Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dyah Fauziah Hasanah

NIM : 201910330311021
Fakultas Kedokteran

GERAKAN ISLAMISASI NUSANTARA

Islam adalah Agama yang dibawah oleh Nabi Muhammad saw yang berkembang
di Jazirah Arab pada abad ke 7 M. Nabi Muhammad SAW menyiarkan Islam dalam 2
tahapan, yaitu Mekkah selama 13 tahun dan Madinah selama 10 tahun. Ketika Nabi
Muhammad SAW wafat kepemimpinan Islam dilanjutkan oleh para pengikutnya yang
dikenal dengan Chulafaur Rasyidin tahun 613- 656 M, yaitu :
Abu bakar Sidiq ( 11 H- 13 H /632-634 M)
Umar bin Khottab ( 13-23 H /634- 644 M)
Usman bin Affan ( 23-35 H/644-656 M)
Ali bin Abu Thalib ( 35-40 H/656- 661 )
Setelah Ali terbunuh kepemimpinan dilanjutkan oleh Putranya Hasan bin Ali,
demi menjaga keutuhan Umat Islam Hasan bin Ali menyerahkan kepemimpinan
kepada Muawiyah bin Abu Sofyan.
Pada masa pemerintahan Abu Sofyan sistem demokrasi/musyawarah berakhir dan
diganti dengan sistem dinasti. sistem kerajaan Khalifah dipegang secara turun
temurun, dinasti Umayyah berkuasa sampai tahun 750 M yang kemudian dilanjutkan
oleh Bani Abbasyiah sampai tahun 1258 M ketika Bagdad dikuasai oleh bangsa
Mongol, masa inilah berakhirnya kejayaan Islam.

Perkembangan Islam sangat pesat sejak masa kepemimpinan Nabi Muhammad


SAW sampai di Bani Abbasiyah, faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu
demikian cepat antara lain :

1.Islam disamping mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama


yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.

2.Dalam dada para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban
menyerukan ajaran Islam (dakwah ) seluruh dunia .Disamping itu,suku-suku
bangsa Arab gemar berperang .Semangat dakwah dan kegemaran berperang
tersebut membentuk satu kesatuan yang terpadu dalam diri umat Islam
3.Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan
toleransi, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam
(Badri yatim 1993 : 41 )
TEORI-TEORI ISLAMISASI NUSANTARA

1. Teori Gujarat

Sejumlah ilmuwan yang kebanyakan berasal dari Belanda menyimpulkan bahwa


Islam di Nusantara berasal dari Gujarat, India. Pijnappel berpendapat bahwa
Islam di Nusantara berasal dari orang-oraang arab yang bermigrasi dan menetap
di India kemudian membawa agama Islam ke Indonesia. Ilmuwan lain bernama
Moqquete juga berpendapat sama dengan mengaitkan tentang bentuk batu nisan
yang ada di Pasai dengan batu yang ada di India, namun teorinini ditentang oleh
Fatimi dengan penelitiannya bahwa batu nisan di Pasai ini lebih mirip dengan
batu yang ada di Bengal.

2. Teori Makkah

Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalis PTAIN ke-8 di
Yogyakarta (1958), sebagai antitesis untuk tidak mengatakan sebagai koreksi- teori
sebelumnya, yakni teori Gujarat. Di sini Hamka menolak pandangan yang
mengatakan, bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari
Gujarat. T.W. Arnold dalam The Preaching of Islam: a History of the Propagation
of the Muslim Faith menulis bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 SM telah
menguasai perdagangan di Ceylon. Menurut Suryanegara bila dihubungkan dengan
penjelasan kepustakaan Arab kuno di dalamnya disebutkan al-Hind sebagai India atau
pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai
pulau-pulau Cina, maka besar kemungkinan pada abad ke-2 SM, bangsa Arab telah
sampai ke Indonesia. Bahkan sebagai bangsa asing yang pertama datang ke
Nusantara. Karena bangsa India dan Cina baru mengadakan hubungan dengan
Indonesia pada abad 1 M. Sedangkan hubungan Arab dengan Cina terjadi jauh lebih
lama, melalui jalan darat menggunakan "kapal sahara", jalan darat ini sering disebut
sebagai "jalur sutra", berlangsung sejak 500 SM. Hamka juga mempunyai
argumentasi lain yang menjadikan dirinya begitu yakin, bahwa Islam yang masuk ke
Nusantara berasal dari daerah asalnya; Timur Tengah, yaitu pengamatannya pada
masalah madzhab Syafi'i, sebagai madzhab yang istimewa di Makkah dan
mempunyai pengaruh terbesar di Indonesia. Analisis pada madzhab Syafi'i inilah,
yang menjadikan Hamka berbeda dengan sejarawan Barat atau orientalis.
Pengamatan ini dilupakan oleh para sejarawan Barat sebelumnya, sekalipun mereka
menggunakan sumber yang sama, yakni laporan kunjungan Ibnu Battutah ke
Sumatera dan Cambay. Tetapi karena titik analisisnya adalah permasalahan
perdagangan, sehingga yang terbaca adalah barang yang diperdagangkan dan jalur
perdagangannya. Sebaliknya Hamka lebih tajam lagi merasuk pada permasalahan
madzhab, yang menjadi bagian isi laporan kunjungan tersebut.

3. Teori Persia

Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa
agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat,
sedangkan waktunya sekitar abad ke-13. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya
kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia, yang
dirasakan memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963: 139-140). Di
antaranya persamaan tersebut adalah: Pertama, Peringatan 10 Muharram atau
Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini
berbentuk pembuatan bubur Syura. Kedua, adanya kesamaan ajaran antara Syaikh
Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada
310H/922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga
memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat
mempelajarinya. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf
Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-Qur’an tingkat awal.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

1. Penyebaran Islam melalui kaum pedagang yang masuk ke Nusantara

2. Penyebaran Islam melalui peranan bandar-bandar di Indonesia

3. Penyebaran Islam melalui perkawinan

4. Penyebaran Islam melalui peran para Wali dan Ulama

5. Penyebaran Islam melalui Pondok Pesantren

6. Penyebaran Islam melalui Tasawuf.

7. Penyebaran Islam melalui kesenian.

8. Penyebaran Islam melalui Kekuasaan (Politik)


CORAK ISLAM DI INDONESIA

Islam di Indonesia pada dasarnya memiliki corak dan karakter yang beragam, baik
dari sisi pemikiran maupun gerakan. Keragaman ini tercermin dari jumlah organisasi
keislaman dan kelompok kepentingan atas nama Islam yang dari waktu ke waktu
semakin bervariasi. Dari sisi gerakan dan organisasi massa, kita mengenal ada
Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, al-Washliyyah, al-Irsyad, Nahdlatul
Wathan, Perti, DDI, al- Khairat, Ijabi, dan lain-lain. Dalam organisasi kepemudaan,
ada PMII, HMI, IMM, Hima Persis, PII, KAMMI, dan sejenisnya. Sedangkan dalam
kelompok kepentingan, ada Forum Komunikasi Ahlussunnah wal Jama’ah
(pimpinan Ja’far Umar Thalib), DDII, FPI, Hizbut Tahrir, KISDI, Lasykar Jihad,
PPMI, Ikhwanul Muslimin, Majlis Mujahidin, dan lain-lain. Dalam partai politik,
ada PKB, PNU, PKNU, PKS, PPP, PSI, PMB, PAN, PBB, dan lain-lain. Dari sisi
pemikiran, kita mengenal ada sejumlah kategori yang biasa dilekatkan dalam
pemikiran Islam di Indonesia, yakni Islam tradisionalis, Islam modernis, Islam neo-
tradisionalis, Islam neo-modernis, Islam liberal, Islam post- tradisionalis, Islam
radikal, Islam ekstrim, Islam moderat, Islam fundamentalis, Islam kanan, Islam kiri,
dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai