Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)

(Vol 7 No. 2 Desember 2019) halaman 79-91 ISSN 2354-5690: E-ISSN 2579-3594
https://doi.org/10.29244/jai.2019.7.2.79-91

ANALISIS SEBARAN DAN FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN


DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Sarah Nita Hasibuan1, Bambang Juanda2 dan Sri Mulatsih3


1)Mahasiswa Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor
2,3) Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor


e-mail : 1)hasibuannita091@gmail.com
(Diterima 19 Juli 2019/Disetujui 14 Agustus 2019)

ABSTRACT

Poverty is a level of life that below the minimum standard of living needs. The dominant factors that
influence the emergence of poverty include education, income, location, limited access to health, finance
and public services. Poverty is also one of the crucial issues in West Bandung Regency, where West
Bandung Regency has the highest poverty rate compared to surrounding areas such as Bandung City,
Bandung Regency, and Cimahi City. The purposes of this study are to analyze the pattern of spatial
poverty distribution in general (Moran Index) and in each village (2) Analyze the factors that influence
poverty in West Bandung Regency, which are carried out in 165 villages. The results of this study state
that there was a positive spatial autocorrelation of 0,464173 which indicated the existence of a link
between the poor population in each village and the pattern of poverty that clustered. The LISA test
showed the poverty level of the population was clustered into four poverty clusters, namely 17 villages
that were in the high-high criteria, 31 villages in the low-low criteria, 5 villages in the low-high criteria
and 1 village in the high-low criteria . The factors that influenced poverty in West Bandung Regency
were population, education level, village fund allocation, number of groceries, and village funds, while the
village index builds, the distance of villages to the capital and the number of people using National
electrical corporate (PLN) were not significant to reduce poverty.

Keyword: Poverty, Spatial Autocorrelation, Moran Index, Mapping cluster

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan suatu tingkat kehidupan yang berada dibawah standar kebutuhan
hidup minimum. Faktor yang dominan yang mempengaruhi timbulnya kemiskinan
diantaranya pendidikan, pendapatan, lokasi, keterbatasan akses kesehatan, keuangan dan
pelayanan publik. Kemiskinan juga merupakan salah satu isu yang krusial di Kabupaten
Bandung Barat, dimana Kabupaten Bandung Barat memiliki tingkat kemiskinan tertinggi
dibandingkan wilayah sekitarnya seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota
Cimahi. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis pola sebaran kemiskinan spasial secara
umum (Indeks Moran) maupun pada masing-masing desa (2) Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat, yang dilakukan di 165 desa. Hasil
penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat autokorelasi spasial positif sebesar 0,464173 yang
menunjukkan adanya keterkaitan spasial penduduk miskin disetiap desa dengan pola
kemiskinan mengelompok (clustered). Uji LISA menunjukkan tingkat kemiskinan penduduk
diklasterkan kedalam empat klaster kemiskinan yakni sebanyak 17 desa yang berada pada
kriteria high-high, 31 desa/kelurahan berada pada kriteria low-low, 5 desa pada kriteria low-high
dan 1 desa berada pada kriteria high-low. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat adalah jumlah penduduk, tingkat pendidikan, alokasi
dana desa (ADD), jumlah toko kelontong dan dana desa, sedangkan indeks desa membangun,
jarak desa ke ibukota dan jumlah masyarakat yang menggunakan listrik PLN tidak signifikan
menurunkan kemiskinan.

Kata kunci: Kemiskinan, Autokorelasi Spasial, Uji Moran, Pemetaan Cluster

79
Sarah Nita Hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

PENDAHULUAN Nasution (2008) mangatakan faktor


yang dominan yang mempengaruhi
Pembangunan dilaksanakan guna timbulnya kemiskinan diantaranya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat pendidikan, pendapatan, lokasi,
melalui pengambangan ekonomi dan keterbatasan akses kesehatan, keuangan
diharapkan mampu mengatasi dan pelayanan publik. Lokasi merupakan
permasalahan pembangunan dan sosial salah satu dimensi ruang, sehingga secara
kemasyarakatan dan kemiskinan. langsung mempengaruhi kemiskinan.
Kemiskinan merupakan suatu tingkat Permasalahan kemiskinan juga
kehidupan yang berada dibawah standar merupakan salah satu isu strategis di
kebutuhan hidup minimum. Standar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa
kehidupan minimum ditentukan Barat. Adapun Angka kemiskinan pada
berdasarkan kebutuhan pokok pangan dan tahun 2017 sebesar 11,45 persen, tetapi laju
hidup sehat yang didasarkan pada penurunannya masih sangat lambat.
kebutuhan beras dan kebutuhan gizi Persentase penduduk miskin dari tahun
(Sajogyo, 1987). Kebijakan penanggulangan 2013-2017 secara berturut-turut adalah
kemiskinan tertuang dalam Intruksi 11,25 %, 12,26 %, 12,67 %, 11,76 %, dan
Presiden No 15 tahun 2010 tentang Upaya 11,45% (BPS Kab. Bandung Barat 2019).
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Berdasarkan data tersebut menunjukkan
yang pada intinya penanggulangan bahwa kemiskinan di Kabupaten Bandung
kemiskinan itu bersifat top down. Barat cenderung fluktuatif meskipun
Salah satu karakteristik kemiskinan perbaikan program anti kemiskinan telah
Indonesia yaitu kemiskinan di daerah pemerintah lakukan, namun pada
perdesaan. Dimana sebagian besar kenyataannya masih meninggalkan
penduduk miskin terdapat pada daerah permasalahan baik dalam skala nasional
perdesaan. Berdasarkan data BPS tahun maupun lokal. Jika dilihat dari angka gini
2017 menyebutkan bahwa kemiskinan di rasio Kabupaten Bandung Barat
perdesaan sebesar 16,31 persen, sedangkan menunjukkan laju penurunan yang tidak
kemiskinan perkotaan sebesar 10,27 persen. konsisten, berikut secara berturut – turut
Salah satu yang menjadi faktor penyebab dari tahun 2013-2017 adalah 0.31, 0.32, 0.34,
tingginya angka kemiskinan tersebut 0.35 dan 40.5 (Kab. Bandung Barat 2019).
karena sebagian besar penduduk desa Thaib (2008), Syafitri et al. (2008) dan
bekerja disektor pertanian, umumnya Rustiadi et al. (2009) berdasarkan hasil
sebagai buruh tani dan buruh kasar, penelitiannya mengemukakan bahwa
sehingga pendapatan masyarakat sangat program pembangunan khususnya dalam
rendah. Menurut Kotze (dalam Hikmat, penanggulangan kemiskinan harus
2004) mengemukakan rata-rata masyarakat memperhatikan unsur spasial atau lokasi
miskin menetap di wilayah yang terisolasi sehingga kegagalan program ataupun
seperti perdesaan. kebijakan dapat diminimalisir. Selain pola
Undang- Undang Nomor 23 Tahun spasial, yang perlu diperhatikan dalam
2014 tentang pemerintah daerah, yang penanggulangan kemiskinan adalah
seharusnya mampu memeratakan ketersediaan aset dan ketersediaan sarana
pembangunan, akan tetapi belum prasarana pendukung dan kualitas
berdampak pada kehidupan ekonomi sumberdaya manusia.
masyarakat desa. Hal ini dibuktikan Apabila dibandingkan dengan
dengan tingginya angka kemiskinan di daerah di sekitarnya Kabupaten Bandung
desa yang menyebabkan migrasi penduduk Barat merupakan salah satu kabupaten
ke kota. Sejalan dengan penelitian Nugraha dengan penduduk miskin paling besar
dan Sari (2016) tingkat kemiskinan yang yakni 11, 49 persen, Kabupaten Bandung
tinggi di perdesaan menyebabkan migrasi 7,36 persen, Kota Bandung (4,17 persen)
penduduk ke kota, akibatnya kota dan dan Kota Cimahi (5,76 persen) sebagai
pusat-pusat pertumbuhan menjadi tidak kabupaten/kota terdekat bahkan angka
efisien dan lemah dalam memberikan kemiskinannya bahkan lebih tinggi jika
pelayanan pada masyarakat. Dengan dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat
demikian desa menjadi tertinggalkan dan yang hanya sebesar 8,71 persen (BPS Kab.
tidak berkembang. Bandung Barat, 2019). Tingginya angka

80
Sarah Nita hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

tersebut diharapkan ini menjadi perhatian bahan evaluasi untuk pengambilan


serius oleh pemerintah Kabupaten kebijakan dengan mempertimbangkan pola
Bandung Barat untuk mensejahterakan spasial atau lokasional dimana fenomena
masyarakatnya. Jika dilihat dari aspek jarak ini terjadi.
Kabupaten Bandung Barat memiliki lokasi
yang lebih dekat dengan Kota Bandung METODE
yang merupakan salah satu pusat
pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. LOKASI, PENGUMPULAN DATA DAN
Menurut data BPS 2019 Sektor utama ANALISIS
penggerak pertumbuhan ekonomi di
Lokasi penelitian dipilih secara
Kabupaten Bandung Barat adalah industri
sengaja sebagai tempat penelitian adalah
pengolahan sebesar 39,78 persen,
Kabupaten Bandung Barat yang terdiri dari
perdagangan besar dan eceran, reparasi
16 kecamatan dan 165 desa. Jenis data yang
mobil dan sepeda motor sebesar 14,45
digunakan dalam penenelitian ini adalah
persen dan sektor pertanian, kehutanan
data sekunder pada tahun 2017 yang terdiri
dan perikanan sebesar 13,15 persen.
dari persentase jumlah penduduk miskin
Tingginya angka tersebut belum mampu
dan secara lebih rinci jenis dan sumber data
mereduksi kemiskinan di Kabupaten
akan dijelaskan pada Tabel 1.
Bandung Barat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kondisi pertumbuhan Tabel 1. Sumber Data
ekonomi yang baik saja tidak cukup Jenis Data Sumber Data
sebagai prasyarat untuk mengurangi Persentase jumlah Dinas Sosial Kab.
tingkat kemiskinan. penduduk miskin Bandung Barat
Penelitian Irawadi (2018) aspek Indeks Desa Kemendes PDTT
spasial memberikan pengaruh pada Membangun
kemiskinan yang diperkuat oleh Nashwari
Jumlah Penduduk, BPS Kab Bandung
(2016) menyebutkan bahwa aspek spasial
Jarak Desa ke Barat Dinas
kemiskinan memberikan pengaruh
Ibukota Kabupaten, Pemberdayaan
terhadap penyebaran kemiskinan petani
Tingkat pendidikan, Masyarakat Desa
tanaman pangan dan hasil perbandingan
persentase rumah
antara model kecamatan dengan model
tangga pengguna
kabupaten ditemukan bahwa unit analisis
PLN dan Jumlah
kecamatan lebih variabel yang signifikan.
Toko Kelontong
Penelitian Harmes at el. (2017)
Dana desa, Alokasi
mengemukakan cluster kemiskinan yang
dana desa
dipetakan berdasar karakteristik pada
masing-masing wilayah menggambarkan
Analisis data yang digunakan untuk
bahwa upaya penanggulangan kemiskinan
mencapai tujuan penelitian ini adalah:
harus berdasarkan pola spasial masing-
pertama, analisis Moran (Indeks Moran)
masing wilayah dan penyeragaman
untuk menganalisis pola spasial
kebijakan tanpa identifikasi spasial dapat
kemiskinan secara umum di Kabupaten
memberikan dampak negatif dalam upaya
Bandung Barat, sedangkan untuk
penanggulangan kemiskinan.
mengidentifikasi sebaran kemiskinan pada
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
masing desa menggunakan uji LISA (Local
adalah (1) Menganalisis pola sebaran
Indicator of Spasial Autocorrelation). Kedua,
kemiskinan spasial secara umum maupun
untuk mengidentifikasi faktor –faktor yang
pada masing-masing unit wilayah (2)
mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten
Menganalisis faktor-faktor yang
Bandung Barat adalah dengan
mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten
menggunakan teknik Ordinary Least Square
Bandung Barat. Penelitian ini diharapkan
(OLS).
dapat memberi manfaat dan kontribusi
Menurut Lee dan Wong (2001) uji
terhadap pertumbuhan dan pembangunan
Moran bertujuan untuk mengetahui
wilayah, terutama dalam penyusunan
dependensi spasial atau autokorelasi antar
program anti kemiskinan khususnya
amatan atau lokasi atau dengan kata lain
daerah perdesaan. Penelitian ini juga
karakteristik suatu desa akan
diharapkan dapat dijadikan sebagai salah

81
Sarah Nita Hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

mempengaruhi (atau dipengaruhi) oleh Local Indicator of Spatial Autocorrelation


karakteristik desa terdekat. Adanya (LISA)
autokorelai positif menunjukkan adanya Analisis LISA digunakan untuk
kemiripan nilai dari lokasi-lokasi yang mengidentifikasi dan mengelompokkan
berdekatan dan cenderung berkelompok. wilayah desa yang mililiki kemiripan yang
Autokorelasi negatif menunjukkan lokasi- nyata untuk tingkat kemiskinan atau pola
lokasi yang berdekatan mempunyai nilai spasial. Selain itu, uji LISA digunakan
yang berbeda dan cenderung berbeda. untuk mengetahui ketergantungan wilayah
Adapun rumus untuk menghitung secara parsial, yang membedakannya
autokorelasi spasial dengan menggunakan dengan uji Moran adalah Moran hanya
Indeks Moran sebagai berikut: mengetahui tingkat ketergantungan
∑ ∑ ( ̅ )( ̅) wilayah secara menyeluruh. Analisis
I= ...................(1)
∑ ( ̅) klasterisasi pola kemiskinan ini
Dimana: menggunakan Software GeoDa. Adapun
I : Indeks Moran pengelompokan tingkat kemiskinan desa
n : Banyaknya lokasi amatan (desa) dibagi menjadi 4 kuadaran yaitu Zhukov
: Nilai pada lokasi desa i (2010) :
: Nilai pada lokasi desa j a. Kuadran I yaitu: High-high (HH),
̅ : Nilai rata-tata dari xi dari n lokasi pengelompokkan desa/kelurahan
wij : elemen pada pembobot yang memiliki tingkat kemiskinan
terstandarisasi antara desa i dan j. yang tinggi dikelilingi oleh
Hipotesis yang digunakan adalah,
desa/kelurahan dengan tingkat
pada tahap ini:
Ho=I=I0 (Tidak adanya autokorelasi spasial
kemiskinan yang tinggi.
kemiskinan antar wilayah atau b. Kuadran II High-low (HL), desa
lokasi di setiap desa penelitian di dengan kemiskinan tinggi namun
Kabupaten Bandung Barat) dikelilingi oleh desa atau
Ha=I≠I0 (Adanya autokorelasi spasial kelurahan dengan kemiskinan
kemiskinan antarwilayah atau rendah.
lokasi di setiap desa di Kabupaten c. Kuadran III yaitu: Low-low (LL)
Bandung Barat) mengelompokkan desa/kelurahan
Nilai ekspektasi dari uji Moran adalah: yang memiliki tingkat kemiskinan
E (I)= Io= ..........................................(2) yang rendah dan dikelilingi oleh
Terjadinya autokorelasi antar lokasi jika: desa atau kelurahan dengan
tingkat kemiskinan yang rendah
Zhitung = ( ) .........................(3)
√ ( ) pula.
d. Kuadran IV yaitu Low-high (LH),
Keterangan: I adalah koefisien Moran’s yaitu desa/kelurahan yang
I, Io adalah expected value Moran’s I, dan kemiskinan rendah dikelilingi oleh
var (I) adalah varians Moran’s I. desa atau kelurahan dengan
Pengambilan keputusan H0 ditolak jika kemiskinan yang tinggi. Untuk
|Zhitung|>Z/2. Nilai I berada pada lebih jelasnya dilihat Gambar 1.
kisaran antara -1 dan 1. Jika I>Io maka
nilai autokorelasinya positif, yang
berarti pola data mengelompok
(cluster), dan jika I<Io maka nilai
autokorelasinya negatif yang
menunjukkan pola data menyebar atau
dispread.

Gambar 1. Moran Scatter plot

82
Sarah Nita hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

Faktor-Faktor yang mempengaruhi berkisar antara -1 < I < 1. Nilai ini biasanya
kemiskinan di Kabupaten Bandung dinyatakan dengan:
Barat - I0 = -1/n-1 mendekati nol, tidak terdapat
Selanjutnya metode penelitian yang autokorelasi
digunakan untuk menganalisis faktor- - I > I0, terdapat autokorelasi spasial positif
faktor kemiskinan adalah menggunakan dengan membentuk suatu pola data yang
pendekatan model regresi berganda mengelompok (cluster).
dengan menggunakan metode Ordinary - I < I0, terdapat autokorelasi spasial negatif
Least Square (OLS). Adapun model yang yang menunjukkan pola data menyebar
digunakan dalam penelitian ini adalah atau dispread.
sebagai berikut: Berdasarkan data persentase jumlah
kemiskinan di 165 desa di Kabupaten
Persentase Penduduk Miskin = f (Jumlah Bandung Barat dapat diketahui pola
penduduk, Tingkat pendidikan diatas penyebaran tingkat kemiskinannya pada
SMA, Jarak Desa ke Ibukota Kabupaten, Tabel 2.
Persentase Rumah Tangga pengguna PLN,
Jumlah Toko Kelontong, Indeks Desa Tabel 2. Indeks Moran
Membangun) Moran Index (I) 0,464173
Expected Index (I0) -0,006098
Model Persamannya sebagai berikut: Variace 0,002535
Z-Sscore 9,340340
PPM = o + 1 JP + 2TP + 3ADD + 4DD
P-value 0,000000
+ 5JTK +6IDM+ 7JD + 8PLN
Sumber: Data diolah, 2019
dimana, Keterangan: nyata pada taraf 1 persen (0,01)

: Persentase Penduduk Miskin (%) Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai


: Jumlah Penduduk (%) Indeks Moran sebesar 0,464173, dan
: Tingkat pendidikan di atas SMA Expected Index sebesar -0,006098, sehingga
(%) dapat disimpulkan bahwa terdapat
Alokasi Dana Desa
autokorelasi spasial kemiskinan di setiap
Dana Desa
desa di Kabupaten Bandung Barat dengan
Jumlah Toko Kelontong (unit)
Indeks Desa Membangun pola sebarannya bersifat menggerombol/
: Jarak Desa ke Ibukota Kabupaten mengelompok (clustered). Hal ini
(Km) menjelaskan bahwa setiap desa memiliki
: Persentase Rumah Tangga yang pengaruh spasial yang kuat dalam
menggunakan PLN (%) mempengaruhi tingkat kemiskinannya.
Desa-desa dengan kemiskinan yang tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN akan mempengaruhi desa-desa yang lain
Pola Sebaran Kemiskinan di Kabupaten yang menjadi tetangganya, begitu juga
Bandung Barat sebaliknya setiap desa yang memiliki
tingkat kemiskinan yang rendah akan
Salah satu cara untuk memberantas
mempengaruhi desa yang menjadi
kemiskinan yang dapat dilakukan dengan
mengetahui pola sebaran kemiskinan pada tetangganya. Pola spasial kemiskinan hasil
setiap daerah atau wilayah pengamatan. Indeks Moran di Kabupaten Bandung Barat
Wilayah dengan tingkat kemiskinan yang ditunjukkan pada Gambar 2.
tinggi diduga dapat dipengaruhi oleh
wilayah lain yang merupakan tetangganya
yang memiliki tingkat kemiskinan yang
tinggi. Analisis Indeks Moran digunakan
untuk menganalisis adanya autokorelasi
kemiskinan berdasarkan lokasi. Nilai
dihasilkan pada perhitungan Indeks Moran

83
Sarah Nita Hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

Analisis Moran Lokal Anselin

Hasil uji LISA digunakan untuk


membuktikan bahwa terdapat dependensi
spasial lokal untuk beberapa wilayah,
sedangkan wilayah yang lain tidak
signifikan. Dari 165 desa yang terdapat di
Kabupaten Bandung Barat yang memiliki
autokorelasi spasial lokal hanya 54 desa
dengan tingkat signifikasi 1,0% sampai
dengan 5,0%. Untuk lebih jelasnya dapat
Gambar 2. Pola kemiskinan spasial secara dilihat pada Gambar 3.
umum di Kabupaten Bandung Barat

LH HH

LL HL

Gambar 3. Moran Scatter Plot


Selain melihat tingkat signifikasi Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 4
desa-desa yang memiliki autokorelasi kelompok yakni sebanyak 17 desa yang
spasial lokal, selanjutnya adalah berada pada kriteria high-high, 31
mengklasterisasikan desa-desa yang masuk desa/kelurahan berada pada kriteria low-
dalam kriteria kemiskinan Tinggi-tinggi low, 5 desa pada kriteria low-high dan 1 desa
(high-high), kemiskinan rendah dikelilingi berada pada kriteria high-low. Salah satu
oleh kemiskinan rendah (low-low), tujuan pengujian ini untuk mempermudah
kemiskinan tinggi dikelilingi oleh pengambilan kebijakan dalam suatu
kemiskinan rendah (high-low) dan wilayah, sehingga penanganannya tepat
kemiskinan rendah dikelilingi oleh pada wilayah yang menjadi kantong-
kemiskinan tinggi (low-high). Pada Tabel 3 kantong kemiskinan.
dapat dilihat bahwa pengelompokkan
spasial berdasarkan tingkat kemiskinan di

84
Sarah Nita hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

Tabel 3. Pengelompokan Kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat


Tinggi-tinggi Rendah-rendah Rendah-Tinggi Tinggi-Rendah
Desa Cintakarya, Desa Cihideung, Cigugur Desa Cicangkang Desa
Sukaresmi, Cibitung, Girang, Sariwangi, Girang, Karangsari, Bojongkoneng
Cijambu, Sirnagalih, Karyawangi, Laksanamekar, Rajamandala Kulon,
Cintaasih, Cibenda, Kertajaya, Padalarang, Ciptaharja dan
Girimukti, Cijenuk, Pakuhaji, Margajaya, Mekarsari
Saringen, Kidang Mekarsari, Ngamprah,
Panunjang, Singajaya, Gudangkahuripan,
Jati, Baranangsiang, Cimareme, Batujajar Timur,
Karangtanjung, dan Gadobangkong, Selacau,
Desa Mukapayung Pagerwangi, Langensari,
Lembang, Cibogo, Batujajar
Barat, Galanggang,
Padaasih, Kertawangi,
Tugumukti, Cilame, Jayagiri,
Sukajaya, Tanimlya,
Pasirhalang dan Giriasih

Desa yang masuk dalam kategori percontohan karena desa-desa disekitarnya


tingkat kemiskinan tinggi dikelilingi oleh atau yang menjadi tetangganya adalah
desa dengan kemiskinan tinggi di wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi.
Kabupaten Bandung Barat disebabkan Namun daerah ini juga harus menjadi
karena beberapa hal salah satunya aspek pusat perhatian pemerintah agar daerah ini
jarak atau lokasi. Desa-desa dengan tidak mengikuti tetangganya.
kemiskinan tinggi umumnya memiliki Desa yang termasuk dalam
jarak desa yang cukup jauh dari ibukota kategori High-low, yaitu desa-desa dimana
kabupaten, atau letaknya jauh dari pusat- tingkat kemiskinan tinggi dikelilingi oleh
pusat ekonomi di Kabupten Bandung desa dengan kemiskinan rendah. Wilayah
Barat, sehingga menyebabkan terlambatnya yang termasuk dalam kategori high-low ini
interaksi penduduk dalam kegiatan memerlukan sinergitas kebijakan antar
ekonominya dan membutuhkan waktu program di wilayah yang berdekatan dan
tempuh yang lama, dan masyarakat tidak kerjasama antar daerah dalam kawasan
mempunyai jalan alternatif untuk agar dapat mengikuti tetangganya. Salah
memasarkan hasil produknya agar lebih satu penyebabnya adalah wilayah ini
cepat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat merupakan daerah pinggiran kota, atau
pada Gambar 4. wilayah suburban. Pengelompokan
Desa yang termasuk dalam wilayah berdasarkan kategori kemiskinan
kategori kemiskinan rendah dikelilingi oleh dapat dilihat pada Gambar 4. Menurut
kemiskinan rendah (low-low), terdapat Kolopaking (2011) kerjasama dapat berupa:
beberapa penyebab salah satu akses jalan kerjasama antar desa dalam satu kecamatan
yang sangat baik, memiliki alternatif jalan untuk meningkatkan efektivitas dan
yang cukup banyak karena lokasi yang efisiensi playanan publik dan
dekat dengan ibukota Kabupaten maupun pembangunan, kerjasama antar desa antar
Kota Bandung sebagai salah satu pusat kecamatan untuk memperjuangkan
pertumbuhan Provinsi Jawa Barat, kepentingan bersama antar desadan
sehingga interaksi penduduk pada pusat kecamatan yang berbatasan. Kerjasama
kegiatan perekonomian lebih mudah. dapat dilakukan dengan (1) pengembangan
Wilayah yang termasuk dalam potensi ekonomi dan sumberdaya kawasan,
kategori low-high, dimana desa yang tingkat (2) penguatan kapasitas lembaga ekonomi
kemiskinannya rendah dikelilingi oleh desa dan Bumdes , (3) peningkatan infrastruktur
dengan kemiskinan yang tinggi. Wilayah dasar dan ekonomi desa.
ini diduga layak dijadikan sebagai desa

85
Sarah Nita Hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

Gambar 4. Peta Klaster wilayah yang memiliki autokorelasi spasial lokal


bahwa pendekatan program dan kebijakan
Adanya pengelompokkan dan penanggulangan kemiskinan harus
konsentrasi pola spasial kemiskinan di bervariasi sesuai dengan kekhasan daerah
Kabupaten Bandung Barat diharapkan
masing-masing.
bahwa kebijakan dalam menurunkan
kemiskinan sebaiknya diproritaskan pada
Faktor-faktor yang memengaruhi
wilayah-wilayah yang merupakan kantong
kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat
kemiskinan tinggi. Dengan kata lain
kemiskinan yang tinggi harus dilihat
Setelah mengetahui kantong-
berdasarkan kondisi tetangga
kantong kemiskinan, maka langkah
disekelilingnya sehingga penetapan lokus
selanjutnya adalah identifikasi faktor-faktor
target dalam penanggulangan kemiskinan
yang mempengaruhi kemiskinan di
akan menjadi semakin mendekati riil pada
Kabupaten Bandung Barat dengan
desa masing-masing (Harmes, 2017).
menggunakan analisis linier regresi
Adanya Cluster kemiskinan yang
berganda. Adapun persamaan model
dipetakan berdasarkan kondisi
regresi linier dalam penelitian ini adalah:
karakteristik wilayah desa masing-masing
menandakan bahwa kebijakan
PPM = o + 1 JP + 2TP + 3ADD + 4DD
penanggulangan kemiskinan harus
memperhatikan pola spasial. + 5JTK +6IDM+ 7JD + 8PLN
Penyeragaman pengambilan kebijakan dimana,
tanpa adanya identifkasi pola kemiskinan : Persentase Penduduk Miskin (%)
spasial akan berdampak pada kebijakan : Jumlah Penduduk (%)
yang tidak sesuai dengan desa yang satu : Tingkat pendidikan di atas SMA
dengan lainnya, sehingga memberikan (%)
dampak negatif pada tujuan Alokasi Dana Desa
penanggulangan tingkat kemiskinan. Dana Desa
Sebaliknya pemetaan spasial kemiskinan Jumlah Toko Kelontong (unit)
merupakan peluang dan tantangan untuk Indeks Desa Membangun
mendorong lahirnya kebijakan, rencana, : Jarak Desa ke Ibukota Kabupaten
dan program penanggulangan kemiskinan. (Km)
Harmes et al. (2017) : Persentase Rumah Tangga yang
menggunakan PLN (%)
mengemukakan adanya heterogenitas
Berdasarkan hasil estimasi,
karakteristik kemiskinan menunjukkan diperoleh nilai R-Square (R2) sebesar 0.8102
persen. Nilai R-Square (R2) menjelaskan
bahwa variasi nilai variabel Y dapat

86
Sarah Nita hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

dijelaskan model sebesar 81,02 persen. Hal menandakan bahwa penambahan jumlah
ini berarti variabel kemiskinan di penduduk menurunkan kemiskinan. Hal
Kabupaten Bandung Barat dapat dijelaskan ini dikarenakan karena penduduk
oleh faktor jumlah penduduk, tingkat Kabupaten Bandung Barat sebagian besar
pendidikan di atas SMA, alokasi dana desa, berada pada usia kerja dengan umur 15-64
dana desa, jumlah toko kelontong, indeks tahun sebesar 67,88 persen. Jika dilihat dari
desa membangun, jarak desa ke ibukota angkatan kerja sebanyak 645.345 penduduk
kabupaten, rumah tangga yang (45,24 persen) sudah bekerja, dan yang
menggunakan PLN sebesar 81,02 mencari pekerjaan sebesar 50,985
selebihnya 19,08 dijelaskan oleh faktor lain penduduk (3,57) dan hampir 53 persen
yang tidak dimasukkan dalam model tingkat pendidikan yang mencari pekerjaan
penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat adalah SMA (Kab. Bandung Barat dalam
dilihat pada Tabel 4. Angka 2018). Dengan demikian
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi penambahan jumlah penduduk diduga
R-squared= 0,8102 N=165 mampu memacu pembangunan di
Adjusted R-squared= 0,800513 Kabupaten Bandung Barat. Hal ini sejalan
T-Stat= 83.26362 dengan penelitian Astuti (2015) yang
Prob(F-statistic)= 0,00000 mengemukan bahwa jumlah penduduk
S.E. of regression= 0,318909 yang besar adalah potensi pasar dan
variabel coefficient
Std.
T-Stat Prob. menjadi sumber permintaan akan barang
Error
dan jasa yang akan menggerakkan berbagai
C 1739,77 227,50 7,65 0,000*
sektor perekonomian sehingga
JP -1,295 0,089 -14,59 0,000* menciptakan skala ekonomi dalam
TP -0,0423 0,025 -1,689 0,093** produksi yang tinggi dan pada akhirnya
ADD -1187.279 141.77 -8.375 0,000* akan meningkatkan output atau produksi
DD 1102.25 130,58 8,441 0,000* agrigat yang lebih tinggi. Dengan demikian
JTK -0.865 0,286 -3,023 0,003* pertambahan jumlah penduduk tanpa
IDM -0.0082 0,018 0,446 0,6559 diimbangi dengan kualitas sumber daya
JD -0.0041 0,044 0,0936 0,9256 manusia akan menyebabkan permasalahan
kemiskinan, namun sebaliknya jika
PLN 0.0470 0,032 1,448 0,1496
pertambahan penduduk diimbangi dengan
Sumber: Data Diolah
peningkatan kualitas sumberdaya manusia
Keterangan *) Nyata pada taraf 1 persen (0,01), **)
akan meningkatkan perekonomian.
Nyata pada taraf 10 persen (0,10)
Tabel 4 menunjukkan jumlah
variabel yang signifikan dalam 2. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap
menurunkan kemiskinan pada tingkat Kemiskinan
signifikasi pada 5 persen dan 10 persen Tingkat pendidikan memiliki
adalah jumlah penduduk, tingkat pengaruh negatif terhadap kemiskinan di
pendidikan, alokasi dana desa, dana desa Kabupaten Bandung Barat dengan
dan jumlah toko kelontong, sedangkan probabilitas sebesar 0,0932 dan koefisien
variabel yang tidak signifikan adalah regresi sebesar -0,0423. Besaran koefisien
variabel indeks desa membangun, jarak yang bernilai negatif menandakan bahwa
desa keibukota kabupaten dan jumlah semakin tinggi tingkat pendidikan dapat
masyarakat pengguna listrik. Berikut menurunkan tingkat kemiskinan. Tingkat
penjelasan masing-masing variabel yang pendidikan masyarakat di Kabupaten
dibangun dalam penelitian ini: Bandung Barat sebagian besar adalah
sekolah dasar 35,91 persen, SMP sebesar
1. Pengaruh Jumlah penduduk terhadap 23,64 dan tingkat pendidikan masyarakat di
kemiskinan. atas SMA hanya sebesar 5,01 persen. Untuk
Jumlah penduduk memiliki pengaruh lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber: BPS Kab. Bandung Barat 2017
negatif terhadap kemiskinan di Kabupaten
Bandung Barat dengan probabilitas sebesar
0,0000 dan koefisien regresi sebesar -1,295.
Besaran koefisien yang bernilai negatif

87
Sarah Nita Hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

108.819 juta rupiah, 118.326 juta rupiah dan


115.963 juta rupiah.
1400000 Alokasi dana desa digunakan
1200000 1146437
untuk pembelanjaan bidang pembangunan
1000000 infrastruktur desa, belanja operasional
800000 754806 desa, belanja pemberdayaan masyarakat
600000 562606 desa dan belanja pembinaan masyarakat
400000
200000 260586
308545 desa. Jika dilihat dari serapan dan
0
77683 68125
13511 efektivitas penggunaan anggaran alokasi
dana desa di Kabupaten Bandung Barat
untuk masing-masing bidang belanja desa
Kab. Bandung Barat
sebagai berikut: bidang pembangunan
infrastruktur desa sebesar 98,65 persen
Gambar 5. Tingkat pendidikan masyarakat anggaran efektif digunakan, bidang
operasional pemerintah desa sebesar 98,39
Penelitian Annur (2013) persen anggaran efektif, bidang
mengemukakan bahwa tingkat pendidikan pemberdayaan masyarakat desa sebesar
yang rendah menyebabkan masyarakat 93,54 persen anggaran efektif dan bidang
memiliki keterampilan yang rendah, pembinaan masyarakat desa sebesar 97,57
sehingga menyebabkan keterbatasan dalam persen anggran efektif. Hal inilah yang
dunia kerja dan meningkatkan tingginya diduga bahwa alokasi dana desa mampu
angka kemiskinan. Rendahnya pendidikan menurunkan kemiskinan di Kabupaten
masyarakat di Kabupaten Bandung Barat bandung Barat. Hal ini sejalan dengan
harus menjadi perhatian serius pemerintah penelitian Prasetyanto dan Eko (2012) yang
daerah, terutama jenjang pendidikan yang mengemukakan bahwa penyaluran ADD
lebih tinggi. Capra (2009) mengemukakan yang benar sesuai dengan arahan maka
meningkatkan jenjang pendidikan meningkatkan kinerja fiskal daerah maka
merupakan salah satu cara untuk akan mampu mengurangi jumlah
menanggulangi tingkat kemiskinan. penduduk miskin.

3. Pengaruh Alokasi Dana Desa terhadap 4. Pengaruh Dana Desa terhadap


Kemiskinan Kemiskinan
Alokasi dana desa (ADD) memiliki
pengaruh negatif terhadap kemiskinan di Dana desa (DD) memiliki pengaruh positif
Kabupaten Bandung Barat dengan terhadap kemiskinan di Kabupaten
probabilitas sebesar 0,0000 dan koefisien Bandung Barat dengan probabilitas sebesar
regresi sebesar -1187.279. Hal ini berarti 0,0000 dan koefisien regresi sebesar 1102.25.
alokasi dana desa mampu menurunkan Artinya semakin tinggi dana desa maka
tingkat kemiskinan di Kabupaten Bandung kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat
Barat. Alokasi dana desa (ADD) adalah juga tinggi, atau dana desa belum mampu
adalah dana perimbangan yang diterima mereduksi tingkat kemiskinan. dana desa
kabupaten/kota dalam Anggaran yang masuk dalam kas desa digunakan
Pendapatan dan Belanja Daerah untuk dua hal yakni untuk bidang
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana pembangunan dan bidang pemberdayaan
Alokasi Khusus. Besar kecilnya alokasi masyarakat. Saat ini penggunaan dana desa
dana desa 10 persen dari dana sebagian besar digunakan untuk bidang
perimbangan yang diterima daerah dalam pembangunan desa. Hal ini sejalan dengan
APBD setelah dikurangi Dana penelitian artino (2017) yang
Alokasi Khusus. Sedangkan besaran ADD mengemukakan dana desa di Kabupaten
di setiap desa ditentukan berdasarkan Lombok belum berpengaruh secara
jumlah penduduk, luas wilayah, angka signifikan terhadap kemiskinan, karena
kemiskinan, dan kesulitan geografis sebagian besar anggaran dana desa
(Perbub Kab. Bandung Barat no 7 digunakan untuk pembangunan
tahun 2017 tentang Alokasi dan Pembagian infrastruktur desa. Kabupaten Bandung
ADD). Adapun perkembangan anggaran Barat total dana yang diterima pada tahun
alokasi dana desa tahun 2015-2017 adalah 2017 sebesar besarnya Rp 152.336 juta

88
Sarah Nita hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

rupiah dan dana desa yang digunakan Gambar 6 menunjukkan bahwa


untuk bidang pembangunan adalah Rp. perkembangan toko kelontong di Kab.
135.269 juta rupiah (91,24) persen Bandung Barat. Pada tahun 2017 terjadi
sedangkan untuk bidang pemberdayaan penurunan jumlah toko kelontong yang
masyarakat hanya sebesar 13.111 juta sangat signifikan yakni sebesar 39,16
rupiah (9,30) persen dari total anggaran. persen. Jika hal ini tidak ditanggulangi
Artinya dana desa yang sebagian besar dengan cepat maka lama-kelaman toko
digunakan untuk pembagunan kelontong ini akan kalah bersaing dengan
infrastruktur yang dalam kurun waktu lima toko-toko modern. Menurun Sitepu (2011)
tahun (jangka pendek) belum mampu kehadiran pasar modern memberikan
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. pengaruh negatif bagi perkembangan
Pembangunan infrastruktur ini akan UMKM terhadap sektor perdagangan.
dirasakan manfaatnya dalam jangka
panjang, sehingga seiring dengan 6. Pengaruh IDM dalam menurunkan
berjalannya waktu dan perbaikan kualitas kemiskinan
belanja desa maka perekonomian desa akan Indeks desa membangun memiliki
semakin baik. Adapun program bidang pengaruh negatif terhadap kemiskinan di
pembangunan desa di Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung Barat dengan
Barat secara umum adalah pembangunan probabilitas 0,6559 sebesar dan koefisien
dan pemeliharaan jalan desa, regresi sebesar -0.0082. IDM memiliki
pembangunan dan pemeliharaan jalan pengaruh yang negatif terhadap
lingkungan, pembangunan sanitasi kemiskinan namun probabilitasnya sangat
lingkungan, pengelolaan air berskala desa, besar. Tujuan adanya IDM adalah untuk
pengelolaan BUMDes danlain-lain. meningkatkan desa mandiri. Semakin
tinggi nilai indeks mka semakin jauh rata-
5. Pengaruh Toko Kelontong terhadap rata pengeluaran penduduk miskin dari
Kemiskinan garis kemiskinan (Kemendes PDTT). Jika
dilihat dari angka Indeks Desa membangun
Toko Kelontong memiliki pengaruh dari total 165 desa yang terdapat di
negatif terhadap kemiskinan di Kabupaten Kabupaten Bandung Barat masih terdapat
Bandung Barat dengan probabilitas sebesar 24,84 persen (41) Desa berstatus tertinggal,
0,0029 dan koefisien regresi sebesar -0.865. 3 desa berstatus sangat tertinggal, 50,30
hal ini berarti semakin banyak toko persen (83) desa berstatus desa
kelontong di Kabupaten Bandung Barat berkembang, 20,60 persen (34) desa
diduga mampu menurunkan tingkat berstatus desa maju dan 4 desa berstatus
kemiskinan. Akan tetapi, jumlah koto desa mandiri.
kelontong mengalami penurunan seiring
berjannya waktu, adapun salah satu 7. Pengaruh Jarak Desa ke Ibukota
penyebabnya adalah kemunculan Kabupaten terhadap kemiskinan
banyaknya toko-toko modern. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada Gambar 6. Jarak desa memiliki pengaruh negatif
50000 terhadap kemiskinan di Kabupaten
45512 Bandung Barat dengan probabilitas 0,9256
40000 sebesar dan koefisien regresi sebesar -
30000 0.0041, namun tidak signifikan. Hal ini
27690
karena Kabupaten Bandung Barat adalah
20000 21417
Kabupaten yang lebih dekat dengan
10000 ibukota provinsi Jawa Barat yaitu Kota
Bandung yang merupakan salah satu pusat
0
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat.
2015 2016 2017
kemungkinan aktivitas perekonomian
Toko Kelontong wilayah.
Gambar 6. Jumlah toko kelontong di Kab.
Bandung Barat 8. Pengaruh Masyarakat yang
Sumber: BPS Kab Bandung Barat 2017 menggunakan Listrik PLN terhadap
Kemiskinan

89
Sarah Nita Hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

Masyarakat yang menggunakan Listrik target dan program yang tepat sesuai
PLN memiliki pengaruh positif terhadap dengan lokasi masing-masing. Adanya
kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat heterogenitas wilayah yang berbeda-beda
dengan probabilitas sebesar 0,1496 dan maka menunjukkan pendekatan program
koefisien regresi sebesar 0.0470. Hal ini kemiskinan harus bervariasi sesuai dengan
berarti jumlah masyarakat yang kekhasan masing-masing desa.
menggunakan listrik PLN tidak
berpengaruh terhadap kemiskinan, hal ini DAFTAR PUSTAKA
dikarenakan karna hampir 95 persen
Annur RA. 2013. Faktor-faktor yang
masyarakat Kabupaten Bandung Barat
Mempengaruhi Kemiskinan di
telah menggunakan listrik dalam aktivitas
Kecamatan Jekulo dan Mejobo
sehari-hari.
Kabupaten Kudus. Economics
KESIMPULAN DAN SARAN Development Analysis Journal: Vol 2
(4).
KESIMPULAN
Astuti RR. 2015. Analisis Pengaruh Jumlah
Pola sebaran kemiskinan di setiap Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi,
desa di Kabupaten Bandung Barat bersifat Pendidikan dan Kesehatan terhadap
mengelompok (clustered) yang dipetakan ke Jumlah Penduduk Miskin Di
dalam empat kategori wilayah yakni Indonesia Tahun 2004–2012. [Skripsi]
sebanyak 17 desa yang berada pada Yogyakarta (ID): Universitas Negeri
kategori desa dengan kemiskinan tinggi Yogyakarta.
dikelilingi oleh desa kemiskinan tingg
(high-high), 31 desa/kelurahan berada pada Artino, Adi. 2017. Keterkaitan Dana Desa
kriteria desa kemiskinan rendah dikelilingi terhadap Kemiskinan di Kabupaten
oleh desa dengan kemiskinan rendah (low- Lombok Utara [Tesis]. Bogor (ID):
low), 5 desa pada kriteria desa kemiskinan Institut Pertanian Bogor.
rendah dikelilingi oleh desa dengan
kemiskinan tinggi (low-high) dan 1 desa [BPS] Badan Pusat Statistika. 2018.
berada pada kriteria desa dengan Persentase Penduduk Miskin
kemiskinan tinggi dikelilingi oleh densa menurut Perkotaan dan Perdesaan di
dengan kemiskinan rendah (high-low). Indonesia Tahun 2017.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat [BPS] Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa
adalah jumlah penduduk terbukti Barat. 2018. Indeks kedalaman dan
cenderung berpengaruh positif terhadap Keparahan Kemiskinan Kabupaten
kemiskinan, tingkat pendidikan cenderung Bandung Barat Tahun 2017.
berpengaruh negatif terhadap kemiskinan, Kabupaten Bandung Barat (ID): BPS.
alokasi dana desa cenderung berpengaruh
negatif terhadap kemiskinan, jumlah toko [BPS] Badan Pusat Statistika kabupaten
kelontong juga berpengaruh negatif Bandung Barat. 2018. Persentase
terhadap kemiskinan dengan tingkat kemiskinan Kabupaten Bandung
kepercayaan 5% dan 10%. Barat Tahun 2014-2019. Kabupaten
Bandung Barat (ID): BPS.
SARAN
Capra T. 2009. Poverty and its Impact on
Pengambilan kebijakan penanganan education: Today and Tomorrow. The
kemiskinan perlu mempertimbangkan new Higher Education Journal.
aspek lokasi sampai kepada unit terkecil
agar mampu memberikan gambaran secara Harmes, Juanda B, Rustiadi E dan Barus B.
akurat mengenai variasi kemiskinan dan 2017. Pemetaan Efek Spasial Pada
kesesuaian program. Penanganan Data Kemiskinan Kota Bengkulu.
kemiskinan lebih difokuskan pada wilayah- Journal of Regional and Rural
wilayah dengan tingkat kemiskinan yang Development Planning, Vol 1 (2):192-
tinggi dengan memperhatikan kesesuaiam 201

90
Sarah Nita hasibuan, Bambang Juanda, Sri Mulatsih Analisis Sebaran dan Faktor…

Hikmat, H. 2004. Strategi Pemberdayaan [Disertasi]. Bogor (ID) Institut


Massyarakat. Penerbit Humaniora. Pertanian Bogor.
Bandung.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2008.
Irawadi A. 2018. Analisis Kemiskinan Perencanaan Pengembangan
Spasial dan Kaitannya dengan Wilayah . Bogor. Crespent Press $
Sertifikasi Tanah dan Penggunaan Yayasan Obor Indonesia.
Lahan Pertanian di Kabupaten
Mamuju. [tesis.] Bogor (ID): Institut Sajogyo. 1987. Ekologi Pedesaan, Sebuah
Pertanian Bogor. Bunga Rampai. Jakarta (ID): Rajawali
Pres.
Kolopaking LM. 2011. Peningkatan dan
Penguatan Struktur Kelembagaan Syafitri UD, Bagus S, Salamatuttanzil. 2008.
Desa. Menuju Desa 2030. Bogor (ID): Pengujian Autokorelasi terhadap
Cresrpent Press. Sisaan Model Spatial Logistik.
Makalah Seminar Nasional
Lee, J., Wong, D.W.S. 2001. Statistical Matematika dan Pendidikan
Analysis ArcView GIS. New York: Matematika. Yogyakarka (ID):
John Wiley & Sons, Inc Universitas Negeri Yogyakarta.

Nashwari IP. 2016. Analisis Kemiskinan


Petani Tanaman Pangan di Provinsi
Jambi dan Jawa Barat menggunakan
Geographically Weighted Regression
[disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

Nasution MZ, 2008. Farm Poverty and


Rural Poverty in Kulon Progo
Regency Indonesia. [internet].
diunduh 27 Oktober 2015. Tersedia
dihttps://mpra.ub.uni-
muenchen.de/9963/1/MPRA_paper
_9963.pdf

Nugraha JT, Sari EDR. 2016. Membangun


Indonesia dari Pinggiran melalui
Kegiatan Fasilitasi Daerah dalam
Penetapan Kawasan Perdesaan
Mandiri Pangan untuk Memperkuat
Daerah dan Desa di kabupaten
Klaten. [internet]. [Diunduh pada
tanggal 16 juni 2019].
http://fisipol.untidar.ac.id/wp-
content/uploads/2016/10/Fasilitasi-
Pemerintah-Daerah-Dalam-
Penetapan-Kawasan-Perdesaan-
Mandiri-Pangan-Di-Kabupaten-
Klaten.pdf.

Prasetyanto PP, dan Eko. 2012 Dampak


Alokasi Dana Desa Pada Era
Desentralisasi Fiskal Terhadap
Perekonomian Daerah Di Indonesia.

91

Anda mungkin juga menyukai