Anda di halaman 1dari 10

BAB II

RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Lingkup Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan yang Akan Ditelaah Dan Alternatif
Komponen Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan

A. Status dan Lingkup Rencana Usaha dan Atau Kegiatan Yang Akan Ditelaah

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor


P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019, pembangunan Mall Antasari, merupakan kegiatan
yang wajib menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Sebagai
langkah awal, maka disusunlah Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-
ANDAL).

B. Letak Kegiatan

Kegiatan Pembangunan Mall Antasari terletak di Jl. Antasari, Kelurahan Tanjung Baru,
Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung. Kegiatan ini memiliki batas lokasi sebagai
berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.


 Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan
 Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran dan
Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung.
 Sebelah Barat : Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin, Kabupaten
Pesawaran.

Pemilihan lokasi rencana pembangunan ini telah sesuai dengan kategori AMDAL C, dimana luas
lahan >10000 m²). Direncanakan luas Mall Antasari secara keseluruhan adalah 25.000 m²,
berada pada titik koordinat : 5°25′46.6″S 105°15′45.26″E

C. Kesesuaian Dengan Tata Ruang

Tujuan penataan ruang adalah mewujudkan Kota Bandar Lampung sebagai kota perdagangan
dan jasa yang aman, nyaman, dan berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
alami dan keanekaragaman hayati serta keserasian fungsi pelayanan lokal, regional dan nasional.
Terkait dengan tata ruang Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Popok-
Pokok Agraria (UUPA) yang mengharuskan adanya rencana tata guna tanah hanya mengatur
secara garis besar yaitu dalam Pasal 14 dan 15 UUPA. Pasal 14 hanya menentukan agar
pemerintah membuat rencana umum penggunaan tanah untuk berbagai macam kepentingan
masyarakat dan negara. Rencana umum tersebut kemudian dapat dijabarkan dalam bentuk yang
lebih detail oleh Pemerintah Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota). Pasal 15 hanya menentukan
agar dalam penggunaan tanah tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan hidup termasuk
terpeliharanya tingkat kesuburan tanah. Demikian juga yang diatur di dalam UU No. 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang yang telah diganti dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, hanya mengatur secara garis besarnya. Dari dua pasal UUPA dan ketentuan
dalam UUPR tersebut belum jelas mengenai model perencanaan penggunaan tanahnya.

Untuk memperoleh lokasi yang sesuai, faktor-faktor tertentu harus diperhatikan antara lain: data
kemampuan fisik tanah, keadaan sosial ekonomi masyarakat dan keadaan lingkungan hidup.
Penamaan model terbuka diberikan oleh Ir. Horasman Sitanggang, sedangkan ide model terbuka
banyak dikemukakan oleh pejabat-pejabat dari Direktorat Tata Guna Tanah Ditjen Agraria
Departemen Dalam Negeri. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam model terbuka perencanaan
penggunaan tanah/ruang adalah:

1) Rencana penggunaan ruang tidak menggariskan kegiatan yang harus diletakkan, tetapi
meletakan kegiatan yang telah digariskan. Maksudnya bahwa kegiatan merencanakan
penggunaan ruang bukan kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan kegiatan
lanjutan dari kegiatan di bidang lain, terutama bidang ekonomi. Jadi rencana penggunaan
ruang baru ada apabila rencarta pembangunan, khususnya pembangunan bidang ekonomi
sudah ditetapkan. Lebih lanjut para perencana pembangunan (ekonomi) dapat disebut sebagai
pencipta kegiatan dan para perencana penggunaan ruang dapat disebut sebagai peletak
kegiatan. Peletak kegiatan harus meletakan setiap kegiatan pembangunan di lokasi tanah yang
sesuai dengan jenis kegiatannya. Kesesuaian tersebut akan mencipatakan penggunaan
tanah/ruang yang memenuhi asas optimal lestari.

2) Tersedianya peta penggunaan ruang/tanah bukan merupakan suatu tujuan. Peta penggunaan
tanah berfungsi sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan pembangunan secara
keseluruhan yaitu sebesar-besar kemakmuran rakyat.
3) Tanah/ruang itu sendiri tidak dapat memberikan suatu manfaat bagi manusia. Justru kegiatan
yang ada di atas tanah/ruang yaitu pembangunan yang memberikan manfaat dan
kemakmuran. Oleh karenanya kegiatan merencanakan tata ruang tidak bisa lepas dari kegiatan
pembangunan secara keseluruhan.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka pemberian izin pembangunan Pasar Modern (toko
modern, minimarket, mall) Antasari di Bandar Lampung telah sesuai dengan ketentuannya.
Terkait Pendirian pasar modern, minimarket dan mall, telah diatur di dalam UUPA, UU Tata
Ruang, Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern, Permendag No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Perda Kota Bandar
Lampung No. 10 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030)
(sebelumnya diatur dalam Perda No 4 tahun 2004, untuk 2005-2015), dan Perwalikota Bandar
Lampung No. 17 Tahun 2009 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar
Lampung. Perda Kota BL No. 10 tahun 2011, Pasal 53 mengatur bahwa Kawasan Perdagangan
dan Jasa dibagi menjadi tiga (lihat Pasal 40 ayat (3)) meliputi:

a. pasar tradisional;

b. pusat perbelanjaan; dan

c. toko modern.

Pengembangan pusat perbelanjaan meliputi:

a. dipusatkan di kawasan pusat kota Tanjung Karang;

b. pengembangan diarahkan pada penataan, peremajaan, dan pemantapan;

c. mengembangkan pusat perbelanjaan baru di setiap SPPK yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku; dan

d. menyediakan areal parkir seluas kebutuhan parkir, RTH, dan ruang untuk kegiatan sektor
informal.
D. Kegiatan Eksisting

Peraturan perundangan-undangan di Kota Bandar Lampung terkait peraturan daerah, peraturan


gubernur, peraturan walikota maupun peraturan lainnya yang mendukung seluruh tahapan proses
perencana penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Bandar Lampung
diperkuat dengan adanya peraturan daerah dan peraturan lainnya.

Tabel 2.1 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota terkait Penataan Bangunan dan


Lingkungan di Kota Bandar Lampung.

Sumber : Bappeda Kota Bandar Lampung, 2015

Pada perencanaan Mall Antasari berdasar pada Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang
Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung 2011-2030 telah sesuai dan membutuhkan dokumen
lingkungan serta Evaluasi Lingkungan tingkat lanjut.

E. Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Di rencanakan Mall Antasari

Berikut rencana kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan di


Kawasan Mall Antasari:

 Pengelolaan Kualitas Udara :

1. Menanam tanaman penghijauan di sepanjang jalan di dalam Kawasan Mall Antasari yang
tidak hanya berfungsi estetis, namun juga ekologis.
2. Pembuatan taman mini di pintu masuk menuju parkiran Mall Antasari.

3. Pembersihan badan jalan dari debu, serta drainase secara manual oleh petugas kebersihan
pada pagi, siang, dan sore hari. Selain itu juga telah dioperasikan mesin penyapu jalan
(Road Sweeper) setiap hari sebanyak 1 unit kapasitas 2,5 m3 pada pagi hari.

4. Perawatan dan uji emisi genset setiap setahun sekali.

 Pengelolaan Perairan :

1. Penyediaan air bersih dengan menjaga kualitas air yang nantinya digunakan pengunjung
Mall Antasari

2. Pengambilan sampah perairan atau irigasi sektar Mall Antasari selanjutnya diangkut oleh
pihak ketiga ke TPA/TPST.

3. Melakukan maintenance dredging di daerah sekitar Mall Antasari setiap setahun sekali.

 Pengelolaan Sampah :

Sampah dari kegiatan operasional, domestik pertokoan, dan tempat makan akan dikumpulkan di
TPS, selanjutnya diangkut ke TPA/TPST oleh pihak ketiga.

 Pengelolaan Limbah B3 :

Limbah B3 di Mall Antasari, dihasilkan dari kegiatan maintenance peralatan dan limbah B3 dari
kegiatan masing-masing pertokoan yang ada di dalam Mall. Limbah B3 ini akan dikumpulkan
pada Reception Facility di Mall Antasari, kemudian diserahkan pada pihak ketiga yang
mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup RI.

 Pengelolaan Lalu Lintas

1. Pelebaran jalan dalam Kawasan Mall Antasari selebar 8-14 m , menghindari kemacetan.

2. Perkuatan jalan dengan mengunakan konstruksi beton.

3. Pengaturan lalu lintas oleh petugas Kesatuan Polisi Pengamanan Lalulintas.

4. Pemasangan rambu- rambu dan marka.


5. Menyediakan tempat parkir yang luas.

F. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Mall Antasari

Pelaksanaan kegiatan pembangunan Mall Antasari terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu pra
konstruksi, konstruksi, dan operasi. Rincian masing-masing kegiatan pada tahap tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Konstruksi

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pra konstruksi adalah pengurusan perizinan, di mana
kajian lingkungan berupa dokumen AMDAL ini adalah salah satu prasyarat perizinan tersebut.
Selain itu juga akan dilakukan pembebasan lahan di wilayah Kelurahan Tanjung Baru untuk
kepentingan jalan akses Parkiran dan Mall. Berikut adalah rincian dari kegiatan pra konstruksi :

a) Perizinan dan Survei Pendahuluan

Kantor Otoritas Mall Antasari bersama-sama dengan PT. Waskita akan melakukan pengurusan
perizinan yang terkait dengan kegiatan Rencana Pembangunan Mall baru, baik di tingkat
nasional maupun di tingkat provinsi.. Adapun survei pendahuluan yang telah dilakukan untuk
melengkapi studi-studi yang diperlukan antara lain: Feasibility Studi (FS), Detailed Engineering
Design (DED), Bathimetri, Geologi, Hydrografi, dan lain-lain.

b) Pembebasan Lahan

Pembebasan lahan dilakukan terkait rencana pembangunan jalan akses ke Mall Antasari yang
trasenya dimulai dari Jalan Antasari Barat sepanjang 950 m dan untuk keperluan
pembangunannya. Status lahan tersebut merupakan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) PT. Waskita.

Saat ini, sebagian lahan untuk trase jalan tersebut telah digunakan oleh masyarakat untuk
pemukiman. Oleh karena itu PT. Waskita dan Kantor Otoritas akan melakukan kegiatan
pembebasan lahan. Adapun lahan yang akan dibebaskan pada Kelurahan Kalibaru Tanjung Baru
seluas ± 25.000 m². Diperkirakan jumlah kepala keluarga yang terkena pembebasan sekitar + 470
KK. Besaran pembebasan lahan secara detail akan dijelaskan pada dokumen ANDAL, karena
pada saat KA ANDAL ini disusun, studi tentang pembebasan lahan sedang berlangsung sejak
Januari 2020.
Proses penetapan harga dan pembayaran akan dilakukan berdasarkan hasil appraisal dari
konsultan pembebasan lahan, pertimbangan permintaan warga, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP),
harga pasaran dan peraturan yang berlaku. Pembebasan lahan ini dilakukan dengan cara
musyarawah kekeluargaan dan sesuai dengan UU No. 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. PT. Waskita dan Kantor Otoritas berencana
akan melakukan pembayaran langsung ganti rugi lahan sesuai kesepakatan. Lokasi pemukiman
baru untuk warga yang terkena pembebasan lahan diserahkan pada masing-masing kepala
keluarga setelah mendapatkan ganti rugi. Untuk aset-aset pemerintahan yang terkena
pembebasan lahan seperti fasilitas publik, tiang listrik, pos polisi, pos adpel, dan lain-lain akan
diganti atau dibangun kembali pada tempat lain. Lahan yang dibebaskan tidak hanya digunakan
untuk jalan akses ke Terminal Kalibaru, melainkan juga untuk areal perkantoran, lokasi TPS dan
genset/power house. Jika pemilik lahan menolak dibebaskan atau belum ada kesepakatan, maka
akan dilakukan konsinyasi dengan pihak pengadilan.

c) Pembongkaran dan Pembersihan Lahan

Kegiatan pembongkaran dan pembersihan lahan akan dilakukan pada lahan yang telah
dibebaskan seluas ± 20 Ha, meliputi RW 08, 09, 10. Pembongkaran bangunan dilakukan oleh
pemiliki setelah mendapatkan penggantian, sehingga Material dapat digunakan kembali oleh
pemiliki bangunan. Sisa material yang tidak diambil oleh pemilik akan dibersihkan dan diangkut
oleh kontraktor pelaksana keluar lokasi kegiatan. Volume bongkaran yang akan diangkut oleh
kontraktor adalah sebesar ± 1.200 m 3 , dengan menggunakan 10 truck per hari. Kegiatan ini
berlangsing selama 20 hari.

2. Tahap Konstruksi

Pada pembangunan Jangka Pendek 2020-2027, kegiatan konstruksi pembangunan Terminal


Kalibaru secara umum akan meliputi pembangunan awal pada lantai dasar membangun pondasi,
jalur sistem plambing, drainase dan septictank pembuangan limbah, kemudian lantai kedua, dan
seterusnya hingga lantai paling atas. Selanjutnya membangun, gedung yang berfungsi sebagai
parkiran bertingkat, guna mengefesiensikan lahan untuk memuat lebih banyak kendaraan
nantinya.
1) Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Pada tahap konstruksi akan dilakukan penerimaan tenaga kerja lokal, khususnya dari
wilayah kelurahan-kelurahan terdekat di sekitar lokasi, dan yang memenuhi persyaratan,
akan diprioritaskan untuk bekerja. Sistem kerja untuk tenaga kerja konstruksi akan diatur
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan perencanaan kerja
proyek, sehingga keselamatan tenaga kerja akan terjamin dan efisiensi pelaksanaan
pekerjaan akan tercapai. Kesepakatan kerja dengan waktu tertentu sesuai dengan
Keputusan Presiden No. 4 tahun 1980 tentang Wajib Lapor Lowongan Kerja. Di samping
itu, dalam proses penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi akan dilibatkan juga pihak
kecamatan, kelurahan, serta tokoh masyarakat. Untuk tenaga kerja antar daerah yang
berasal dari kota/kabupaten atau provinsi lain, dapat direkrut berdasarkan persyaratan-
persyaratan khusus/tertentu dengan mengutamakan tenaga kerja yang memiliki
pengalaman dan keterampilan khusus pada bidangnya.
2) Mobilisasi Alat Berat dan Material
Mobilisasi kendaraan yang akan digunakan untuk pengangkutan bahan dan material serta
peralatan proyek untuk konstruksi, instalasi, mekanikal, elektrikal, maupun untuk
kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana. Jenis kendaraan pengangkut adalah dump
truck. Kebutuhan beton pracetak untuk pembangunan sebanyak 152.093 m3, . Dibawa
melalui darat menggunakan 18.242 truck yang berkapasitas 8 m3, per truck. Pelaksanaan
pekerjaan beton pracetak direncanakan selama 2.400 hari sehingga akan beroperasi 16 unit
truck perharinya. Kebutuhan material beton yang akan dicor di lapangan (insitu) sebanyak
172.483 m3, . Beton insitu tersebut akan membutuhkan ± 86.000 ton semen, 89.000 m3,
pasir, 119.000 m3, batu pecah, dan 37.000 ton air. Untuk kebutuhan semen, akan diangkut
dengan menggunakan 4.312 truck yang berkapasitas 20 ton,sehingga akan diangkut
dengan 4 truck perharinya. Untuk kebutuhan batu pecah, akan diangkut dengan
menggunakan 7.934 truck yang berkapasitas 15m3, sehingga akan diangkut dengan 7 truck
perharinya. Untuk kebutuhan air, 50% berasal dari pipa PDAM, sedangkan sisanya akan
dibawa dengan menggunakan 3.700 mobil tangki, sehingga per harinya akan digunakan 3
mobil untuk mengangkut kebutuhan air tersebut.

3. Tahap Operasional
1) Mobilisasi Tenaga Kerja

Kegiatan pengelolaan pelabuhan akan dilakukan pada kantor operasional (container office).
Tenaga kerja yang akan bekerja pada Terminal Kalibaru pada tahap operasi diperkirakan
sebanyak ± 1.200 orang dengan rincian sebagai berikut :

Operator : 120 unit x 3 orang = 360orang

Pengawas : = 10 orang

Supir Terminal Tracktor & chassis : 210 unit x 3 orang = 630 orang

Karyawan Terminal Operator : = 150

orang Lain-lain (security, kebersihan) : = 50 orang +

Jumlah = 1.200 orang

3) Pengadaan Sumber Energi

Sumber energi yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional seluruhnya berasal
dari PLN (185 MW) dan genset akan digunakan sebagai cadangan dengan kapasitas 4 MW.

4) Aktivitas Lalu Lintas


Jaringan jalan akan memanfaatkan jaringan Jalan Akses Terminal Kalibaru. Jalan ini akan
menyatu dengan Jalan kawasan dan terintegrasi dengan Jalan Cilincing Raya.
5) Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Direncanakan
a. Pengelolaan Penghijauan

Pengelolaan penghijauan akan dilakukan dengan mengunakan pot di areal malll, sedangkan
untuk di jalan akses akan ditanam tanaman sepanjang jalan akses yang berfungsi sebagai green
buffer. Tanaman yang ditanam akan disesuaikan dengan tanaman yang biasa hidup di daerah
perkotaan, seperti Cassia fistula, Cassia javvanica, Terminalia mantaly, Alstonia angustiloba.

b. Penanganan Limbah Padat

Limbah padat yang akan dihasilkan oleh Mall Antasari berasal dari sisa aktivitas domestik dan
sampah dari kegiatan aktivitas di dalam Mall. Penanganan limbah padat akan dipilah pada thrash
bin (terbagi menjadi limbah organik dan anorganik) sesuai yang diamanatkan oleh UURI No.18
tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, selanjutnya limbah padat ini akan bawa ke TPS
dikelola oleh petugas kebersihan, untuk Limbah organik dan limbah anorganik non ekonomis
akan dibawa ke TPA/TPST milik Pemprov Bandar Lampung oleh Suku Dinas Kebersihan
Jakarta Utara. Untuk limbah padat anoganik yang bersifat ekonomis seperti kardus, sisa palet
rusak, dan lain-lain akan diserahkan pihak ketiga untuk digunakan kembali (Re-Cycle) Prakiraan
limbah padat yang dihasilkan oleh kegiatan domestik Mall pada kondisi maksimal adalah :

Domestik Pekerja : 1.200 orang x 1 liter : 1,2 m3/hari

Domestik pengunjung : 1000 orang x 0,25 liter : 0,0025 m3 /hari

Limbah Domestik dari Kapal : 2 m3 /hari

TOTAL : 6,225 m3/hari

c. Penanganan Limbah B3

Limbah B3 di Mall Antasari dihasilkan dari kegiatan maintenance peralatan dan limbah B3 dari
kegiatan dalam Mall Antasari. Limbah B3 ini akan dikumpulkan pada Reception Facility di Mall
Antasari. Kemudian akan di angkut oleh pihak ketiga.

d. Penanganan Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan terdiri dari kegiatan domestik, limbah cair domestik ini terdiri dari
Grey water dan Black Water. Langsung melakukan . Rencana sistem drainase pada Mall
Antasari mengarah ke kolam pelabuhan dan perairan sebelah utara. Drainase-drainase tersebut
akan dilengkapi dengan sedimen trap (box control).

2.2. Alternatif yang akan dikaji

Berdasarkan hasil studi DED, maka tidak ada alternatif lokasi, teknologi, maupun sistem yang
akan dikaji dalam AMDAL.

Anda mungkin juga menyukai