PERIWAYAT
1. Hadis Mutawatir
a. Pengertian
Secara etimologi, kata al-mutawatir adalah sebagai isim fail dari kata al-tawatur,
berarti al-tatabbu, artinya beruntun atau berturut- turut. Adapun secara terminologi,
ahli hadis mendefenisikannya sebagai berikut:
ًعمى
ٓ "هٌ وارًاي مجع حتَن العا ّد تٌاطؤهي ع ٓم الكذب عن وجموي ون أًه الشند اىل ونتواي
“(Hadis) al-mutawatir ialah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang
tidak mungkin sepakat berdusta dalam periwayatannya walaupun tidak sengaja
secara bersambung dari awal hingga akhir sanadnya serta didasarkaan pada
penglihatan atau pendengaran atau seumpamanya. "229
Menurut defenisi tersebut di atas dipahami bahwa persyaratan untuk kategori hadis
al-mutawatir bukan didasarkan pada kualitas ke-Islaman dan 'adalah perawi, tetapi
lebih ditekankan kepada jumlah perawi yang banyak disertai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
Hadis al-mutawatir dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu lafzi dan ma'nawi. Hadis
mutawatir al-lafzi adalah hadis yang diriwayatkan oleh jumlah perawi yang banyak,
dan para perawi tidak berbeda pendapat mengenai lafaznya, seperti hadis.
Adapun hadis al-mutawatir al-ma'nawi ialah hadis yang diriwayatkan dan berbagai
sumber dengan lafaz berbeda, namun semua perawi sepakat menggunakan satu
ma'na. Sebagai contoh hadis mutawatir :
Adapun hukum hadis al-mutawatir, baik yang lafzi maupun ma‟nawi, merupakan
hadis yang qath‟iyyu al-tsubut, memberi keyakinan yang sangat kuat tanpa diragukan
kebenarannya dan mengharuskan kita untuk menerima dan mempedomaninya.
2. Hadis Ahad
a. Pengertian
Secara etimologi, kata al-ahad adalah bentuk jama' dari ahad dengan makna al-
wahid, artinya sesuatu yang diriwayatkan secara perorangan. Menurut istilah ilmu
hadis, hadis ahad berarti ( وامل هٌ املتٌاتز ش ًزط جيىعHadis yang tidak memenuhi
syarat mutawatir).
أً ااٌل حد هٌوارًاي.االثنان فأكجز" ممامل تتٌفز فَى ش ًزط املش ٌور أً املتٌاتز
Hadis yang diriwayatkan yang oleh satu orang perawi, dua atau lebih, selama tidak
memenuhi syarat-syarat hadis masyhur atau hadis mutawatir.
Dengan demikian hadis Ahad secara terminologi adalah hadis yang tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana yang terdapat pada hadis mutawatir, yaitu
mencakup hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi pada satu thabaqat atau pada
semua thabaqat dan diriwayatkan oleh dua perawi atau lebih tetapi tidak mencapai
jumlah perawi tingkat mutawatir.
Dimaksudkan dengan persyaratan di sini adalah kuantitas perawi, yang mana pada
hadis ahad, kuantitas perawinya dibawah hadis mutawatir, yaitu mencakup hadis-
hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi pada suatu thabaqat tertentu atau pada
semua thabaqatnya dan diriwayatkan oleh dua atau tiga orang perawi atau lebih yang
jumlahnya tidak mencapai jumlah mutawatir.
Karena nilainya di bawah hadis mutawatir, maka hadis ahad hanya memberi
faedah zhanni, dan tidak qath‟i seperti hadis mutawatir. Karena itu untuk
mengamalkannya tergantung pada tingkat kualitas para perawinya dari setiap sanad
yang ada.
b. Pembagian Hadis Ahad
(a).Hadis Masyhur
Hadis masyhur ialah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari dua sanad atau
diriwayatkan dari sahabat oleh sejumlah perawi yang tidak mencapai, derajat
mutawatir, kecuali derajat mutawatir tersebut hanya pada thabaqat sesudah
sahabat dan seterusnya. Sedangkan Ibn Hajar mendefenisikan hadis masyhur ialah
hadis yang mempunyai lebih dari dua sanad tetapi tidak mencapai batas jumlah
sanad hadis mutawatir.
"البخار ًوشمي
ِ .
Mengenai koleksi hadis-hadis masyhur ini dapat dilihat pada beberapa kitab
sebagai berikut :
b) Kitab Kasyif al-Khafa‟ wa Muzil al-Ilbas „amna isytahara min al- ahadis
„ala alsinat al-Nas, oleh al-Ajluni.
c) Kitab Tamyiz al-Thayyib min al-Khabist fima yadhurru‟ala alsinat al-Nas
min al-ahadis, oleh ibn Diba‟ al-Syaibani al-Zabidi (wafat 997 H).
(b).Hadis ‘Aziz
Hadis 'Aziz ialah hadis yang diriwayatkan oleh sedikitnya dua perawi dalam
semua tingkatan sanadnya. Sebagai contoh adalah hadis :
Bahwa tidak kurang perawinya dari dua orang pada seluruh tingkatan sanad.
Definisi di atas menjelaskan bahwa hadis aziz adalah hadis yang perawinya
tidak boleh kurang dari dua orang pada setiap tingkatan sanadnya, namun boleh
lebih dari dua orang, dengan syarat bahwa pada salah satu tingkatan sanadnya
harus ada yang perawinya terdiri atas dua orang. Hal ini adalah untuk
membedakannya dengan hadis masyhur.
Hadis 'Aziz juga ada yang berkualitas shahih atau hasan atau dha'if apakah ia
tergolong al-gabul (diterima) atau al-radd (ditolak). Sedangkam hukumnya
adalah wajib di amalkan apabila memenuhi syarat al- gabul.243
Menurut bahasa, kata gharib adalah shifat musyabbahat yang berarti al-
munfarid atau al-ba‟id „an aqaribihi, yaitu ”yang menyendiri” atau “jauh dari
kerabatnya” Sedangkan gharib menurut istilah ilmu hadis adalah :
Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Hadis gharib nisbi ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari
seorang perawi pada asal sanad (perawi pada tingkat shahabat), namun di
pertengahan sanadnya terdapat tingkatan yang perawinya hanya sendiri (1
orang).
Contoh hadis gharib nisbi, adalah:
ْ الزهز عن أنص رضُ اهلل عنى أن النيب ص ٓم اهلل ع َمى ًسمي دخن
وك ِ وارًاي" والك عن
Hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari al-Zuhri dari Anas r.a.
bahwasanya Nabi SAW memasuki kota Makkah dan di atas kepalanya
terdapat al-mighfar (alat penutup/penutup kepala). (HR. Bukhari dan
Muslim)
Selain itu, disebut juga hadis gharib apabila diriwayatkan oleh seorang
perawi pada matan atau sanadnya terdapat tambahan yang tidak terdapat pada
sanad lain. Hadis gharib juga dapat bernilai shahih atau hasan atau dha‟if
tergantung pada kualitas yang dimiliki sanadnya. Di antara kitab koleksi
hadis-hadis gharib dapat diamalkan apabila memenuhi persyaratan al-qabul.