Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Virus merupakan salah satu penyebab penyakit menular yang perlu
diwaspadai. Dalam 20 tahun terakhir, beberapa penyakit virus
menyebabkan epidemi seperti severe acute respiratory syndrome
coronavirus (SARS-CoV) pada tahun 2002-2003, influenza H1N1 pada
tahun 2009 dan Middle East Respiratory syndrome (MERS-CoV) yang
pertama kali teridentifikasi di Saudi Arabia pada tahun 2012.
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus
pneumonia misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari,
pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah
hingga saat ini berjumlah jutaan kasus. Pada awalnya data epidemiologi
menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar
seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel
isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi
coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel
Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health
Organization memberi nama virus baru tersebut SARS-CoV-2 dan nama
penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus corona
ini menjadi patogen penyebab utama outbreak penyakit pernapasan. Virus
ini adalah virus RNA rantai tunggal (single-stranded RNA) yang dapat
diisolasi dari beberapa jenis hewan, terakhir disinyalir virus ini berasal
dari kelelawar kemudian berpindah ke manusia.Pada mulanya transmisi
virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-
manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Akhirnya
dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia
ke manusia. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa
COVID-19 menjadi pandemi di dunia. Sejak diumumkan pertama kali ada
di Indonesia, kasus COVID19 meningkat jumlahnya dari waktu ke waktu
sehingga memerlukan perhatian. Pada prakteknya di masa pandemi,
tatalaksana COVID-19 diperlukan kerjasama semua profesi untuk
menanganinya. Diperlukan panduan tatalaksana yang sederhana dan
mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pihak di seluruh Indonesia.
Pada tanggal 6 september 2020 WHO mencatat data konfirmasi
positif sebanyak 26.415.380 dengan kasus meninggal sebanyak 870.286
(3,3). Untuk regional asia tenggara menyumbang data konfirmasi positif
sebanyak 4.592.952 dengan kasus meninggal dunia sebanyak 82.182 (1,8).
Di Indonesia sendiri, data konfirmasi positif sebanyak 190.665 dengan
kasus meninggal dunia sebanyak 7.940 (4,2). Sedangkan di sumatera
selatan terdapat kasus konfirmasi positif sebanyak 4660 dengan kasus
meninggal dunia sebanyak 33. Banyak nya angka positif tersebut serta
diikuti dengan angka kematian yang cukup tinggi, maka dari itu penulis
tertarik untuk membuat studi kasus .

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu
memahami konsep penyakit covid 19 dan mempelajari asuhan
keperawatan pada pasien covid 19

2. Tujuan khusu
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis mampu :
a. Menggambarkan proses pengkajian pada Ny.S dengan covid 19 +
DM tipe II
b. Menggambarkan proses penentuan diagnosa keperawatan yang
muncul pada Ny.s dengan covid 19 + DM tipe II
c. Menggambarkan proses penyusunan intervensi keperawatan yang
tepat untuk Ny.s dengan covid 19 + DM tipe II
d. Menggambarkan proses implementasi keperawatan pada Ny.s
dengan covid 19 + DM tipe II
e. Menggambarkan proses evaluasi tindakan yang telah dilakukan
pada Tn.M dengan covid 19 + DM tipe II
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat mengetahui
konsep penyakit serta asuhan keperawatan pada pasien terkonfirmasi
positif covid 19
2. Manfaat praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah bagi rumah sakit yaitu
dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan bagi pasien khususnya dengan covid 19 dan
melakukan perawatan kepada pasien covid 19
b. Bagi perawat
Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah bagi perawat yaitu
perawat dapat menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan
yang tepat pada pasien dengan positif covid 19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
1. Pengertian Covid 19
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit
infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh severe acute
respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2), atau yang sering
disebut virus Corona (WHO, 2020). Pada manusia biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa
hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang
ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan
Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19)
(Kemnekes RI, 2020).

2. Etiologi Covid 19
Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus
Corona 2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi
COVID-19 didasarkan pada pemahaman sifat fsikokimia dari
penemuan virus corona sebelumnya. Dari penelitian lanjutan, edisi
kedua pedoman tersebut menambahkan “coronavirus tidak dapat
dinonaktifkan secara efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudian
defnisi baru ditambahkan dalam edisi keempat, “nCov-19 adalah genus
b, dengan envelope, bentuk bulat dan sering berbentuk pleomorfk, dan
berdiameter 60-140 nm. Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari
SARSr- CoV dan MERSr-CoV. Homologi antara nCoV-2019 dan bat-
SL-CoVZC45 lebih dari 85%. Ketika dikultur in vitro, nCoV-2019
dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah 96 jam,
sementara itu membutuhkan sekitar 6 hari untuk mengisolasi dan
membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“, serta ”corona virus
sensitif terhadap sinar ultraviolet“. CoV adalah virus RNA positif
dengan penampilan seperti mahkota di bawah mikroskop elektron
(corona adalah istilah latin untuk mahkota) karena adanya lonjakan
glikoprotein pada amplop. Subfamili Orthocoronavirinae dari keluarga
Coronaviridae (orde Nidovirales) digolongkan ke dalam empat gen
CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV), Betacoronavirus (betaCoV),
Deltacoronavirus (deltaCoV), dan Gammacoronavirus (deltaCoV).
Selanjutnya, genus betaCoV membelah menjadi lima sub- genera atau
garis keturunan10. Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa
mungkin kelelawar dan tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan
betaCoVs. Sebaliknya, spesies burung tampaknya mewakili sumber
gen deltaCoVs dan gammaCoVs (Kemendagri, 2020)

3. Patofisiologi
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi
protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki
sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang
mambantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona
2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi,
akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di
kemudian hari. severe acute respiratory syndrome virus corona
2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor angiotensin converting
enzyme 2 (ACE2), yang ditemukan pada traktus respiratori bawah
manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein
spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada pernukaan sel
manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor
binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam
fusi membran antara sel virus dan sel inang. Setelah terjadi fusi
membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang.
RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan
membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC
akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang
mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA,
protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk
badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran
plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis.
Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal,
hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratori bawah, yang
kemudian menyebakan gejala pada pasien.

4. Manifestasi Klinik
Masing-masing orang memiliki respons yang berbeda terhadap
COVID-19. Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan
mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa perlu
dirawat di rumah sakit.
a. Gejala yang paling umum
1) Demam
2) batuk kering
3) kelelahan
b. Gejala yang sedikit tidak umum:
1) rasa tidak nyaman dan nyeri
2) nyeri tenggorokan
3) diare
4) konjungtivitis (mata merah)
5) sakit kepala
6) hilangnya indera perasa atau penciuman
7) ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau
jari kaki
c. Gejala serius
1) kesulitan bernapas atau sesak napas
2) nyeri dada atau rasa tertekan pada dada
3) hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak

5. Komplikasi
Ada pun komplikasi dari covid 19 adalah sebagai berikut
a. Pneumonia
Pneumonia akan menyebabkan kantung udara yang ada di
paru-paru meradang dan membuat Anda sulit bernapas. Pada
sebuah riset pada pasien positif Covid-19 yang kondisinya parah,
terlihat bahwa paru-parunya terisi oleh cairan, nanah, dan sisa-sisa
atau kotoran sel.Hal ini menghambat oksigen yang seharusnya
diantarkan ke seluruh tubuh. Padahal, oksigen sangat dibutuhkan
agar berbagai organ di tubuh bisa menjalankan fungsinya. Jika
tidak ada oksigen, maka organ tersebut akan rusak.
b. Gagal napas akut
Saat mengalami gagal napas, tubuh tidak bisa menerima
cukup oksigen dan tidak dapat membuang cukup banyak karbon
dioksida. Kondisi gagal napas akut terjadi pada kurang lebih 8%
pasien yang positif Covid-19 dan merupakan penyebab utama
kematian pada penderita infeksi virus corona
c. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
ARDS adalah salah satu komplikasi corona yang cukup
umum terjadi. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan di
Tiongkok, sekitar 15% - 33% pasien mengalaminya.ARDS akan
membuat paru-paru rusak parah karena penyakit ini membuat paru-
paru terisi oleh cairan. Akibatnya, oksigen akan susah masuk,
sehingga menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas hingga
perlu bantuan ventilator atau alat bantu napas.
d. Kerusakan hati akut
Meski virus corona menyebabkan infeksi di saluran
pernapasan, tapi komplikasinya bisa menjalar hingga ke organ hati.
Orang dengan infeksi corona yang parah berisiko paling besar
mengalami kerusakan hati.
e. Kerusakan jantung
Covid-19 disebut bisa menyebabkan komplikasi yang
berkaitan dengan jantung. Gangguan jantung yang berisiko muncul
antara lain aritmia atau kelainan irama jantung, dan miokarditis
atau peradangan pada otot jantung.
f. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder adalah infeksi kedua yang terjadi setelah
infeksi awal dan tidak berhubungan dengan penyakit yang awalnya
diderita. Misalnya, Covid-19 adalah infeksi yang disebabkan oleh
virus SARS-CoV-2. Lalu, penderitanya kemudian mengalami
infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus atau
streptococcus.Pada pasien Covid-19, komplikasi ini jarang terjadi,
tapi masih berpotensi untuk muncul. Sebagian ada yang ringan dan
bisa sembuh. Namun, sebagian lagi mengalami infeksi sekunder
yang parah hingga menyebabkan kematian.

6. Pemerikasaan Diagnostik
a. Pemeriksaa Radiologi
Foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks Pada pencitraan
dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental,
lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada
stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan
intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian
berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate
di kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru
bahkan “white-lung” dan efusi pleura

b. Pemeriksaan RT PCR SARS Cov-2


1) Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan
orofaring)
2) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal).
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing
bila tersedia). Ketika melakukan pengambilan spesimen
gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari
saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril atau
rayon bukan kapas) dan media transport virus. Jangan sampel
dari tonsil atau hidung. Pada pasien dengan curiga infeksi
COVID-19 terutama pneumonia atau sakit berat, sampel
tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi diagnosis
dan tambahan saluran napas atas dan bawah direkomendasikan.
Klinisi dapat hanya mengambil sampel saluran napas bawah
jika langsung tersedia seperti pasien dengan intubasi. Jangan
menginduksi sputum karena meningkatkan risiko transmisi
aerosol.
c. Electrocardiorgram
d. Pemeriksaan Laboraturium
1) Darah perifer lengkap Leukosit dapat ditemukan normal atau
menurun; hitung jenis limfosit menurun. Pada kebanyakan
pasien LED dan CRP meningkat.
2) Analisis gas darah
3) Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot
meningkat)
4) Fungsi ginjal
5) Gula darah sewaktu
6) Elektrolit
7) Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat,
Ddimer meningkat
8) Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
7. Penatalaksanaan covid 19
a. Keperawatan
1) Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang
muncul, baik ringan maupun sedang. Pasien bed-rest dan
hindari perpindahan ruangan atau pasien.
2) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) bisa
bisa edukasi batuk efektif, cuci tangan dan PHBS
3) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4) Suplementasi oksigen26 Pemberian terapi oksigen segera
kepada pasien , distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi
oksigen pertama sekitar 5l/menit dengan target SpO2 ≥90%
pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil.
Tidak ada napas atau obstruksi, distress respirasi berat, sianosis
sentral, syok, koma dan kejang merupakan tanda gawat pada
anak. Kondisi tersebut harus diberikan terapi oksigen selama
resusitasi dengan target SpO2 ≥ 94%, jika tidak dalam kondisi
gawat target SpO2 ≥ 90%. Semua area pasien ditatalaksana
harus dilengkapi dengan oksimetri, sistem oksigen yang
berfungsi, disposable, alat pemberian oksigen seperti nasal
kanul, masker simple wajah, dan masker dengan reservoir.
Perhatikan pencegahan infeksi atau penularan droplet atau
peralatan ketika mentataksana atau memberikan alat pemberian
oksigen kepada pasien.
5) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat. Pasien dengan
distress napas yang gagal dengan terapi standar oksigen
termasuk gagal napas hipoksemia berat. Pasien masih
menunjukkan usaha napas yang berat walaupun sudah
diberikan oksigen dengan masker dengan reservoir (kecepatan
aliran 10-15 liter/menit). Gagal napas hipoksemia pada ARDS
biasanya gagalnya ventilasi-perfusi intrapulmonar dan biasanya
harus mendapatkan ventilasi mekanik.26 Penggunaan high-
flow nasal oxygen (HFNO) atau noninvasive ventilation (NIV)
hanya digunakan untuk pasien tertentu. Pada kasus MERS
banyak kasus gagal dengan NIV dan pasien dengan HFNO atau
NIV harus dimonitoring ketat terkait perburukan klinis. Jika
membandingkan terapi oksigen standar dengan HFNO, HFNO
mengurangi kebutuhan ventilasi mekanik atau intubasi.

b. Penatalaksaan Medis
1) Tanpa Gejala
Isolasi Mandiri dirumah dengan dipantau oleh FKTP, ukur
suhu setiap hari, selalu menggunkan masker, cuci tangan
dengan air mengalir, ruang isolasi terpisah sendiri dan
menerapkan batuk efektif. Terapi Vitamin C (untuk 14 hari),
dengan pilihan ; Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam
oral (untuk 14 hari) , Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral
(selama 30 hari) , Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-
2 tablet /24 jam (selama 30 hari), Dianjurkan multivitamin
yang mengandung vitamin C,B, E, Zink , Curcuma 1 tablet /12
jam/oral (10 hari)
2) Gejala Ringan
Isolasi Mandiri dirumah 14 hari dengan dikontrol oleh FKTP,
dengan terapi Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari)
dengan alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam (5 hari) • Obat
batuk N-Asetil sistein 200 mg/8 jam/oral (5 hari), dengan
alternatif antitusif (DMP,GG,Difenhidramin) 1 tablet/8
jam/oral (3-5 hari) Curcuma 1 tablet/12 jam/oral (10 hari) •
Parasetamol jika demam Bila diperlukan dapat diberikan
Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam/oral ATAU Favipiravir
(Avigan) 600mg/12 jam / oral (untuk 5 hari)(Buku pedoman
Papdi,2020)
3) Gejala sedang
Rawat Ruang Peawatan Covid 19 di Rumah Sakit, kontrol
intake kalori adekuat, saturasi oksigen, pemantauan
laboratorium, status dehidrasi, serta status electrolit. Dengan
terapi, Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%
habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV) selama
perawatan. Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral
(untuk 5-7 hari) dengan aternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam
per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) • Obat batuk N-
Asetilsistein 200 mg/8 jam/oral (5 hari), kalau tidak ada bisa
pakai antitusif (DMP,GG,Difenhidramin) 1 tablet/8 jam/oral
(3-5 hari) • Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain). •
Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam
4) Gejala Berat
Isolasi di ruang rawat covid 19 rumah sakit, bila perlu
dibutuhkan HCU atau ICU khusus untuk covid 19. kontrol
intake kalori adekuat, saturasi oksigen, pemantauan
laboratorium, status dehidrasi, status electrolit, monitor
frekuensi nafas dan heart rate (Takipnea, bradi, takicardi, spt
dll). Dengan terapi, Azitromisin 500 mg/24 jam (untuk 5 hari)
atau levofloxacin 750 mg/24 jam/intravena (5 hari) • Bila
terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena koinfeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis,
fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien.
Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksaan
kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut
dipertimbangkan. • Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral
ATAU Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl
0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV)
selama perawatan • Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena.
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada Terapi cairan
Obat suportif lainnya Pengobatan komorbid dan komplikasi
yang ada. Catatan pemantauan irama jantung harus tetap
dilakukan karena beberapa terapi menyebabkan meningkatkan
irama atau memanjangkan lead pada ekg.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data
secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui
metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau
observasi). Menurut Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan
adalah :
A) Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
B) Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas
serta lemas
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk
tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi
batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan,
kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring
kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami
demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan
berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak
napas, peningkatan frekuensi pernapasan.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah
menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma,
hipertensi ataupu DM. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya komorbid.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir
sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru
dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat
alergi terhadap beberapa oba, makanan, udara, debu.

C) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: biasanya tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa
somnolen
3) Tanda-tand vital: - TD: biasanya normal - Nadi: takikardi -
RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal - Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan
5) Mata: konjungtiva nisa anemis
6) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung Paru: -
Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas - Palpasi: adanya nyeri tekan,
peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena. -
Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani -
Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
7) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
8) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi,
kelemahan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan
masalah Covid 19 adalah sebagi berikut
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
mukus berlebihan yang ditandai dengan jumlah sputum dalam
jumlah yang berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan
(ronchi).
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan yang ditandai dengan dispena, takipneu,
penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat
istirahat, dispneu saat aktifitas ringan, sianosis.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan
ketidakmampuan menelan makanan,membran mukosa pucat,
penurunan berat badan selama dalam perawatan.
5) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan
Dispnea setelah beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah
beraktifitas
6) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan
tidak mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan,
faktor resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara
pencegahannya

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses
keperawatan dimana pada tahap ini perawat menentukan suatu rencana
yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan masalah yang dialami
pasien setelah pengkajian dan perumusan diagnosa. Menurut
Moorhead (2013) dan Bulechek (2013), intervensi keperawatan yang
ditetapkan pada anak dengan kasus covid 19 adalah sebagi berikut
Diagnosa keperawatan TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

a. Ketidakefektifan bersihan NOC : Status pernafasan Manajemen jalan nafas


jalan nafas b.d mukus 1. Monitor status pernafasan dan respirasi
berlebihan Kepatenan jalan nafas sebagaimana mestinya
Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka dan 2. Posisikan pasien semi fowler, atau posisi fowler
lancar untuk pertukaran udara 3. Observasi kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
4. Auskultasi suara nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5. lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
3x24 jam pasien dapat meningkatkan status 6. Kolaborasi pemberian O2 sesuai instruksi
pernafasan yang adekuat 7. Ajarkan melakukan batuk efektif
1. Frekuensi pernafasan normal (30-50x/menit) 8. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
2. Irama pernafasan normal (teratur) penggunaan perangkat oksigen yang memudahkan
3. Kemampuan untuk mengeluarkan secret mobilitas
(pasien dapat melakukan batuk efektif jika
memungkinkan)
4. Tidak ada suara nafas tambahan (seperti ;
Ronchi,wezing,mengi)
5. Tidak ada penggunaan otot bantu napas (tidak
adanya retraksi dinding dada)
6. Tidak ada batuk
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
Ketidakefektifan pola Status pernafasan Manajamen Jalan afas
napas 1. Posisikan pasien Posisi semi fowler, atau posisi
berhubungan dengan Definisi : Proses keluar masuknya udara ke fowler
keletihan otot pernafasan paruparu serta pertukaran karbondioksida dan
oksigen di alveoli. Manajemen pernafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam 1. Observasi kecepatan,irama,keda laman dan
status pernafasan yang adekuat meningkat dengan kesulitan bernafas
kriteria hasil : 2. Observasi pergerakan dada, kesimetrisan
1. frekuensi pernafasan normal (30-50x/menit) dada,penggunaan otootot bantu nafas,dan retraksi
2. Irama pernafasan normal (teratur) pada dinding dada
3. suara auskultasi nafas normal (vesikuler) 3. Auskultasi suara nafas
4. Kepatenan jalan nafas
5. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas (tidak ada Terapi oksigen
retraksi dinding dada) 1. Kolaborasi pemberian O2
6. Tidak ada pernafasan cuping hidung 2. Monitor aliran oksigen
Ket: 3. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
1. Deviasi berat dari kisaran normal penggunaan perangkat oksigen yang
2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal memudahkan mobilitas
3. Deviasi yang sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal
Gangguan pertukaran gas Status pernafasan : Monitor pernafasan
berhubungan dengan Pertukaran Gas
perubahan membran 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
alveolarkalpiler Definisi : Pertukaran Karbondioksida dan oksigen kesulitan
di alveoli untuk mempertahankan bernapas
konsentrasi darah arteri
Terapi oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
status pernafasan : pertukaran gas yang adekuat 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
meningkat dari skala 2 (berat) menjadi 4 (ringan)2. Observasi adanya suara napas
Tambahan
Dengan kriteria hasil : 3. Kolaborasi pemberian O2
1. Tidak dispnea saat istirahat 4. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
2. Tidak dispneu saat aktifitas ringan penggunaan perangkat oksigen yang memudahkan
3. Tidak sianosis yaitu kulit tampak normal atau mobilitas
tidak kebiruan
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
d. Ketidakseim bangan Status nutrisi : Asupan nutrisi Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Definisi : Asupan gizi untuk memenuhi 1.Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat)
berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan metabolik 2.Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
asupan diet mengkonsumsi makan (misalnya; bersih, santai,
kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama dan bebas dari bau yang mneyengat)
3x24jam pasien dapat meningkatkan status nutrisi 3. Monitor kalori dan asupan makanan
yang adekuat dari skala 2 (sedikit adekuat) menjadi 4. Atur diet yang diperlukan (menyediakan makanan
skala 3 (cukup adekuat) dengan kriteria hasil : protein tinggi, menambah atau menguragi kalori
vitamin, mineral atau suplemen)
1. Asupan kalori adekuat 5. Kolaborasi pemberian obat-obatan sebelum makan
2. Asupan protein adekuat (contoh obat anti nyeri)
3. Asupan zat besi adekuat 6.Ajarkan pasien dan keluarga cara mengakses
Ket: program-program gizi komunitas (misalnya ;
1. Sangat berat perempuan,bayi,anak)
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
e. Intoleransi Aktifitas Toleransi terhadap aktifitas Manajemen energy
berhubun gan
dengan ketidaksei 1. Observasi sistem kardiorespirasi pasien selama
Definisi :
mbangan kegiatan (misalnya ; takikardi, distrimia, dispnea)
Respon fisiologis terhadap pergerakan yang
antara suplai dan 2. Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/
memerlukan energi dalam aktifitas sehari-hari.
kebutuhan oksigen nyeri yang dialami pasien selama aktifitas
3. Lakukan Rom aktif atau pasif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam
4. Lakukan terapi non farmakologis (terapi musik)
pasien dapat toleransi terhadap aktifitas meningkat
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis untuk
dari skala 2 (banyak terganggu) menjadi 4 (sedikit
mengurangi kelelahan
terganggu) dengan kriteria hasil :
6. Beri Penyuluhan kepada keluarga dan pasien
tentang nutrisi yang baik dan istirahat yang
1. Kemudahan bernapas ketika beraktifitas
adekuat
2. Warna kulit idak pucat
3. Kemudahan dalam melakukan ADL

Ket:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
f. Defisiensi Pengetahuan : Manajemen pneumonia Pengajaran proses
pengetahuan penyakit
Definisi :
berhubungan dengan
1. Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit
kurang sumber Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang 2. Jelaskan tentang penyakit
pengetahuan covid 19, pengobatannya dan pencegahan 3. Jelaskan tanda dan gejala
komplikasinya 4. Jelaskan tentang penyebab
5. Jelaskan tentang cara penularan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6. Jelaskan tentang cara penanganan
3040menit pasien dan keluarga dapat meningkatkan 7. Jelaskan tentang cara pencegahan
pengetahuan tentang covid meningkat
dari skala 2 (pengetahuan terbatas menjadi skala 4
(pengetahuan banyak) dengan kriteria hasil :
1. mengetahui tentang penyakit
2. mengetahui faktor penyebab (dapat
menyebutkan penyebab)
3. mengetahui faktor resiko kekambuhan (dapat
menyebutkan
faktor resiko)
4. mengetahui tanda dan gejala penyakit dan
kekambuhan penyakit (dapat menyebutkan
tanda dan gejala)
Ket :
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak

Anda mungkin juga menyukai