritan, lubang bor, shafts, dan terowongan.

Pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan pada tahapan Exsplorasi adalah :

 Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 5000 sampai 1 : 1000


 Pengambilan contoh dan analisis contoh
 Penyelidikan geofisika, yaitu penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik
batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan sefrta geometri
cebakan mineral. Pada survey ini dilakukan pengukuran topografi, IP,
Geomangit, Geolistrik.
 Pemboran Inti
PROGRAM EKSPLORASI

Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran,
maka diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar
eksplorasi sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:
 Target eksplorasi
 Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas
 Pencarian model-model geologi yang sesuai
 Pemodelan eksplorasi
 Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target
eksplorasi
 Menentukan midel geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan
mendeskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.
 Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk geologi yang diperlukan.
 Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-
kaidah dasar dan perancangan (desain) yaitu :
 Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan keadaan
geologi endapan yang dicari.
 Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya
serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya.
 Cost-benifical ; hasil yang diperoleh dapat digunakan (bankable)

Pembagian  bahan galian  industri  berdasarkan  atas asosiasi dengan  batuan 


tempat  terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi  dkk (1990)  adalah  sebagai
berikut:
 Kelompok  I: Bahan Galian  Industri  yang berkaitan  dengan Batuan
sedimen. Kelompok  ini dibagi menjadi:
 Sub Kelompok A: Bahan Galian  lndustri yang berkaitan dengan batu
gamping
 Sub Kelompok B: Bahan Galian  Industri yang berkaitan dengan
batuan sedimen  lainnya.
 Kelompok  II: Bahan Galian lndustri  yang berkaitan  dengan batuan gunung 
api.
 Kelompok  III: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik
batuan asam dan ultra basa.
 Kelompok  IV: Bahan Galian  Industri  yang berkaitan dengan endapan residu
dan endapan  letakan.
 Kelompok V: Bahan Galian  Industri  yang berkaitan  dengan proses ubahan
hidrotermal.
 Kelompok VI: Bahan Galian  Industri yang berkaitan dengan  batuan
metamorf.
Sehubungan  dengan  hal  tersebut di atas, maka teknik  eksplorasi awal yang
ditetapkan adalah pemetaan geologi  permukaan  utamanya mendasarkan  atas 
singkapan batuan  dipermukaan.

1. Pemboran  inti
Tujuan utama pemboran  inti adalah untuk mendapatkan  contoh bahan  galian 
secara vertikal  yang berada  dibawah  permukaan  tanah, disarnping  itu mengetahui 
ketebalannya. Teknik melerakkan  titik rokasi pemboran  inti  ini agar didapatkan
kedalaman yang maksimal dilakukan  dengan  bantuan  peta geologi  dan peta 
topografi. oleh sebab  itu apabila didaerah tersebut belum/tidak  didapatkan  pera 
topografi dengan skala yang meiradai, maka perlu  dibuat  pera topografinya  terlebih
dahulu.
Sesuai dengan  tingkat kedaraman  pemboran  yang diinginkan dan waktu yang
tersedia, pemboran  inti dapat  dilaksanakan  dengan:

a.  Alat bor auger, yang dioperasikan  secara manual oleh tenaga manusia.
AIat  ini sesuai diterapkan apabila  sasaran pemboran merupakan  batuan yang lunak,
sedang  kemampuan  kedalaman pemboran sangat dangkal.  oleh sebab  itu apabila
batuan yang akan dibor  cukup  tebal/cukup  dalam maka perpindahan  lokasi
pemboran secara sistematis  perlu dilakukan. Suatu keuntungan dari metode  ini
adalah  bahwa alat bor auger mudah dilepas dari  rangkaiannya sehingga dapat
diangkut dengan mudah.

b. Alat bor inti yang dioperasikan  dengan mesin.


Alat  ini sesuai diterapkan pada batuan yang lunak ataupun  pada bagian  yang keras. 
Kemampuan membor alat  ini cukup  dalam, sehingga pemindahan  lokasi pemboran 
dapat  dilakukan  seminimal mungkin  apabila dikehendaki  pencapaian keseluruhan
pemboran yang  sangat  dalam. Didalam operasinya, mengerjakan pemboran dengan
alat ini memerlukan  keahlian khusus,  terutama  didalam memakai  peralatan 
pemboran  inti yang  dapat dilepas.

Dari kedua alat pemboran  inti  tersebut  apabila dikehendaki perolehan  inti
pemboran dapat mencapai  loovo, dan inti pemboran tersebut  siap untuk dilakukan
analisa  laboratorium.  untuk masing-20 0,03 mm, ketebalan  ini dapat diketahui 
dengan membandingkan warna mineral yang  tampak pada mikroskop  pada saat
nikol disilangkan  (misalnya mineral  homblende) dengan warna mineral baku 
seperti  yang  terlihat pada wama  interferensi.

a.  Apabila telah diperoleh  ketebalan  yang diinginkan,  preparat  dipanas- kan
sebentar,  kemudian ditutup dengan  gelas penutup,  biarkan sejenak sampaidingin.

b. Beri  label sesuai  dengan  informasi  sampel, preparat  ini siap untuk
dideterminasi.

2. Analisa kimia
Analisa kimia dinilai relatif  rebih  rinci dibandingkan  dengan analisa petrografi.
Analisa  ini bertujuan  untuk mengetahui  komposisi kimia  (senyawa  oksida) dalam
batuan.
pemeriksaan  komposisi  kimia dilakukan dengan  prosedur  sebagai berikut:
a.  Contoh batuan digiling  hingga mencapai ukuran  100 mesh lalu dikeringkan 
pada temperatur  l50o c dalam cawan  platina, kemudian di fitsing dengan  NazCO:
pada suhu 1.000o C. Tambahkan  aquades dan HCl, panasi  hingga kering. Ulangi
perlakuan  tersebut  sampai larut  lalu disaring untuk penentuan kadar SiO2.

b. Filtratnya untuk penentuan  kadar  trace  elemenls  dengan  menggunakan AAS 


(Atomic Absorptbn  spectrophcttometer).  untuk kadar Calsium  (Ca) dan atau
Magnesium  (Mg) yang  tinggi,  clitentukan dengan cara Kompleksiometer.  Dengan
AAS akan segera dapat diketahui macam-macam  unsur  dan  jumlahnya  secara 
tepat dan cepat.

c. Perhitungan kandungan  air dilakukan  sebagai berikut: contoh batuan ditimbang 


beratnya. Kemudian  dimasukan  ke dalam oven pada temperatur  100 - 105" C maka
semua air akan keluar dan menguap. Sampel  tersebut  kemudian  ditimbang lagi.
Selisih berat  yang diperoleh merupakan  berat kandungan  air.

d. Perhitungan bahan hilang  terbakar  dilakukan  sebagai berikut:  contoh


dipanaskan pada suhu  105" C dan ditimbang  = a gram. Kemudian dipanaskan  lagi
pada.futnqce sampai  1.000" C, selima 1,5  - 2 jam, dan ditimbang  lagi = b gram.
Harga selisih a – b gram merupakan bahan yang hilang terbakar.
3.  Analisa Difraktometer Sinar X
Analisa  ini diperlakukan  untuk batuan yang sulit ditentukan jenis unsur kimianya 
dengan petrografi  karena mempunyai butir yang sangat halus, antara  lain untuk
jenis  lempung/tanah  liat.

4.  Analisa besar butir


Analisa besar/ukuran  butir dilakukan  dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a.   Ambil sampel  secara acak seberat 100 gram.
b.  Pisahkan ukuran butir dengan  cara diayak pada ayakan  berjenjang. Agar
hasilnya baik pergunakan ayakan  bermesin  dengan waktu secukupnya.
c. Sampel  yang tertampung dalam setiap  ayakan  dengan mesh  tertentu,
selanjutnya ditimban.
d. Prosentase  analisa ukuran butir dapat ditentukan.
 Catatan'. Analisa ukuran  butir cocok untuk contoh  bahan galian yang bersifat 
lepas.

5. Analisa berat  jenis


Berat  jenis yang diukur pada  contoh  batuan adalah bulk density. Hal  ini
disebabkan batuan merupakan kumpulan mineral yang masing-masing mineral
mempunyai  berat jenis  tersendiri.
Prinsip pengukuran  berat jenis  sebagai berikut:
a.     contoh batuan dipa,askan  dalam oven pada suhu minimum  l00°C supaya 
semua air yang ada di dalamnya menguap,  kemudian didinginkan  pada suhu kamar.
b.    Contoh batuan ditimbang untuk mengetahui  beratnya.
c.    Volume  batuan ditentukan.
d.    Berat  jenis  batuan diperoleh dengan membagi berat dengan volume sampai
beratnya  tetap.
e.    Benda uji dan bola baja dimasukan  ke dalam mesin.
f.      Putar mesin  dengan kecepatan 30 - 33 rpm sebanyak 500 putaran untuk
gradasi  A, B, C dan D, serta  1000 putaran  untuk gradisi  E, F dan G
g.    Setelah selesai  pemutaran,  keluarkan benda uji dari mesin, kemudian saring
dengan saringan  no. 12.
h.    Butiran yang  tertahan  diatasnya,  dicuci bersih,  selanjutnya dikeringkan dalam 
oven  pada suhu Il0°C sampai beratnya  tetap.

i.      Perhitungan  keausan sebagai  berikut:


Tabel 1. Susunan gradasi  agregat yang diuji dan jumlah bola  baja

j. Hasil pengujian tersebut  dinyatakan sebagai bilangan bulat dalam prosen.


k. Keausan  batuan yang cukup  besar  akan berpengaruh pada kekuatan perkerasan 
jalan  karena  langsung  bergesekan  dengan  roda-roda kendaraan.

6.  Pengujian kuat  tekan  bebas


Untuk mencegah kerusakan  konstruksi  akibat beban  (misalnya lalu lintas), agregat 
harus cukup kuat menahan  tekanan. Kuat  tekan suatu bahan adalah  kemampuan 
batuan tersebut dalam menahan beban atau gaya  tekan yang dikenakan sehingga
batuan  tersebut pertama kali mengalami  deformasi. Besarnya  kuat tekan batuan
dipengaruhi  oleh  tekstur, mineral penyusun,  porositas maupun  gesekan  dengan
bidang penekan.  Pada pengujian kuat  tekan bebas batuan  diperlukan  contoh
batuan  dengan  bentuk  tertentu yaitu dalam bentuk kubus atau silinder. Hal tersebut 
dimaksudkan  agar perbedaan kuat  tekan yang terjadi  pada keduanya  tidak
berbeda,  dan kalaupun ada perbedaan tersebut sangat kecil sehingga  dapat
diabaikan.

Rumus kuat  tekan bebas (Krynine  dan Judd, 1957):


Dalam upaya untuk memperoleh bukti- bukti nyata yang rinci dan menyakinkan,
maka harus mampu mengambil contoh dari endapan bahan galian yang berada di
tanah. Kegiatan dalam mengambil contoh yang di maksud yaitu :

1. Pengeboran inti (core driling)


      Untuk memperoleh inti bor, maka alat bor putar harus di lengkapi dengan mata
bor berlubang, tabung inti bor, dan penangkap inti bor. Arah pengeboran dapat
vertikalmaupun horizontal, tetapi yang paling sering adalah pengoboran vertikal
hingga mencapai batuan dasar, dengan pola pengeboran dan jarak bor yang
teratur, sehingga akan di peroleh sejumlah inti bor yang representatif. Dengan
demikian letak, bentuk atau posisi endapan bahan galiannya dapat di ketahui dengan
pasti. Bila semua inti bor telah selesai di selidiki di laboratorium, maka akan di
ketahui mutu atau kadar mineral berharganya dan sifat-sifat fisik- mekanik-
mineraloginya secara lengkap.

2. Penggalian sumur uji (tes pit) atau sumuran dalam(test shaft)


         Bila daerah penyelidikan relative datar, maka di buat sejumlah sumur uji untuk
endapan bahan galian yang di perkirakan dangkal, atau sumuran dalam bila di
perkirakan letak endapan bahan galian cukup dalam (>5m). Penggalian dua macam
sumur itu harus memakai pola yang teratur(sistematiss). Misalnya pola empat persegi
panjang dengan jarak yang teratur, misalnya 100 x 200 m atau 100 x 100m yang
kemudian dapat di buat semakin rapat bila seandainya mengiginkan data atau contoh
yang lebih banyak. Kedalaman sumur uji atau sumuran dalam harus mampu
mencapai batuan dasar ( bed rock) agar dapat di ketahui variasi ketebalan dan bentuk
endapan gahan galiannya. Contoh tanah atau batuan yang terkumpul kemudian di
analisis di laboratorium.
          Bila jumlah ke dua sumuran itu banyak dan ukuran penampangnya besar,
maka volume tanah atau batuan yang tergali juga besar, oleh sebab itu bila maksud
dan tujuan penggalian ke dua sumuran sudah tercapai, maka tanah atau batuan hasil
galian itu harus di timbun kembali kedalam sumur yang bersangkutan.
3. Penggalian terowongan buntu (adit)
     Kalau topografi daerah penyelidikan berbukit bukit, maka untuk mengumpukan
data dan informasi mengenai keadaan endapan bahan galiannya dapat di lakukan
dengan menggali sejumlah terowongan buntu ( adit) di lereng-lereng bukit.
Penggaliannya juga harus menggunakan pola yang teratur dengan jarak jarak yang
teratur. Awalnya jarak horisontal dan vertikal terowongan buntu boleh sedikit jarang,
misalnya 100 x 100 m atau 100 x 200 m. Jika ternyata bahan galian itu menunjukkan
mutu atau kadar mineral berharga yang menyakinkan, maka jarak penggalian
terowongan buntu itu dapat di buat lebih rapat.
    Volume tanah atau batuan yang di gali bisa sesikit, tetapi bisa juga banyak
tergantung dari jumlah dan ukuran terowongan buntu yang di gali.

Metode Eksplorasi

Metode dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1.      Metoda langsung, terdiri dari :
a.      Metoda langsung di permukaan
b.      Metoda langsung di bawah permukaan
2.      Metoda tidak langsung, terdiri dari :
a.      Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain
mengenai bed rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.
b.      Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara
yaitu cara magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang
digunakan), cara seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara
listrik (resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang
masih jarang digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih
mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.

1. Metode langsung
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat
dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah
permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi
megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis.
Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan
fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat
dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).
A.     Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a.    Penyelidikan singkapan (out crop)
Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1.      Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai
terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh
batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai
singkapan segar
2.      Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara
alami yang umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari
dalam bumi yang disebut gaya endogen misalnya adanya letusan gunung
berapi yang memuntahkan material ke permukaan bumi dan dapat juga dilihat
dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan antara kerak bumi yang dapat
mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan
bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.
b.    Tracing Float (penjejakan)
Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari
penghancuran singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian
tertransportasi yang biasanya dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita
harus berjalan berlawanan arah dengan arah aliran sungai sampai float dari bijih yang
kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita mulai melakukan pengecekan pada
daerah antara float yang terakhir dengan float yang sebelumnya dengan cara
membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai, tetapi jika pada
pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan maka kita
dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak
jauh dibawah over burden.
c.    Tracing dengan Panning (mendulang)
Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran
mineral yang dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang
ukurannya halus dan memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara
tracing yaitu pada kegiatan lanjutan yaitu trencing atau test pitting.
Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan
dengan cara trenching atau test pitting.
-     Trenching (pembuatan parit)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada
overburden yang tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan
ekonomis yang dapat dibuat hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan
parit dinilai tidak efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah
tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka
pembuatan parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan,
kemiringan perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.
-   Test Pitting (pembuatan sumur uji)
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya
dilakukan test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam.
Kita harus ingat bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari
bongkahan-bongkahan maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan
sumur uji dan juga daerah yang hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air,
karena dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada waktu melakukan
penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat. Pada
pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita
harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak
mudah runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan
penelitian. Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30
meter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran,
keluarnya gas beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.
 
B.      Metoda Langsung Bawah Permukaan

Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di


permukaan atau pada eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang
baik, karena pada eksplorasi langsung permukaan, kedalaman maksimum yang dapat
dicapai + 30 meter. Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan
apabila keadaan permukaan memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah
permukaan, sebab apabila permukaan tidak memungkinkan, misalnya permukaan itu
tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak stabil, maka hal ini akan
memberikan resiko yang besar jika dilakukan eksplorasi permukaan.
Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan
misalnya, pekerjaan harus berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk
memudahkan diadakan pengamatan dan proses sampling pekerjaan juga diusahakan
dimulai dari daerah-daerah yang memiliki singkapan yang baik, karena dengan
singkapan yang baik dapat memudahkan kita untuk menentukan strike atau dipnya,
yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan adalah masalah biaya, dimana
dalam pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar, hal ini bertujuan untuk
menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya eksplorasi yang
dilakukan hasilnya mengecewakan.
Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft,
Drift, Winse dan lain-lain.
 Tunnel   =   suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang
menembus kedua kaki bukit.
 Shaft      =   suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah
dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan
serta alat-alat kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan.
 Drift       =   suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan
bijih yang arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan
bijihnya (dalam pengeboran).
 Winze    =   lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level” ke arah
“level” yang dibawahnya.
Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti.
Pengeboran sumur minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959
dengan menggunakan bor (RIG) permanen (tidak dapat dipindah-pindah) dan pada
pengeborannya menggunakan sistem perkusif (tumbuk), pada pengeboran ini
kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft (+ 20 m) dengan bor lurus
(vertical drilling).
Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan
menara bor yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan
beberapa cara pengeboran yaitu dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-
rotasi. Pemboran dapat dilakukan di darat maupun di laut (on shore atau off shore).
Pemboran tidak terbatas pada pemboran decara vertikal saja tetapi dapat dilakukan
secara miring (kemiringan dapat mencapai 90o), apabila saat pengeboran kita
menemukan batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata bor, maka dengan
teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat dirubah arahnya
(dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.
Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh
(sampling) untuk diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau
konstruksi (misalnya air tanah, minyak bumi) dan pemboran dapat juga untuk
memudahkan proses peledakan (pada kegiatan penambangan material keras). Dari
data pengeboran dan sampling kita dapat membuat peta stratigrafi daerah
pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui susunan batuan dan ketebalan
cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara
keseluruhan.

2. Metode tidak langsung


A. Metoda tidak langsung cara geofisika
Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan lokasi
akumulasi bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan
bawah permukaan bumi. Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika
diantaranya :
a.      Metoda Gravitasi
Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi
sebagai salah satu benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau
sebuah bandul digantung dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan
merengganng akibat bandulnya mengalami gravitasi, di tempat yang gravitasinya
rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang gravitasinya besar maka
regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan bentuk struktur
bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi dari
suatu daerah penyelidikan.
Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter,
yaitu suatu alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar
“torsion balance”, maupun bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan
yang kecil dalam gravitasi bumi di berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan.
Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau
penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada anomali
gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu, seperti lipatan,
tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar, meskipun
tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali
gravitasi.

b.      Metoda Magnetik
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu
barang magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat
ini mengatakan bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir
pada inti bumi. Setiap batang magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di
setiap titik permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang
penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang
intensitas dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara
normal memiliki intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada
permukaan bumi. Bijih yang mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek
langsung pada peralatan, sehingga dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magnetik sangat berguna dalam pencarian sasaran
eksplorasi sebagai berikut :
-        Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
-        Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
-        Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai
mineral ikutan
-        Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit
dalam jumlah cukup
-        Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku
yang mengandung mineral magnetik.

c.       Metoda Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi
banyak dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran
buatan dibuat dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari
permukaan bumi dan kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk
mengetahui kecepatan rambatan getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan,
disekitar titik ledakan dipasang alat penerima getaran yang disebut geofon
(seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara teratur di sekitar lobang ledakan
tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu ledakan dan waktu
kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan rambatan
waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi
struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan
kecepatan yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat
penerima gelombang yang dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang
di dasar laut.
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1.      Jenis batuan
2.      Derajat pelapukan
3.      Derajat pergerakan
4.      Tekanan
5.      Porositas (kadar air)
6.      Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)
H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih
besar (dibandingkan) :
1.      Batuan beku basa                            :   batuan beku asam
2.      Batuan beku                                    :   batuan sedimen
3.      Sedimen terkonsolidasi                   :   sedimen un-konsolidasi
4.      Sedimen unkonsolidasi                    :   sedimen un-konsolidasi
5.      Soil basah                                        :   soil kering
6.      B. sedimen karbonat                       :   batupasir
7.      Batuan utuh                                     :   batuan terkekarkan
8.      Batuan segar                                   :   batuan lapuk
9.      Batuan berat                                   : batuan ringan
10.  Batuan berumur tua                        : batuan berumur muda

d.      Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan.
Yang dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh
masa batuan sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau
dialiri listrik dari ujung ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-
meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai
sistem empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode
dipakai untuk memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current
electrode) disingkat C, dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage
yang timbul karena arus tadi, elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential
electode” disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut,
dua diantaranya banyak yang dipakai adalah cara Wenner dan cara Shlumberger.
Jenis-jenis metode geolistrik yaitu :

1.   Metode Tahanan Jenis


Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan
jenis listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip dasar metode resistivitas yaitu
mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan mengukur kembali potensial yang
diterima di permukaan. Faktor geometri diturunkan dari beda potensial yang terjadi
antara elektroda potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus
AB.Besarnya resistansi R dapat diperkirakan berdasarkan besarnya potensial sumber
dan besarnya arus yg mengalir. Besaran resistansi tersebut tidak dapat digunakan
untuk memperkirakan jenis material karena masih bergantung ukuran atau geometri-
nya. Untuk itu digunakan besaran resistivitas yang merupakan resistansi yang telah
dinormalisasi terhadap geometri. Ketika melakukan eksplorasi, perbandingan posisi
titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik tersebut akan
mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap
perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri.

2. Metode Polarisasi Terimbas (Induced Polarization)


Metode polarisasi terimbas (Induced Polarization) adalah salah satu metode
geofisika yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang terjadi di bawah
permukaan akibat adanya arus induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion
elektrolit dan mineral logam. Parameter yang diukur adalah nilai dari chargeability,
yaitu nilai dari perbandingan antara peluruhan potensial sekunder terhadap waktu.
Konfigurasi pengukurannya sama dengan metoda tahanan Jenis.Metode ini
umumnya digunakan untuk penelitian eksplorasi air tanah, geoteknik, ekplorasi
mineral, studi lingkungan, dan arkeologi. Peralatan metoda Polarisasi Terimbas yang
dimiliki oleh Pusat Survei Geologi, adalah sebagai berikut : IPR-12 Receiver dengan
TSQ-3 Transmitter Merk Scintrex.

3. Metode Potensial Diri


Metoda potensial diri pada dasarnya merupakan metoda yang menggunakan sifat
tegangan alami suatu massa (endapan) di alam. Hanya saja perlu diingat bahwa
anomali yang diberikan oleh metoda potensial diri ini tidak dapat langsung dapat
dikatakan sebagai badan bijih tanpa ada pemastian dari metoda lain atau pemastian
dari kegiatan geologi lapangan. Karena pengukuran dalam metoda potensial diri
diperoleh langsung dari hubungan elektrik dengan bawah permukaan, maka metoda
ini tidak baik digunakan pada lapisan-lapisan yang mempunyai sifat pengantar listrik
yang tidak baik (isolator), seperti batuan kristalin yang kering.
Ada dua macam teknik pengukuran Metode Potensial Diri yaitu:
1) Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu lagi bergerak
pada lintasannya.
2) Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara simultan, misalnya
dengan interval 50 m.

B.      Metoda tidak langsung cara geokimia


Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements)
pada batuan, tanah, stream, air atau gas.
Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang
kontras terhadap lingkungannya atau background geokimia.
Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada
zona mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara
satu titik atau batuan dengan titik lainnya.
Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan
mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita
cari. Proses untuk membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.
 
C.      Gabungan keduanya
Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.

Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota


serta apa-apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :
a.    Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli
1.    Geologist
2.    Geophysist
3.    Exploration Geologist
4.    Geochemist
5.    Operator Alat, dll

b.    Rencana biaya

c.    Pemilahan waktu yang tepat

d.    Penyiapan peralatan atau perbekalan


-     Peta dasar
-     Alat surveying, ukur atau GPS
-     Alat kerja : 
       1. Palu                                       5. Alat geofisika
2. Kompas                                 6. Alat sampling
3. Meteran                               7. Altimeter
4. Kantong sampel                   8. Alat bor dll
-     Alat tulis
-     Alat komunikasi
-     Keperluan sehari-hari
-     Obat-obatan atau P3K

e.    Sesampai di lapangan :
1.    Membuat base camp (perkemahan)
2.    Mencek peralatan atau perbekalan
3.    Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-
langkah lebih lanjut
4.    Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan
sebenatnya (bila perlu)

 
TUGAS SEMESTER PENDEK
TEKNIK EKSPLORASI

Oleh:

RON CHANDRA P.
2011 31 066

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2017

Anda mungkin juga menyukai