Anda di halaman 1dari 7

MID-TERM EXAMINATION

SOSIOLOGI POLITIK

PSI202 – POL31

NAMA : GHINA KHAIRUNNISA UTAMI

NIM : 1191004030

Jelaskan model/cara melakukan sosialisasi politik, partisipasi politik, dan perekrutan politik di
negara :

1. Totaliter
Konsep totalitarianisme mengarah pada sebuah sistem politik yang mana
kekuasaan suatu negara bersifat absolut sehingga disebut juga dengan ‘total state.’
Dalam negara yang menganut paham totalitarianisme, mereka memiliki kelompok yang
berkuasa atas suatu negara yakni pemimpin negara atau partai politik dimana negara
tersebut diatur dan dijalankan dengan peran tunggal sesuai kehendak mereka sehingga
disebut dengan negara totaliter. Contoh negara totaliter ialah Korea Utara dimana negara
ini memiliki politik yang dikuasai oleh satu partai yaitu Partai Buruh Korea. Kekuasaan di
Korea Utara juga berupa kekuasaan tunggal dimana hal inilah menjadi ciri khas
kediktatoran. Pemimpin di Korea Utara bersifat diktator karena mereka merupakan
lambang perwujudan tekad dan keinginan partai serta mengorganisir kegiatan
sosiopolitik dalam bangku kedudukan teratas.
Dalam melakukan sosialisasi politik, negara totaliter memunculkan pembentukan
ideal masyarakat yang secara represif dan terror yang biasanya berupa bentuk
pembuatan hukum secara sepihak oleh penguasa negara. Negara totaliter memiliki
pemerintahan tunggal sehingga sosialisasi politik mereka pada masyarakat juga terbentuk
melalui nilai ideal kehendak penguasa negara seperti misalnya kontrol terhadap sistem
pendidikan, kontrol terhadap komunikasi massa, dan kontrol terhadap aktivitas ekonomi
menjadikan hal-hal tersebut sebagai upaya penguasa untuk mendominasi segala bidang
kehidupan di masyarakat.
Adapun bentuk partisipasi politik dalam negara dengan sistem totaliter ialah
sistem ini sangat membutuhkan dukungan dari masyarakat sipil ataupun anggota partai.
Mereka melakukan partisipasi politik pada negaranya dalam bentuk dukungan massa
karena rezim totalitarian sangat bergantung pada hal tersebut. Hal ini memiliki akar pada
terbentuknya negara totaliter membutuhkan kepatuhan dari masyarakat dan partai yang
menjunjung ideologi nasionalisme dimana nasionalisme sendiri ialah suatu paham yang
mana kecintaan terbesar harus pada sesuatu yang besar pula, layaknya pemerintah.
Berkenaan dengan perekrutan politik di negara totalitarian, rekrutmen politik
dibendung oleh partai politik yang berfungi untuk menyeleksi kepemimpinan dan penerus
partai yang berkualitas. Biasanya negara totaliter menganut sistem satu partai tunggal
dan disimbolkan pada satu sosok pemimpin (the dictator). Selain itu, anggota partai
adalah sekolompok orang-orang elite, orang-orang yang teredukasi dan orang-orang yang
paling loyal terhadap negara, yang memiliki tugas secara khusus untuk melayani negara.
2. Monarki
Negara monarki ialah negara yang memiliki model pemerintahan yang dipimpin
oleh raja atau ratu yang mana mereka berfungsi sebagai kepala eksekutif. Suatu negara
dikatakan berbentuk kerajaan (monarki) apabila penentuan kepala negara didasarkan
atas prinsip pewarisan dan pengambilan keputusannya dilakukan tidak melalui forum
majelis yang merepresentasikan kepentingan rakyat. Monarki memiliki sifat dasar berupa
kompetisi untuk memperlihatkan kekuasaan tertinggi negara. Contoh dari negara yang
memiliki sistem politik monarki ialah Brunei Darussalam dan Arab Saudi. Rakyat di negara-
negara tersebut cenderung sejahtera karena mendapatkan tunjangan dari negara seperti
kesehatan gratis, pendidikan gratis, dan tidak ada pajak penghasilan.
Negara monarki dalam menerapkan sosialisasi politiknya cenderung dianggap
mahal karena negara dengan sistem politik ini harus membiayai gaji keluarga dan
pangeran dalam hidupnya serta menyejahterakan rakyat dengan sempurna. Tetapi,
kelebihannya ialah di negara monarki memiliki kecenderungan konflik yang rendah ketika
masa pergantian pemerintahan. Raja yang berkuasa dapat melakukan penilaian terhadap
putera mahkota yang secara bertahap sudah mendelegasikan berbagai kewenangannya.
Bentuk partisipasi politik di negara monarki dilakukan oleh putera mahkota yang
memiliki wewenang ktika saatnya menggantikan raja yang berkuasa. Tidak ada kampanye
bagi calon pemimpin untuk membujuk rakyatnya di negara monarki karena walaupun
rakyat tidak menyukai dirinya sebagai raja, makai a akan tetap menjadi raja karena di
negara monarki jika seorang pemimpinnya sudah bertitah maka rakyatnya harus
mengikuti kehendaknya. Begitu pula dengan konsep perekrutan politik di negara monarki
dimana dinasti selalu mendapatkan kewenangan untuk memimpin negeri dibandingkan
rakyat biasa.
3. Demokratis
Dalam negara yang memiliki sistem pemerintahan demokrasi, kekuasaan tertinggi
berada di tangan rakyat yang bersifat monostik dan mutlak. Kekuasaan tersebut dibatasi
oleh kesepakatan yang ditentukan sendiri secara bersama-sama oleh rakyat dan
dituangkan kedalam konstitusi yang juga disusun dan disahkan bersama-sama. Demokrasi
dapat diartikan juga sebagai sebuah gagasan kedaulatan rakyat yang bersifat total dari
rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan bersama rakyat. Setiap negara demokrasi memiliki
sistem tersendiri untuk melaksanakan gagasan tersebut. Contoh negara yang memiliki
sistem politik demokratis ialah Indonesia dan Amerika Serikat. Terdapat perbedaan dalam
melaksanakan kedaulatan rakyat di kedua negara tersebut, salah satunya perbedaan
sistem pemilihan umum yang digunakan sebagai mekanisme demokrasi dalam memilih
wakil rakyat yaitu antara sistem distrik dan sistem proposional. Sebagai sebuah sistem
yang diterapkan dalam sistem politik dan Undang-Undang Dasar, hingga saat ini belum
ada ukuran baku untuk menetapkan bahwa sebuah sistem pemerintahan parlementer
dan sistem pemilu proposional lebih demokratis dari pada sistem parlementer
presidensial dan sistem pemilu distrik. Perbedaan pelaksanaan asas demokrasi antara
Amerika Serikat, Inggris dan Perancis, misalnya tidak akan menyebabkan derajat
demokrasi negara- negara tersebut kemudian menjadi berbeda atau dikatakan bahwa
sistem Amerika Serikat lebih demokratis dibandingkan Inggris atau Perancis. Sebuah
sistem pasti mempunyai kelebihan dalam melakukan perubahan dalam sistem
pelaksanaan asas kedaulatan rakyat. Begitupula dengan Indonesia yang menerapkan
sistem pemerintahan yang presidensial dan sistem pemilu yang proporsional.
Negara demokratis melakukan sosialisasi politik, partisipasi politik, dan
perekrutan politik melalui partai politik karena tujuan dari partai politik ialah untuk
mendapatkan kekuasaan politik di suatu negara dengan cara konstitusional demi
melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Antar anggota dalam partai politik memiliki
orientasi, nilai, dan cita-cita yang sama serta biasanya dimonopoli oleh sekelompok
anggota partai yang terkemuka. Sosialisasi politik di negara demokrasi dapat dilakukan
melalui partai politik karena salah satu tujuannya ialah membentuk budaya politik di
suatu negara. Partai politik juga dapat digunakan sebagai sarana partisipasi politik karena
salah satu fungsi partai politik ialah menampung aspirasi masyarakat. Aspirasi masyarakat
yang dibendung oleh partai politik digunakan untuk memengaruhi kebijakan-kebijakan
pemerintah dan dikondisikan sesuai keinginan rakyat. Selain itu, partai politik juga
digunakan sebagai sarana perekrutan politik karena dapat membuka kesempatan bagi
warga negara untuk berpartisipasi terhadap negaranya yang juga partai politik melahirkan
kader-kader yang potensial untuk persaingan politik dalam suatu pemerintahan.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan :

1. Social Movement as Resource Mobilization


Teori ini digunakan untuk menyamakan antara perilaku gerakan sosial (social
movement behavior) dengan perilaku politik (political behavior) yang memandang bahwa
keberadaan struktur pemerintah menentukan akses kelompok terhadap sumberdaya
masyarakat. Pendekatan ini juga menganalisis bagaimana para aktor gerakan sosial
berinteraksi dengan lingkungannya untuk mengembangkan kepentingan mereka.
Gerakan sosial sebagai bagian dari mobilisasi sumber daya ditujukan untuk
mempengaruhi suatu kebijakan pemerintah melalui proses politik karena gerakan sosial
yang biasanya dilakukan secara berkelompok lebih mudah melakukan mobilisasi karena
memiliki jaringan komunikasi yang baik. Selain itu, pendekatan ini juga melihat gerakan
sosial dari segi dukungan dan fenomenanya.
Teori ini memiliki beberapa argumen antara lain pertama, setiap sumber daya
dimobilisasikan sebagai pendukung dari luar suatu gerakan sosial. Kedua, gerakan sosial
dikontrol oleh uang dan tenaga kerja. Ketiga, sumber daya yang dimaksud ialah ilmu
pengetahuan, uang, media, tenaga kerja, solidaritas, dan legitimasi. Keempat, indvidu
harus mampu memobilisasi sumber daya secara efektif. Kelima, waktu dan tenaga kerja
adalah kunci daripada efektivitas gerakan sosial. Contoh dari hal ini ialah terbentuknya
gerakan sosial pada era Orde Baru tahun 1998 oleh kaum muda seperti mahasiswa untuk
menghantarkan bangsa Indonesia ke arah demokrasi.
2. Social Movement as Social Creativity
Merupakan sebuah gerakan sosial dimana hal ini sebagai sebuah mode aksi baru
yang berjalan dengan mengubah budaya daripada mencoba mengatur agenda politik dan
mempengaruhi pengambilan keputusan. Pendekatan ini cenderung mengarah pada
struktur horizontal dalam masyarakat daripada konsep hierarki. Gerakan sosial ini
menghasilkan fokus lebih besar untuk mengubah identitas sosial dan hubungan control
sosial budaya dalam masyarakat yang kerap kali menjadi perdebatan. Contohnya ialah
gerakan sosial dalam era globalisasi dengan menerapkan konsep konektivitas digital
seperti aksi radikal ISIS yang terjadi di berbagai belahan dunia dimana menunjukkan peran
media digital.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan :

1. Old Wars
'Perang Lama' mengacu pada versi perang ideal yang menjadi ciri Eropa antara
akhir abad ke-18 dan pertengahan abad ke-20. Old wars adalah perang antar negara yang
diperjuangkan oleh angkatan bersenjata, di mana pertemuan lah yang menentukan
adalah pertempuran serta perang ini terkait dengan kebangkitan negara bangsa modern
dan merupakan pembangunan negara. Dalam perang, negara secara bertahap mampu
memonopoli kekerasan terorganisir dan menghapus tentara swasta, perampok,
pungutan feodal, dll dan membentuk kekuatan profesional yang tunduk pada negara.
Perpajakan dan pinjaman ditingkatkan, seperti halnya efisiensi administrasi dan
pelayanan publik ialah sebuah konsep politik yang dipalsukan. Tugas negara adalah
mempertahankan wilayah dari yang lain dan tugas inilah yang memberikan legitimasi
kepada negara.
2. New Wars
Konsep 'Perang Baru' merupakan hal sebaliknya dari Old War. Perang ini adalah
perang yang terjadi dalam konteks disintegrasi negara (biasanya negara otoriter di bawah
pengaruh globalisasi). Ini adalah perang yang dilakukan oleh jaringan aktor negara dan
non-negara, seringkali tanpa seragam, terkadang mereka memiliki tanda yang khas,
seperti salib atau kacamata hitam RayBan seperti dalam kasus milisi Kroasia di Bosnia
Herzegovina. Ini merupakan perang di mana pertempuran jarang terjadi dan di mana
sebagian besar kekerasan ditujukan terhadap warga sipil sebagai konsekuensi dari taktik
pemberontakan atau pembersihan etnis. Perang ini ketika terdapat pajak turun dan
keuangan perang terdiri dari penjarahan dan penjarahan, perdagangan ilegal dan
pendapatan lain yang dihasilkan perang.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan :

1. Perpolitikan Etnis/Agama
Perpolitikan etnis atau agama tergolong kedalam bentuk politik indentitas yang
memiliki tujuan untuk mengedepankan kepentingan-kepentingan anggota suatu
kelompok karena memiliki kesamaan identitas berdasarkan pada ras, etnis, gender,
ataupun keagamaan. Bentuk perpolitikan seperti ini merupakan upaya pernyaluran
aspirasi untuk mempengaruhi kebijakan, penguasaan atas distribusi nilai-nilai yang
dipandang berharga, atau bahkan berupa penentuan nasib hidup suatu kelompok atas
keprimordialan. Dalam perpolitikan etnis, politik identitasnya tercermin mula dari upaya
memasukan nilai- nilai kedalam peraturan daerah, memisahkan wilayah pemerintahan,
keinginan mendaratkan otonomi khusus sampai dengan munculnya gerakan separatis.
Adapun dalam konteks perpolitikan keagamaan, politik identitasnya terefleksikan dari
beragam upaya untuk memasukan nilai-nilai keagamaan dalam proses pembuatan
kebijakan, termasuk perda Syariah maupun upaya menjadikan sebuah kota identik
dengan agama tertentu.
Adapun contoh dari perpolitikan etnis atau agama ialah seperti yang terjadi di
Indonesia dimana negara ini identik dengan multikulturalisme social budaya nya. Di era
presiden Jokowi ketika beliau berhasil memenangkan pemilu 2014, identitas Tionghoa
mulai mendominasi di berbagai wilayah contohnya pada kasus reklamasi di Pantai Indah
Kapuk. Dalam hal tersebut etnis Tionghoa memainkan peranan dalam pembangunan
reklamasi karena memang kelompok yang dominan memegang peranan dalam
perekonomian Indonesia memanglah etnis Tionghoa. Sedangkan, perpolitikan agama
misalnya seperti kasus penistaan agama yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama atau
Ahok ketika dirinya menyinggung jutaan umat Islam di Indonesia serta kedudukannya
sebagai calon gubernur DKI Jakarta menjadi sumbu politik tersendiri. Tidak hanya sampai
disana, ketika selesai Pilkada, umat Islam tetap menuntut Ahok untuk dipenjara dimana
hal ini menunjukkan kemarahan massa umat Islam terhadap kasus pelecehan agama yang
dilakukannya.
2. Antagonisme Politik
Antagonisme politik merupakan unsur yang paling penting dalam politik karena
ketika terdapat hal ini, maka harus pula terdapat upaya untuk menguranginya demi
terciptanya integrasi sosial (Maurice Duverger). Dalam antagonisme politik terdapat ras-
ras yang kuat untuk berkuasa dan ras-ras yang lemah berada dalam kekuasaan yang kuat.
Mereka melihat perjuangan politik sama dengan perjuangan ekonomi yang
memperebutkan sumberdaya terbatas untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
Salah satu faktor penyebab antagonisme politik adalah perjuangan kelas dimana terdapat
satu pihak yang beradu melawan masing-masing individu untuk merebut kekuasaan
ataupun mendapatkan perhatian dari pemilik kekuasaan serta pihak lain yang
menempatkan kelompok dan unsur sosial untuk melawan satu sama lain. Contoh dari
antagonisme politik ialah ketika terdapat sebuah perjuangan merebut kekuasaan untuk
menempatkan elite-elite yang mampu melaksanakan kekuasaan. Saat ini, politik di
Indonesia cenderung menjadi wadah untuk berebut kekuasaan dan keadilan terlebih
ketika menggunakan instrument agama di dalamnya demi memenangkan kontestasi
politik.
3. Konflik-Konflik Politik
Konsep tentang konflik sendiri secara singkat ialah sebuah keadaan ketika
masyarakat memiliki kepentingan yang saling bertentangan dan masyarakat terintegrasi
dengan paksaan dari kelompok dominan sehingga masyarakat selalu dalam keadaan
berkonflik. Adapun konflik politik memiliki pengertian bahwa terdapat perbedaan
pendapat, persaingan, dan pertentangan di antara sejumlah individu, kelompok, atau
organisasi demi upaya mendapatkan atau mempertahankan sumber keputusan yang
dibuat oleh pemerintah. Dalam konflik politik, kegiatan kolektif masyarakat diarahkan
untuk memenangkan kebijakan umum. Salah satu sumber konflik politik ialah adanya
struktur yang terdiri dari penguasa politik dan sejumlah orang yang menjadi objek
kekuasaan politik. Konflik politik biasa timbul akibat keterbatasan sumber daya dan posisi
dalam politik.
Contoh dari konflik politik ialah di masa kini yang mana merupakan era digital,
konflik politik terjadi pada bentrokan antar kampanye yang memanfaatkan media sosial
untuk menjatuhkan lawan politik seperti yang terjadi saat pertemuan anggota DPR untuk
membahas hak angket KPK pada 2017 lalu. Para fraksi partai Gerindra melakukan walk
out dari sidang paripurna karena keputusan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dianggap
menyalahi aturan karena ia mengetuk palu disaat semua fraksi belum menyatakan
pendapatnya.
4. Integrasi Politik
Secara singkat, integrasi politik ialah sebuah keseragaman atas cara pandang
politik. Integrasi politik harus melibatkan unsur-unsur multikulturalisme dan politik
identitas yang sebenarnya selama ini telah tertuang dalam Pancasila sebagai ideologi
nasional yang membutuhkan kekuatan untuk mempertahankan integrasi politik terutama
di Indonesia. Contoh dari integrasi politik di Indonesia ialah bahwa dalam mewujudkan
integrasi politik dalam negara demokrasi merupakan suatu hal yang bertentangan karena
negara demokrasi memberikan ruang yang bebas bagi kompetisi politik dan perebutan
klaim atas ruang publik. Untuk mewujudkan integrasi politik di negara demokrasi perlu
adanya penerimaan atas nilai-nilai demokrasi seperti nilai daya ikat yang kuat terhadap
aktor politik. Selama ini, nilai tersebut belum dapat terlihat karena adanya pers dan media
massa yang mengontrol kekuasaan politik untuk dibagikan pada rakyat terutama dalam
mempengaruhi kebijakan publik sehingga rakyat yang multikultural cenderung sulit
merealisasikan integrasi politik, kecuali terdapat berbagai persamaan didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai