Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016

Hal. 1-10

UJI EFIKASI BEBERAPA ISOLAT BAKTERI ENTOMOPATOGEN


TERHADAP KECOA (Orthoptera) Periplaneta americana (L.) DAN
Blatella germanica (L.) DALAM SKALA LABORATORIUM

Monaliza Sekar Rini1, Rully Rahadian1, Mochammad Hadi1, Deni Zulfiana2


1
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip
Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
2
Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jalan Raya Bogor Km 46, Bogor 16911

ABSTRAK
Kecoa merupakan salah satu serangga vektor penyakit yang dapat menimbulkan
dampak buruk pada kesehatan manusia. Pengendalian kecoa menggunakan insektisida
yang berlebihan dapat menimbulkan residu di lingkungan dan resistensi kecoa. Oleh
sebab itu perlu dilakukan pengendalian alternatif diantaranya dengan menggunakan
agen hayati berupa bakteri entomopatogen. Pada penelitian ini digunakan dua isolat
bakteri entomopatogen yang diisolasi dari Spodoptera litura yang ditemukan mati,
Bacillus thuringiensis koleksi IPBCC serta akuades steril sebagai kontrol. Pengujian
dilakukan dengan metode semprot dan umpan pada konsentrasi 108. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua isolat bakteri entomopatogen yang digunakan pada
penelitian ini dapat menimbulkan mortalitas kecoa. Pengamatan morfologi dan uji
Postulat Koch menunjukkan bahwa kematian kecoa dipastikan disebabkan oleh isolat
bakteri yang diberikan. Isolat bakteri SP4 dengan menggunakan metode semprot
memberikan mortalitas tertinggi yaitu 26,67% terhadap P. americana dan 80% terhadap
B. germanica. Isolat B. thuringiensis dengan menggunakan metode umpan memberikan
pengaruh mortalitas tertinggi yaitu 10% terhadap P. americana dan 6,67% terhadap B.
germanica. Nilai LT-50 paling efektif adalah metode semprot perlakuan isolat bakteri
SP4 terhadap B. germanica yaitu 2 jam 30 menit 46 detik.
Kata kunci: Pengendalian hayati, bakteri entomopatogen, uji efikasi

ABSTRACT
Cockroaches are the insect vectors of disease that can cause adverse effects on
human health. Control cockroaches excessive use of insecticides can lead to residues in
the environment and resistance cockroach. Therefore it is necessary to control the use of
alternatives such as by biological agents such as entomopathogenic bacteria. This
research used two isolates of entomopathogenic bacteria isolated from Spodoptera litura
were found dead, Bacillus thuringiensis IPBCC collection and sterile distilled water as a
control. Tests conducted by the spray and bait method at a concentration of 108. The
results showed that all isolates entomopathogenic bacteria used in this research can
cause mortality of cockroaches. Morphological observation and Koch's postulates test
showed that the mortality of cockroaches likely caused by bacterial isolates were
granted. SP4 bacterial isolates using spray method provides the highest mortality was
26.67% of the P. americana and 80% against B. germanica. Isolates of B. thuringiensis
using bait influence the highest mortality of 10% of the P. americana and 6.67% against
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

B. germanica. LT-50 was the most effective method of treatment of bacterial isolates
SP4 spray against B. germanica was 2 hours 30 minutes 46 seconds.
Keywords: Biological control, entomopathogenic bacterial, efficacy test

PENDAHULUAN
Kecoa merupakan salah satu vektor tinggi, maka masyarakat banyak
yang berada di lingkungan rumah yang menggunakan insektisida dalam
dapat menularkan penyakit kepada pengendalian kecoa. Penggunaan
manusia baik secara mekanis maupun insektisida memang memiliki beberapa
secara biologis. Kecoa dapat keuntungan. Namun penggunaan
mengontaminasi makanan manusia insektisida yang tidak tepat dalam jumlah
dengan membawa agen berbagai penyakit yang berlebihan dan secara terus-menerus
yang berhubungan dengan pencernaan dapat mengakibatkan terjadinya resistensi
seperti diare, demam typoid, disentri, serangga dan meninggalkan residu yang
hepatitis A, polio dan kolera. Bahkan dapat mengontaminasi organisme lain
dalam beberapa kasus, beberapa orang serta lingkungan. Akibat dampak negatif
dapat mengalami alergi terhadap kecoa yang ditimbulkan oleh penggunaan
dikarenakan pajanan (peristiwa yang insektisida, maka dibutuhkan solusi
menimbulkan resiko penularan) yang alternatif untuk pengendalian serangga
terjadi terus menerus. Pada tinja kecoa hama dan vektor penyakit yang ramah
juga terdapat zat-zat karsinogenik, jika lingkungan.
makanan manusia terkontaminasi dengan Upaya pengendalian kecoa dapat
tinja kecoa maka dapat membahayakan dilakukan dengan memanfaatkan bakteri
kesehatan orang yang mengonsumsinya. entomopatogen. Tidak seperti upaya
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 pengendalian secara kimiawi yang dapat
spesies kecoa, spesies yang biasa hidup di bersifat persistens di lingkungan, upaya
dalam rumah yaitu Periplaneta americana pengendalian dengan memanfaatkan
dan Blattela germanica. Kekhawatiran bakteri entomopatogen bersifat lebih
terhadap dampak negatif yang ramah lingkungan, sehingga tidak akan
ditimbulkan kecoa semakin bertambah memberi efek negatif terhadap lingkungan.
manakala diketahui bahwa kecoa Pemanfaatan agensia hayati mempunyai
merupakan serangga yang memiliki daya beberapa kelebihan yaitu selektivitas
reproduksi tinggi yaitu menghasilkan telur tinggi, organisme agen hayati yang
30.000-40.000/tahun dan siklus hidupnya digunakan sudah tersedia di alam,
singkat (Barbara, 2005). Kecoa organisme yang digunakan aktif mencari
merupakan salah satu vektor penyakit dan menemukan inangnya, mudah
yang perlu dikendalikan agar tidak berkembang biak dan menyebar, target
mengganggu kesehatan manusia. tidak menjadi resisten atau kalau terjadi
Strategi pengendalian kecoa yang sangat lambat, dan pengendalian dengan
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan agen hayati dapat berjalan dengan
RI (2002) meliputi 4 cara yang terdiri dari sendirinya (Arifin, 2011).
cara-cara mekanis serta penggunaan Bakteri entomopatogen memiliki
insektisida. Padahal, cara-cara mekanis pengaruh yang spesifik terhadap serangga
tidak bisa mengendalikan keberadaan target. Namun, sampai sekarang belum
kecoa di lingkunga karena siklus hidupnya ada informasi mengenai bakteri
yang singkat dan daya reproduksinya yang entomopatogen yang berpotensi menjadi
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

agen hayati untuk pengendalian kecoa P. BAHAN DAN METODE


americana dan B. germanica. Oleh sebab
itu penelitian potensi beberapa isolat Lokasi penelitian
bakteri entomopatogen untuk Lokasi penelitian adalah Laboratorium
dimanfaatkan sebagai agen pengendalian Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga
kecoa sangat diperlukan. Penelitian ini Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
bertujuan untuk mengetahui potensi Cibinong, Bogor.
beberapa isolat bakteri entomopatogen Metode penelitian
sebagai agen pengendali hayati kecoa.
Penyediaan isolat dan hewan uji. 5 ekor imago kecoa yang sudah
Isolat bakteri yang digunakan terdiri dari disemprot dan diberi pakan pelet dan
tiga isolat bakteri yaitu B. thuringiensis minum yang diganti tiap 2 hari sekali.
koleksi IPBCC. Dua isolat bakteri Perlakuan terdiri dari isolat bakteri SP3,
lainnya yang diberi kode nama SP4, B. thuringiensis, akuades steril
Spodoptera Pupa isolat nomer 4 (SP4) (kontrol). Setiap perlakuan
dan Spodoptera Pupa isolate nomer 3 menggunakan 6 ulangan. Pada 4 jam
(SP3) hasil isolasi dari pupa Spodoptera pertama setelah perlakuan, pengamatan
litura yang ditemukan mati di kebun dilakukan setiap 1 jam sekali,
daerah Cibinong, Bogor. Hewan uji yang selanjutnya pengamatan dilakukan setiap
digunakan pada penelitian ini adalah dua sehari sekali selama 14 hari (Lee, 1999).
jenis kecoa yaitu P. americana dan B.
germanica fase imago koleksi Puslit Uji efikasi metode umpan.
Biomaterial LIPI, Cibinong-Bogor. Komposisi umpan terdiri dari 5,2 g agar-
agar (original Swallow brand) + 166,7 g
Pewarnaan gram & pembuatan gula putih + 8 g NB dalam 1 liter
kurva tumbuh. Pewarnaan gram bakteri akuades steril, dihomogenkan dan
mengacu pada Narasimhulu (2010). disterilisasi. Kultur cair bakteri diambil
Kurva pertumbuhan bakteri dibuat guna sebanyak 1,5 ml menggunakan
memudahkan pengukuran jumlah sel dan mikropipet dan dimasukkan ke dalam
kecepatan pertumbuhan dari organisme media semi solid lalu digoyang-
pada kondisi yang distandarkan sebagai goyangkan supaya kultur bakteri tersebar
waktu generasi, yaitu waktu yang merata pada media. Selanjutnya media
dibutuhkan oleh mikroba untuk semi solid yang telah diinokulasikan
mengganda. Prosedur pembuatan kurva kultur bakteri, dituang ke dalam cawan
tumbuh mengacu pada Handayani petri, diinkubasikan selama 48 jam.
(2006). Imago kecoa sebelumnya dilaparkan
selama 7 hari, untuk menghilangkan
Uji efikasi metode semprot. Pada pengaruh makanan yang telah dimakan
penelitian ini digunakan konsentrasi sebelumnya, serta agar terlihat potensi
kerapatan jumlah sel bakteri 108/ml makan kecoa pada umpan yang
yaitu kultur bakteri berumur 21-24 jam disediakan. 5 ekor P. americana dan B.
yang berdasarkan kurva tumbuh germanica masing-masing dimasukkan
menunjukkan pertumbuhan fase ke toples plastik berdiameter 15 cm, tiap
eksponensial (log). Mengacu pada Wege perlakuan menggunakan 6 ulangan.
dkk (1999), sebanyak 5 ml kultur bakteri Media semi solid yang telah ditumbuhi
disemprotkan pada setiap imago kecoa bakteri selanjutnya diremahkan dan
merata ke seluruh tubuh. Selanjutnya dioleskan ke atas roti tawar lalu
imago dimasukkan ke toples plastik ditimbang beratnya dan dimasukkan ke
berdiamaeter 15 cm, tiap toples diisikan
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

dalam toples yang berisi kecoa beserta lanjutan, yaitu uji Duncan. Sementara itu
kapas basah sebagai media minum kecoa. pada metode umpan, data persentase
Setelah 2 hari perlakuan, makanan mortalitas kecoa yang diperoleh terlebih
diambil dan ditimbang beratnya untuk dahulu dilakukan transformasi.
mengetahui berat yang hilang selama Transformasi data yang digunakan ada
pengujian. Selanjutnya kecoa diberi dua jenis yaitu transformasi data akar
makan dengan umpan tanpa bakteri kuadrat untuk metode umpan B.
dimana makanan dan minuman diganti germanica, dan transformasi data arcsin
secara rutin setiap 2 hari sekali. untuk metode umpan P. americana.
Pengamatan dilakukan 14 hari mengacu Selanjutnya data dianalisis dengan
pada penelitian yang dilakukan Lee ANOVA satu jalur (one way ANOVA),
(1999). lalu dilanjutkan dengan uji lanjutan,
yaitu uji Duncan. Data jumlah mortalitas
Uji Postulat Koch. Sejumlah 5 ekor kecoa tiap jam pengamatan pada tiap
kecoa B. germanica yang mati pada perlakuan dianalisis dengan analisis
setiap perlakuan, dimasukkan ke dalam 9 probit untuk mengetahui LT-50 dari
ml larutan garam fisiologi dan beberapa isolat bakteri entomopatogen.
dihancurkan menggunakan spatula lalu
dicampuratakan. Dilakukan pengenceran
dengan cara mengambil 1 ml larutan
garam fisiologis yang homogen dengan HASIL
kecoa mati, dimasukkan ke tabung kedua Isolat Bakteri Entomopatogen
yang berisi 9 ml larutan garam fisiologis.
Begitu seterusnya hingga mencapai Hasil isolasi dari pupa S. litura yang
pengenceran ke tabung ketujuh. Tiap ditemukan mati di kebun kedelai di
tabung pengenceran diambil 1 µl dan daerah Cibinong, Bogor Provinsi Jawa
dimasukkan ke media NA untuk Barat diperoleh sebanyak 122 isolat
diratakan menggunakan batang spreader. bakteri dan dipilih dua isolat, yaitu isolat
Diinkubasi pada suhu ruangan selama 24 bakteri entomopatogen SP3 dan SP4
jam dan diamati koloni bakteri yang untuk diujikan pada kecoa. Dilakukan uji
tumbuh pada media NA tersebut. karakter pewarnaan gram untuk
Metode yang sama dilakukan pula pada mengetahui karakteristik isolat bakteri.
kecoa P. americana yang mati pada Sementara B. thuringiensis didapatkan
setiap perlakuan menggunakan 1 ekor dari koleksi IPBCC.
kecoa P. americana yang dihancurkan
pada larutan garam fisiologis.
Analisis data. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Data persentase mortalitas kecoa yang
diperoleh terlebih dahulu dilakukan
transformasi data akar kuadrat dan arc
sin. Selanjutnya data dianalisis dengan
ANOVA satu jalur (one way ANOVA),
kemudian dilanjutkan dengan uji
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

Tabel 1. Karakteristik isolat bakteri SP4, SP3, dan B. thuringiensis


Isolat Tepian Elevasi Warna
Gram Bentuk Bentuk Koloni
Bakteri Koloni Koloni Koloni
SP4 - Oval Licin Cembung Bulat Merah
SP3 - Coccus Licin Cembung Bulat Kuning
BT + Batang Rhizoid Datar Tidak Beraturan Putih

Mortalitas Kecoa Setelah Diberi thuringiensis (Gambar 1). Sementara itu,


Perlakuan Bakteri Entomopatogen perlakuan kontrol yang menggunakan
dengan Metode Semprot akuades steril tidak memberikan
Hasil pengamatan menunjukkan pengaruh mortalitas terhadap kedua
bahwa perlakuan isolat bakteri SP4 jenis kecoa (Gambar 1).
memberikan pengaruh tertinggi Berdasarkan analisis statistik,
terhadap mortalitas kecoa P. americana diketahui bahwa perlakuan isolat bakteri
(26,67%) dan B. germanica (80%) SP4 terhadap kecoa P. americana dan B.
(Gambar 1). Setelahnya secara berturut- germanica menunjukkan hasil yang
turut diikuti dengan perlakuan berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 2).
menggunakan isolat bakteri SP3 dan B.

100
80%
80
Keterangan:
Mortalitas (%)

60 B. germanica
43,33% P .americana
40 33,33%
26,67%
16,67%
20 10%
0% 0%
0
SP3 BT SP4 Kontrol
Perlakuan

Gambar 1. Persentase mortalitas B. germanica dan P. americana yang diperlakukan


dengan isolat bakteri entomopatogen menggunakan metode semprot

Tabel 2. Mortalitas P. americana dan B. germanica yang diperlakukan dengan isolat


bakteri entomopatogen setelah 14 hari pengamatan menggunakan metode
semprot (Ket: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama berarti tidak
berbeda nyata)
Mortalitas (%) ± SD
Perlakuan
P. americana B. germanica
K 0,00 ± 0,00 a 0,00 ± 0,00 p
Bt 10,00 ±14,25 ab 33,33 ± 13,40 q
SP3 16,67 ±12,10 ab 43,33 ± 9,04 q
SP4 26,67 ±19,86 b 80,00 ± 10,55 r
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

Gambar 2. Bagian caput P. americana yang mati akibat perlakuan bakteri


entomopatogen dengan metode semprot dengan skala gambar 1 : 0,18 (A)
SP4 bagian ventral; (B) SP4 bagian dorsal; (C) SP3 bagian ventral; (D)
SP3 bagian dorsal; (E) BT bagian ventral; (F) BT bagian dorsal.
Waktu optimal kematian serangga metode semprot terhadap kecoa P.
target akibat perlakuan menjadi salah americana (10 jam 20 menit 38 detik)
satu indikator uji efikasi suatu dan B. germanica (2 jam 30 menit 46
biopestisida. Hasil analisis probit detik) memiliki Lethal Time (LT-50)
menunjukkan bahwa isolat bakteri SP4 paling rendah dibanding isolat bakteri
yang diperlakukan menggunakan entomopatogen lainnya (Tabel 3).

Tabel 3. LT-50 Isolat bakteri entomopatogen konsentrasi 108 yang diperlakukan


menggunakan metode semprot dan umpan terhadap kecoa P. americana dan
B. germanica
P. americana B. germanica
Perlakuan Semprot Umpan Semprot Umpan
(jam) (jam) (jam) (jam)
SP4 10,344 19,679 2,513 36,914
BT 11,712 16,665 19,298 23,281
SP3 12,700 19,679 19,298 36,914
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

Hasil pengamatan menunjukkan


Hasil uji Postulat Koch membuktikan bahwa perlakuan isolat bakteri B.
bahwa perlakuan isolat bakteri SP4, thuringiensis memberikan pengaruh
SP3, B. thuringiensis bersifat patogenik tertinggi terhadap mortalitas kecoa P.
terhadap kecoa. Bakteri yang berhasil americana (10%) dan B. germanica
diisolasi dari kecoa mati masing-masing (6,67%) (Gambar 3). Walau begitu,
perlakuan pada metode semprot dan berdasarkan analisis statistik perlakuan
umpan, menunjukkan adanya koloni menggunakan metode umpan pada
bakteri SP4, SP3, B. thuringiensis. mortalitas kedua jenis kecoa tidak
berbeda nyata. Hal lain yang dilakukan
Mortalitas Kecoa Setelah Diberi selain pengamatan jumlah mortalitas
Perlakuan Bakteri Entomopatogen kecoa, yaitu ditimbang pula berat pakan
dengan Metode Umpan yang hilang setelah 48 jam pengamatan
(Tabel 4).

12
10%
10
Mortalitas (%)

8 6,67% 6,67% 6,67%


6
3,33% 3,33%
B. germanica
4
2 P. americana
0% 0%
0
Kontrol SP3 SP4 Bt
Perlakuan

Gambar 3. Persentase mortalitas B. germanica dan P. americana yang diperlakukan


dengan bakteri entomopatogen menggunakan metode umpan
Tabel 4. Berat pakan yang hilang setelah 48 jam perlakuan bakteri entomopatogen
terhadap P. americana dan B. germanica menggunakan metode umpan
Rata-Rata Berat Pakan yang Hilang (%)
Perlakuan
P. americana B. germanica
K 65,24 65,77
SP4 52,75 50,14
SP3 53,28 48,22
BT 55,00 56,73

PEMBAHASAN Hal tersebut sejalan dengan penelitian


yang dilakukan oleh Priyatno, dkk
Pigmen berwarna merah yang (2011), bahwa pigmen merah yang
dihasilkan oleh isolat bakteri SP4 dihasilkan oleh Serratia marcescens
merupakan metabolit sekunder yang adalah metabolit sekunder yang dikenal
memiliki kemampuan untuk menjadi sebagai prodigiosin dan memiliki sifat
racun sehingga dapat mematikan kecoa. insektisidal. Patogenisitas atau
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

kemampuan mikroorganisme patogen tersebut terjadi diduga karena isolat


untuk menyebabkan penyakit pada bakteri entomopatogen memiliki sifat
serangga target dipengaruhi oleh yang spesifik dalam menginfeksi
beberapa hal antara lain cara masuk serangga target. Bakteri entomopatogen
bakteri ke tubuh serangga target, jumlah ini akan efektif jika diisolasi dari famili
bakteri yang masuk ke dalam serangga dan diaplikasikan pada famili yang
dan ketahanan tubuh serangga target. sama. Pada penelitian ini isolat bakteri
Pada penelitian ini, metode semprot SP4 dan SP3 diisolasi dari S. litura
menyebabkan isolat bakteri SP4 masuk (Famili Noctuidae), sementara itu kecoa
melalui celah atau lubang alami pada merupakan famili Blattidae. Oleh sebab
tubuh atau langsung mengenai mulut itu, untuk menanggulangi kekurang
kecoa. Serangga target akan mati optimalan pengaruh bakteri
apabila bersinggungan langsung (kontak) entomopatogen yang diaplikasikan
dengan bakteri entomopatogen. dapat dilakukan dengan mengisolasi
Serangga inang dapat mati disebabkan bakteri entomopatogen dari famili yang
perkembangbiakan bakteri di dalam sama dan merekayasa kondisi biotik
tubuh serangga atau toksin/enzim yang yang memengaruhi daya hidup bakteri
disekresikan bakteri, yang dapat entomopatogen.
merusak tubuh serangga dengan Ciri morfologi P. americana dan B.
menginvasi hemocoel dan akhirnya germanica yang mati akibat perlakuan
menyebabkan septicemia (keracunan dengan metode umpan, tubuhnya basah
pada darah). Sejalan dengan Pedoman dan lembek sehingga mudah hancur dan
Penggunaan Insektisida (Pestisida) yang mengeluarkan bau busuk, warnanya
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan hitam gelap. Ciri morfologi kematian
Republik Indonesia (2012), tersebut dikarenakan pengaruh racun
pengendalian kecoa sebagai vektor perut yang ditimbulkan oleh isolat
dapat dilakukan melalui penyemprotan, bakteri B. thuringiensis yang merusak
karena integument kecoa halus dan tipis perut bagian tengah kecoa sehingga
sehingga memudahkan insektisida yang mengganggu proses metabolisme kecoa.
berwujud cair untuk masuk ke dalam Hal ini senada dengan yang
tubuh kecoa. Bagian caput dan kaki disampaikan Lacey & Undeen (1986),
yang berwarna sama dengan warna proses terjadi kematian pada serangga
isolat bakteri, dikarenakan pada bagian uji diakibatkan serangga tersebut
tubuh tersebut terpapar langsung memakan kristal protein yang dimiliki
semprotan isolat bakteri perlakuan. oleh bakteri entomopatogen, B.
Kutikula yang melindungi bagian kaki thuringiensis dimana kristal protein itu
dan caput tidak setebal bagian abdomen akan larut dalam sistem pencernaan
dan thorax bagian dorsal. Oleh sebab itu serangga dan enzim protease yang
pada bagian abdomen dan thorax bagian dimiliki oleh serangga akan membantu
dorsal tidak tampak warna koloni isolat kristal protein dalam memecahkan
bakteri. kristalnya. Dalam tubuh serangga uji
Secara keseluruhan perlakuan isolat spora bakteri tersebut akan
bakteri mampu mematikan kecoa P. berkecambah, sehingga mengakibatkan
americana dan B. germanica tetapi membran usus serangga uji menjadi
pada pengujian terhadap P. americana rusak.
tidak efektif untuk mematikan secara Metode umpan terlihat hasilnya
keseluruhan karena tingkat bahwa B. thuringiensis memberikan
mortalitasnya di bawah 50%. Hal pengaruh mortalitas paling tinggi
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

terhadap kecoa dibandingkan dengan dikatakan efektif apabila waktu


perlakuan lainnya. Menurut Palma, dkk kematian hewan uji mampu dicapai
(2014), serangga target harus pada masa paling lambat 6 jam setelah pemaparan
perkembangan yang tepat dan bakteri dan dapat mematikan serangga target
yang dimakan harus dalam jumlah yang sebanyak 50%.
cukup. Kematian dapat terjadi dalam
waktu beberapa jam atau beberapa hari. KESIMPULAN
Kebanyakan racun kontak juga berperan Metode semprot pada perlakuan
sebagai racun perut. Oleh sebab itu pada isolat bakteri SP4 mempunyai pengaruh
penelitian ini yang menggunakan tertinggi terhadap mortalitas P.
metode umpan, isolat bakteri SP4 yang americana dan efektif terhadap B.
mempengaruhi mortalitas kecoa germanica, karena mampu
tertinggi pada metode semprot juga memengaruhi mortalitas hingga
menimbulkan pengaruh terhadap jumlah mencapai 80% dengan nilai LT 2 jam
kematian kecoa ketika diaplikasikan 30 menit 46 detik. Adapun pada metode
dengan metode umpan walaupun tidak umpan, mortalitas tertinggi P.
lebih banyak jumlah mortalitasnya americana dan B. germanica terdapat
dibanding dengan metode semprot. Hal pada perlakuan menggunakan isolat B.
yang sama juga disebutkan oleh Klein thuringiensis.
(2008), bahwa pada beberapa pestisida
bekerja sebagai racun kontak dan racun DAFTAR PUSTAKA
perut sekaligus. Arifin, K. 2011. Penggunaan Musuh
Metode semprot memberikan Alami sebagai Komponen
pengaruh nyata pada mortalitas kecoa P. Pengendalian Hama Padi Berbasis
americana dan B. germanica Ekologi. Pengembangan Inovasi
dibandingkan metode umpan. Waktu Pertanian 4: 29-46.
mortalitas kecoa yang dibutuhkan juga Barbara, K. A. 2005. American
lebih cepat pada metode semprot cockroach.
dibandingkan dengan metode umpan. http://entnemdept.ufl.edu/creatures
Gejala morfologi juga berbeda, pada /urban/roaches/american_cockroach.
metode semprot, warna koloni isolat htm. 20 Oktober 2015.
bakteri patogen terekspresi pada gejala Bestari, W., Rahayu, R., Dahelmi &
morfologi tubuh kecoa yang mati, Hariani, N. 2014. Efektivitas
sedangkan pada metode umpan kecoa Beberapa Insektisida Aerosol
mati berwarna hitam dan berbau busuk, Terhadap Kecoak Blatella germanica
hal ini disebabkan penyerangan bakteri (L.) (Dyctioptera; Blattellidae) Strain
patogen dari dalam tubuh kecoa VCRU-WHO, GFA-JKT dan PLZ-
utamanya dari sistem pencernaan. PDG dengan Metode Semprot.
Perlakuan beberapa isolat bakteri Jurnal Biologi Universitas Andalas
entomopatogen pada metode umpan 3(3): 207-212.
dapat mematikan kecoa, namun tidak Departemen Kesehatan. 2012. Pedoman
efektif karena persentase kematian Penggunaan Insektisida (Pestisida).
dibawah 50%, selain itu waktu http://www.depkes.go.id. 20 Januari
kematiannya (LT-50) lebih dari 6 jam. 2016.
Kriteria bioinsektisida efektif untuk Handayani, T., Tuasikal, B. J., &
kecoa dikemukakan oleh Bestari, dkk Sugoro, I. 2006. LD50 Sinar Gamma
(2014) serta Jauharlina & Hendrival pada Streptococcus agalactiae untuk
(2003) bahwa suatu bioinsektisida Bahan Vaksin Iradiasi Mastitis pada
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 1-10

Sapi Perah. Risalah Seminar Ilmiah Narasimhulu, K., Rao, P. S., & Vinod,
Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006. A. V. 2010. Isolation and
Jauharlina & Hendrival. 2003. Identification of Bacterial Strains
Toksisitas (LC50 dan LT50) Jamur and Study of their Resistance to
Entomopatogen B. bassiana. (Bals) Heavy Metals and Antibiotics. J
Vuill. terhadap Ulat Grayak Microbial Biochem Technol Volume
Spodoptera litura F. Jurnal Agrista 7 2(3): 074-076.
(3): 295-301. Palma, L., Munoz, D., Berry, D.,
Klein, G. M. 2008. Mechanism of Murillo, J., & Caballero, P. 2014.
Action of Organophosphate Bacillus thuringiensis Toxins: An
Pesticides and Nerve Agents, in Overview of Their Biocidal Activity.
Klein GM (Ed), Disaster preparednes: Journal Toxins 6, 3296-3325.
Emergency Response to 63 Priyatno, T. P., Dahliani, Y. A., Suryadi,
Organophosphorus Poisoning. Y., Samudra, M., Susilowati, D. N.,
Postgraduate Institute for Medicine Rusmana, I., Wibowo, B. S., &
and Quadrant Medical Education, Irwan, C. 2011. Identifikasi
New York. Entomopatogen Bakteri Merah pada
Lacey, L. A., & Undeen, A. H. 1986. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata
Microbial Control of Blackflies and lugens Stal). Jurnal AgroBiogen 7(2):
Mosquitoes. Ann. Rev. Entomol 31: 85-95.
265-296. Wege, P. J., Hoppe, M. A., Bywater, A.
Lee, C. Y., Lee, L. C., Ang, B. H., & F., Weeks, S. D., & Gallo, T. S. 1999.
Chong, N. L. 1999. Insecticide A Microencapsulated Formulation
Resistance In Blattella Germanica Of Lambda-Cyhalothrin.
(L.) (Dictyoptera: Blattellidae) from Proceedings of the 3rd International
Hotels and Restaurants In Malaysia. Conference on Urban Pests. USA.
Proceedings of the 3rd International
Conference on Urban Pests USA.

Anda mungkin juga menyukai