PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan infeksi harus dilaksanakan oleh semua tenaga kesehatan dalam memberi pelayanan
terhadap pasien guna untuk mencegah terjadinya infeksi dan untuk menurunkan angka kematian ibu
dan anak terutama pencegahan infeksi pada proses persalinan harus dilaksankan
Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan bayi menuju indonesia sehat tahun 2016
dituntut pelayanan kebidanan yang berkualitas guna memperoleh sumber daya manusia, generasi
penerus bangsa yang tangguh dan siap mengantisipasi perubahan yang semakin cepat. Bidan sebagai
pemberi jasa standar etikdan tandar pelayanan. Asuhan persalinan normal adalah asuhan persalinan
yang bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi selama dan pasca persalinan ( Depkes )
Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh
perdaraha,eklampsia,dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena faktor
terlambat. Ini semua terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan dan ekonomi, yang
dimaksud dengan faktor terlambat adalah terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil
keputusan, terlambat dirujuk dan terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan
infeksi mikroorganisme dari klien, dan tenaga kesehatan, pengunjung dan masyarakat. Persalinan
merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dar terus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan setelah 37 minggu tanpa disertai adanya
penyulit. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi termasuk cuci tangan, memakai sarung tangan dan
perlengkapan pelindung lainnya menggunakantekhnik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani
peralata tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan ( Buku Acuan APN, 2007 )
Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina,air mani,cairan amnion dan
cairan tubuh lainnya maka dilingkungan yang mungkin terpapar, hal-hal tersebut mempunyai resiko
untuk tertular bila tidak mengindahkan prosedur pencegahan infksi ( Saifudddin 2007 )
Peran bidan dalam melaksanakan tugasnya, bidan tidak hanya memberikan pelayanan, tetapi bisa juga
memberikan konseling dan menjadi pendengaryang baik pada setiap orang yang membutuhkannya. Bida
harus tahu apa sebenarnya yang dibuthkan oleh pasien sehingga memberikan pelayanan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan klien tersebut. Dalam melakukan pencegahan infeksi, seorang bidan harus
didasari dengan pegetahuan dan sikapnya tentang pencegahan infeksi itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengendalian infeksi pada proses persalinan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENCEGAHAN INFEKSI
1. Definisi
Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan
infeksi mikroorganisme dari klien, dan tenaga kesehatan, pengunjung dan masyarakat.pencegahan
infeksi adalah bagian esensial dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan
harus dilaksanakan secara rutin pada saat meolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan
asuhan selaa kunjungan antenatal atau pasca persalinan bayi baru lahir.
Persalinan pervaginam yaitu membuat tidak memerlukan keadaan aseptik seperti kamar bedah
namun memerlukan pendekatan 3 bersih yaitu membuattangan lebih bersih, area perinatal, dan area
umbilikus bersih selama dan sesuah persalinan.
Persalinan pervaginam berhubungan dengan sejumlah faktor yang meningkatkan resiko terhadap
endometrius dan infeksinsaluran kencing. Termasuk ketuban pecah lama, trauma jalan
lahir,pengeluaran plasenta secara manual, episiotomi, dan persalinan forseph tengah
2. Tindakan-tindakan pencegahan
a. Mencuci tangan
Untuk mencegah penularan infeksi kepada penolong dan klien para pelaksana pelayanan KIA perlu
mencuci tangannya sebelum memeriksa klien. Mencuci tangan hendaknya menjadi suatu kebiasaan
dalam melaksankan pelayanan sehari-hari. Cuci tangan merupakan prosedur yang palig penting dari
pencegahan infeksi yang menyebabkan kesakitan da kematian ibu dan bayi baru lahi. Tujuan cuci tangan
adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi menjadi
suatu kebiasaan dalam melaksankan pelayanan sehari-hari. Cuci tangan merupakan prosedur yang palig
penting dari pencegahan infeksi yang menyebabkan kesakitan da kematian ibu dan bayi baru lahi.
Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme. ( tierjen )
1) Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir
5) Setelah menyentuh benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh atau selaput mukosa
lainnya.
3) Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung antiseptik
selama 10 – 15 menit ( pastikan sela-sela jai digosok secara menyeluruh ). Tangan yang terlihat kotor
harus dicuci lebih lama.
5) Biarkan tangan kering dengan cara dianginkan atau keingkan dengan kertas tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering
Sarung tangan digunakan sebelum menyentuh sesuatuyang basah ( kulit tak utuh, mukosa, darah atau
cairan tubuh lainnya ), peralatan, sarung tangan, atau sampah yang terkontaminasi, ganti sarung tangan
untuk menangani setiap ibu atau bayi baru lahir untuk mengindari kontaminasi silang atau gunakan
sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Ada 3 jenis sarung tangan yaitu :
b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjan rutin
c) Saung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memposes peralatan, menangani bahan - bahan
terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi
Adalah istilah umum yang biasa digunakan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme kedalam
tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Tekhnik aseptik membuat prosedur lebih aman bagi
ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan degan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan
seluruh mikroorganisme pada kulit, jaringan dan intrumen atau peralatan hingga tingkat aman
d. Antisepsis
Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya
Dalam mencegah penularan infeksi, dapat dibagi dalam beberapa langkah yatu :
1) Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat
menangani secara aman bneda-benda ( peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan ) yang
terkontaminasi darah dan cairan tubuh.cara memasikan adalah segera melakukan kontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/ terkontaminasi darah atau cairan tubuh
Mencuci dan membilas merupakan tindakan-tindaan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir
semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda asing ( debu, kotoran ) dari kulit atau
intrumen
3) Desinfeksi
Desinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme
penyebab penyakit paa benda-benda mati atau instrumen
4) Desinfeksi tingkat tinggi ( DTT )
Desinfeksi tingkat tinggi merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara merebus atau dengan cara kimiawi
5) Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu tindakan membunuh kuman phatogen dan apatogen beserta sporanya ,pada
perawatan peralatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau menggunkan
bahan kimia
a. Untuk mengurangi terjadinya infeksi pada ibu,bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan
tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.
c. Untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan pengobatannya, seperti misalnya hepatitis dan HIV/AIDS.
a) Setiap orang ( ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan ), harus dia nggap dapat menularkan
penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik ( tanpa gejala )
c) Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan dan telah
bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap
terkontaminasi hingga setelah dipergunakan, harus diproses secara benar
d) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar
maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi
e) Resiko infeksi tidak bisa dihiangkan secara total, tapi dapat hingga sekecil mungkin dengan
menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.
b. APD : sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata, gaun / jubah, perlindungan kaki.
B. Aspek Pencegahan Dan pengendalian infeksi di ruang bersalin dalam masing-masing kala persalinan
Beberapa aspek pencegahan da pengendalian infeksi pada masing-masing kala persalinan, antara lain :
b) Menggunakan sepasang sarung tangan periksa yang bersih atau sarung tngan bedah yang
didesinfeksi tingkat tinggi yang sudah diproses ulang untuk setiap pemeriksaan
c) Hindai mendorong ujung jari pemeriksa pada pembukaan serviks sampai persalinan aktif terjadi
atau sampai diputuskan untukmelakukan induksi persalinan
1) Tekhnik aseptik
Teknik ini merupakan suatu metode pencegahan kontaminasi dengan hanya membiarkan
cairan,instrumen, yang steril untuk kontak dengan area yang rentan. Resiko kontaminasi melalui udara
juga harus diturunkan.
2) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam berpotensi menularkan patogen dari luar tubuh kebagian atas vagina, serviks, dan
jika ketuban pecah langsung ke interior uterus dan ke janin. Sangat penting unuk memastikan bahwa
semua pemeriksaan dalam dilakukan dan tidak hanya sebagai prosedur rutin, untuk meminimalkan
resiko ini
3) Kateter Urie
Kateter urine menjadi salah satu peralatan kebidanan yang lumrah digunakan pada praktik saat ini baik
sebagai kateter sementara maupun kateter menetap. Baktei dapat masuk melalui kantong drainase dan
selang, terutama jika kantong tertaik ke atas dan ke bawah. Oleh karena itu posisi kantong drainase
harus lebih rendh dari kantong kemih dan dekat dengan permukaaan lantai, serta tidak boleh
tersumbat.
Hal – hal yang harus diperhatikan pada fase-fase ini adalah resiko tinggi terkontaminasi
a) Pergunakan alat perlindungan yang lengkap ( apron, sarung tangan steril, kaca mata, masker, topi,
sepatu
4. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala II dan III lainnya :
a) Mencuci tangan
3) Jaga supaya tidak terjadi transmisi mikroorganisme dari petugas, bayi dan lingkungan.
4) Lakukan penjahitan luka episiotomi dengan jarum ( pegang jaingan dengan pinset saat menjahit )
5. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pd kala IV dalam pesiapan untuk menyusui :
2) Bila ibu tidak akan merawat bayi sendiri, bayi dirawat diruang rawat bayi baru lahir
6. Langkah – langkah untuk menurunkan resiko infeksi selama persalinan dan kelahiran pervaginam
meliputi :
Langkah 2 : segera setelah pasien diposisikan untuk kelahiran pakai sarung tangan pada kedua tangan
dan cuci ara vulva, perineum, dan daerah anus dengan sabun dan air bersih
Langkah 3 : cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 % lepaskan
sarung tangan, tempatka dalam kantong plastik atau kontainer tertutup
Langkah 4 : cuci tangan dengan sabun dan air bersih dan eringkan dengan kain bersih yang kering
atau keringkan dengan udara
Langkah 5 : oleskan 5 ml antiseptik pencuci tangan pada tangan dan lengan, gosok sampai keing
Langah 6 : pakai sarung tangan bedah steril atau DTT pada kedua tangan
Langkah 7 : pakai alat pelindung termasu apron plastik atau karet dan pelindung muka karena
terciprat darah atau cairan amnion yang berdarah dapat terjadi.
Sesudah melahirkan
Langkah 8 : sebelum mebuka sarung tangan, tempatkan semua barang yang akan dibuang kedalam
kantong plastik atau kontaine sampah yang tahan bocor dan tertutup
Langkah 9 : jika episiotomi dilakukan atau ada robekan vagina atau perineum lakukan penjahitan
Langkah 10 : rendam kedua sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, buka sarung tangan dengan
membaliknya dan tematkan dalam kantong kontainer sampah yang tahan bocor dan tertutup kalau mau
dibuang. Jika digunakan ulang rendam didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit untuk
dekontaminasi
Langkah 11 : cuci tangan dengan sabun dan air kemudian keringkan dengan kain keingatau dengan
udara, atau pakailah antiseptk gosok tangan berbahan dasar alkohol yang tak berair.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan
infeksi mikroorganisme dari klien, dn tenaga kesehatan, pengunjung dan masyarakat.pencegahan infeksi
adalah bagian esensial dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus
dilaksanakan secara rutin pada saat meolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan
selaa kunjungan antenatal atau pasca persalinan bayi baru lahir
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini belum mencapai titik kesempunaan, jadi kritikan yang membangun
kami sangat harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2011. Pencegahan infeksi dalam kebidana. Cetakan pertama. Trans info media
Buku acuan APN, 2007. Buku Panduan Asuhan Persalinan Normal, Edisi Revisi, Jakarta; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.