Anda di halaman 1dari 14

Tugas : Asuhan persalinan dan bayi baru lahir

Dosen pengampuh : Ibu Wahida,S,SiT,M,Keb

PROSEDUR EPISIOTOMI

OLEH

NAMA: RIAN ANDRIANI

NIM : P00324019089

TINGKAT : II B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

2020
KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang bejudul “ EPISIOTOMI “ ini tepat pada waktunya.

Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari bebagai
pihak,untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing dan juga teman-teman semua
yang telah ikut berperan serta dalam pembuatan makalah ini.

Disini penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi orang-orang yang
membacanya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini belumlah sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
pada pembuatan makalah-makalah yang selanjutnya.

Landono,3 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
D. Manfaat..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................

A. Defenisi..................................................................................................... 3
B. Indikasi Episiotomi................................................................................... 3
C. Tujuan Episiotomi..................................................................................... 3
D. Manfaat Episiotomi................................................................................... 4
E. Jenis – jenis Episiotomi............................................................................ 5
F. Prosedur Pelaksanaan Episiotomi............................................................. 7

BAB III PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................... 10
B. Saran......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Episiotomi adalah pengguntingan mulut rahim sebagai jalan lahir pada saat proses persalinan. Bila
persalinan dilakukan dengan tindakan episiotomi, maka sebaiknya jika habis ke buang air kecil atau
besar, bekas luka dikompres dengan obat antiseptik. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi.
Selain kompres, bisa juga dilakukan dengan mengolesinya dengan salep antibiotik. Salep ini
biasanya sekaligus juga menyembuhkan wasir ibunya yang kerap keluar saat persalinan.

Jika robekan tersebut hingga mengenai anus, maka sesudah anusnya dibenahi, pasien harus diet
sampai luka di anusnya sembuh, kira-kira 5-7 hari. Ibu harus mengatur makanannya agar buang air
besarnya menjadi lembek atau encer. Kalau perlu dibantu dengan obat pencahar.

Kalau robekannya banyak, maka sebaiknya di minggu pertama sesudah persalinan, ibu jangan
banyak bergerak dulu. Terutama yang membuat gerakan di daerah perineumnya. Misalnya, berjalan-
jalan, karena berjalan-jalan akan membuat pergeseran di daerah perineum. Jadi, lakukan kegiatan
yang tidak banyak menggerakkan daerah perineum tersebut. Misalnya, dengan duduk atau berbaring.
Pengguntingan mulut rahim sebagai jalan untuk kelahiran janin pada saat persalinan kadangkala
perlu dilakaukan. Melahirkan tanpa pengguntingan bisa mengakibatkan robekan ke mana-mana. Saat
bayi dilahirkan, terutama kala kepala atau pantat bayi mulai “nongol”, maka bisa jadi membuat robek
leher rahim, vagina, labia, hingga perineum sang ibu. Terlebih lagi pada kelahiran dengan bayi besar
atau proses kelahirannya terlalu cepat. Perobekan itu bisa melebar ke mana-mana dengan bentuk
yang tak beraturan, sehingga proses penjahitan kembali akan mengalami kesulitan.

B.     Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
1.Untuk mengetahui episiotomi secara umum.
2.Guna memberikan wawasan kepada para pembaca tentang episiotomi.
b.Tujuan khusus
1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan episiotomi.
2.Untuk mengetahui apa indikasi dilakukan episiotomi.
3.Untuk mengetahui manfaat episotomi.
4.Untuk mengetahui jenis-jenis episiotomi.
5.Untuk mengetahui pertimbangan dilakukannya episiotomi.
6.Untuk mengetahui bagaimana prosedur episiotomi.
7. Untuk mengetahui apa yg menjadi pertimbangan dilakukannya episiotomi .
8.Untuk mengetahui  apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan episiotomi.
9.Untuk mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan episiotomi.
1o.Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Askeb 2 dalam proses belajar dan mengajar di kelas.

1
 
C. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan episotomi ?
b. Apa indikasi dilakukan episiotomi ?
c. Apa  manfaat episotomi ?
d. Apa jenis-jenis episiotomi?
e.  Apa pertimbangan dilakukannya episiotomi ?
f. apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan episiotomi?
g. Bagaimana prosedur episiotomi ?
D.    Manfaat
a. Mahasiswa dapat memahami apa Episiotomi.
b. Mahasiswa dapat memahami kapan episiotomi dilakukan.
c. Mahasiswa dapat memahami apa manfaat episiotomi.
d. Mahasiswa dapat memahami apa jenis-jenis episiotomi.
e. Mahasiswa dapat memahami bagaimana prosedur episiotomi.
f. Mahasiswa dapat memahami apa yang menjadi pertimbangan dilakukannya
episiotomi.
g. Mahasiswa dapat memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam malakukan
episotomi.
h. Tenaga kesehatan mampu membuat intervensi dan memberi asuhan yang tepat pada
ibu bersalin khususnya yang di episiotomi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Defenisi
Episiotomi dalam artian sempit adalah insisi pudenda. Periniotomi adalah insisi pada perineum. Akan
tetapi , dalam bahasa biasa episiotomi sering sama digunakan dengan episiotomi. Dengan kata lain
episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina. Pengertian lain dari
episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum
totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk
mencegah ruptur yang secara berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata agar memudahkan
penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal itu tidak didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.

Sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, karena ada indikasi
tertentu untuk dilakukan episiotomi . para penolong persalinan harus cermat membaca kata rutin
pada episiotomi karena hal itulah yang dianjurkan, bukan episiotominya.

Alasan mengapa episotomi bukan merupakan tindakan rutin adalah sebagai berikut :

1. Perineum  dapat dipersiapkan  melalui latihan keagel dan periode pada masa pranatal.
Latihan keagel pada peiode post partum dapat memperbaiki tonus otot-otot perineum.
2.  Robekan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan episiotomi.
3. Nyeri dan tidak nyaman akibat episotomi dapat menghambat interaksi ibu anak dan dimulai
kembalinya hubungan seksual orang tua.
4. Kejadian laserasi derajat tiga dan empat lebih banyak terjadi pada episiotomi rutin daripada
tanpa episiotomi.
5. Meningkatnya resiko infeksi ( terutama jika prosedur PI ).
1. B.     Indikasi Episiotomi
a. Gawat janin.
b. Penyulit persalinan pervaginam ( sunsang, distosia bahu, ekstraksi forcep dan vakum,
bayi besar, presentasi muka, dll ).
c. Pada persalinan prematur.
d. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan.
Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan perineum yang tidak teratur dan robekan pada
muskulus sfinter ani ( ruptura perineum totalis ) yang tidak bisa dijahit dan dirawat dengan baik jika
terjadi akan mengakibatkan beser berak ( inkontinensia alvi )

C.    Tujuan episotomi
a. Mempercepat persalinan dengan memperlebar  jalan lahir lunak.
b. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan jahitan.
c. Menghindari robekan perineum spontan.
3

d. Memperlebar jalan laahir pada persalinan pervaginam dengan tindakan.


D.    Manfaat episiotomi
a. Mencegah robekan perineum derajat tiga, terutama sekali dimana sebelumnya ada
laserasi yang luas didasar panggul. Insisi yang bersih dan dilakukan pada posisi yang
benar akan lebih cepat sembuh daripada luka yang tidak teratur.
b. Menjaga uretra dan klitoris dari trauma yang luas. Kemungkinan mengurangi
regangan otot penyangga kandung kemih atau rektum yang terlalu kuat dan
berkepanjangan, yang dikemudian hari akan menyebabkan inkonensia urin daan prolaps
vagina.
c. Mengurangi lama kala II yang mungkin penting terhadap kondisi ibu atau keadaan
janin ( fetal distress ).
d. Memperlebar vagina jika diperlukan menipulasi untuk melahirkan bayi, contohnya
pada presentasi bokong atau pada persalinan dengan tindakan.
e. Mengurangi resiko luka intrakranial pada baayi prematur.
pada saat tindakan episiotomi mungkin diperlukan pada keadaan yang pasti. Beberapa kerugian yang
harus diingat adalah sebagai berikut :

1. Dapat menyebabkan nyeri pada masa nifas yang tidak perlu, sering membutuhkan
penggunaan analgesik.
2. Menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri kerena insisi episiotomi juga penjahitan saat
berbaring dan duduk di tempat tidur, bisa menyebabkan imsomnia dan mengganggu
kemmpuan ibu untuk berinteraksi dengan bayinya pada minggu pertama dan mengganggu
ibu untuk menyusui bayinya. Banyak wanita juga mengalami nyeri pada saat duduk di kursi
dan pada saat berjalan. Nyeri bisa menyebabkan kesulitan pada saat BAK.
3. Nyeri atau ketidaknyaman dapat berlangsung lama sampai beberapa minggu atau satu bulan
postpartum.
4. Terjadi perdarahan, perdarahan hebat jarang terjadi.
5. Insisi dapat bertambah paanjang jika persalinan tidak terkontrol atau jika insisi tidak adekuat/
tidak dilakukan dengan baik.
6. Selalu ada resiko infeksi, terutama bila berdekatan dengan anus.
7. Dipauruneria dan ketakutan untuk memulai hubungan seksual. Mungkin berlanjut sampai
beberapa bulan setelaah melahirkan.
Pertimbangan melakukan episiotomi :

1. Waktu yang tepat melakukan episiotomi


a. Pada waktu puncak his dan saat pasien meneran.
b. Perineum sudah tipis.
c. Lingkar kepala pada perineum sekitar 5 cm.
d. Indikasi melakukan episiotomi
i. Hampir pada mayoritas primigravida, tapi evidanced based menyatakan hal
ini dapat dihindari dengan mempertimbangkan elastisitas perineum.
ii. Pada multigravida dengan perineum kaku.
iii. Pada persalinan prematur atau letak sungsang.
iv. Teknik pelaksanana episiotomi.
4

E.     Jenis-jenis Episiotomi
1.      Episiotomi mediolateralis
Merupakan insisi perineum kearah bawah, tetapi menjauhi rektum, selain itu dapat juga kearah kanan
atau kiri tergantung tangan dominan yaang digunakan oleh penolong. Episotomi mediolateralis
memotong  sampai titik tendineus pusat perineum, melewati bulbokavernosus dan otot-otot
tranversus perinei supervisialis dan profunda, kemudian kedalam otot pubokoksigeus ( levator ani ).
Banyaknya otot pubokosigeus yang dipotong tergantung pada panjang dan kedalaman insisi. Pada
epsiotomi medialateralis penolong diharapkan agar berhati-hati untuk memulai potongan pada aspek
lateral fourchete atau mengarahkan potongan terlalu jauh ke sisi lateraal sebagai upaya menghindari
kelenjar bartholin di sisi tersebut.

Episiotomi mediolateral paling sering digunakan karena relatif lebih aman untuk mencegah perluasan
ruptur perineum ke arah derajat tiga dan empat. Pada episiotomi ini kehilangan darah akan lebih
banyak dan perbaikan lebih sulit, serta lebih nyeri dibandingkan episiotomi median.

Pengguntingan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptur perineum
tingkat tiga. Perdarahan luka lebih banyak karena melibatkan daerah yang lebih banyak pembuluh
darahnya. Otot-otot perineum  terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan
sedekimikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

2.      Episiotomi Medialis
Pengguntingan yang dimulai pada garis  tengah komisura posterior lurus kebawah, tetapi tidak
sampai mengebai serabut sfingter ani. Episiotomi medialis merupakan insisi pada garis tengah
perineum kearah rektum, yaitu ke arah titik tendensius perineum, memisahkan dua sisi otot perineum
bulbokavernosus. Otot transversus perinei profunda juga dapat dipisahkan, bergantung pada
kedalaman insisi.

Episiotomi ini efekti, lebih mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri timbul lebih ringan. Terkadang juga
dapat terjadi perluasan ruptur perineum derajat tiga dan empat, namun penyembuhan primer dan
perbaikan  ( jahitan ) yang baik akan memulihkan tonus otot sfingter. Keuntungan dari episiotomi
jenis ini adalah :

1. Perdarahan yang timbul dari luka lebih sedikit karena merupakan daerah yang relatif sedikit
mengandung pembuluh darah.
2. Pengguntiangan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kemabali lebih mudah
dan penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugian dari episiotomi jenis ini adalah dapat terjadinya ruptur perineum tingkat tiga inkomplet 
( laserasi muskulu sfinter ani ) atau komplet ( laserasi dinding rektum ).
5

Keuntungan dan kerugian bentuk episiotomi medialis dan mediolateralis :

Episotomi medialis Episotomi mediolateralis


1. Mudah dijahit
2. Anatomis maupun fungsionalnya
sebuh dengan baik.
3. Nyeri dalam nifas tak terlalu.
4. Dapat menjadi ruptur perineum
totalis
5. Lebih sulit dijahit
6. Anatomis dan fungsionalnya
penyembuhannya kurang
sempurna.
7. Nyeri pada haari pertama nifas
8. Jarang menjadi ruptur perineum
totalis.

3.      Episiotomi Lateralis
Pengguntingan yang dilakukan kearah lateral mulai dari kira-kira jam tiga atau sembilan menurut
arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan  lagi karena banyak menimbulkan
komplikasi. Luka sayatan dapat menyebar kearah dimana terdapat pembuluh darah pudendal interna
sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu bparut yang terjadi dapat
menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.

4.      Insisi Schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episotomi mediolateralis, tetapi pengguntingannya melengkung
kearah bawah lateral, melingkari rektum dan sayatannya lebih lebar.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Episotomi

1. Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya.
2. Sebelum melakukan episiotomi, berikan anastesi  pada perineum terlebih dahulu karena ini
merupakan salah satu dari asuhan sayang ibu.
3. Jangan melakukan episotomi terlalu dini karena ini akan menyebabkan perdarahan. Tunda
sampai perineum menipis dan pucat, serta diameter kepala bayi nampak di vulva 5-6 cm.
4. Arah guntingan adalah mediolateral untuk menghindari ruptur perineum totalis.
5. Jangan menggunting perineum sedikit demi sedikit karena akan luka tidak rata dan sulit
untuk dijahit.
6. Perikasa selalu gunting yang digunakan, pastikan selalu dalam keadan tajam dan steril.
Persiapan Dalam Melakukan Episotomi Adalah Sebagai Berikut :
6

1. Mempertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episotomi dan pastikan bahwa


episiotomi itu penting dilakukan untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan bayi.
2. Pastikan semua bahan dan perlengkapan sudah tersedia dan dalam keadaan desinfektan
tingkat tinggi atau steril.
3. Gunakan teknik aseptik tiap saat. Gunakan sarung tangan DTT atau steril.
4. Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan , serta jelaskan secara rasional alasan
diperlukannya tindakan episiotomi dilakukan.
Dalam melaksanakan episotomi, berikan anestesi lokal secara dini agar obat tersebut mempunyai
tepat waktu untuk memberikan efek sebelum dilakukan episotomi. Pada episiotomi diberikan
anastesi karena tindakaan ini menimbulkan rasa sakit dan memberikan ansatesi lokal merupakaan
asuhan sayang ibu.

Memberikan Anestesi Lokal

1. Jelaskan kepada ibu apa yang dilakukan dan bantu ibu untuk merasa rileks.
2. Masukkan 10 ml larutan lidokain 1%  kedalam tabung suntik steril ukuran 10 ml        
( tabung suntik yang lebih besar juga dapat digunakan jika diperlukan ). Jika lidokain 1%
tidak tersedia, larutka sebagian lidokain 2%  dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air
distilasi steril, sebagai contoh larutkan 5 ml larutan lidokain dalam 5 ml garam fisiologis atau
air steril.
3. Pastikan tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm ( jarum yang lebih
panjang boleh digunakan apabila diperlukan ).
4. Letakan dua jari kedalam vaagina diantara kepala bayi dan perineum.
5. Masukkan jarum ditengah fourchete dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan
dilakukan episiotomi.
6. Aspirasi ( tarik batang penghisap ) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada dalam
pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokain, tarik
jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.
Alasan ; ibu dapat mengalami kejang dan menimbulkan kematian jika lidokain disuntikkan ke
pembuluh darah.

1. Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan lidokain maksimun 10 ml lidokain.


2. Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan. Kulit melembung
sehingga anastesi bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum di sepanjang garis yang akan
dilakukan episotomi.
3.
F.     Prosedur Pelaksanaan Episotomi
1. Tunda tindakan episotomi hingga perineum menipis dan pucat, serta 3-4 cm kepala bayi
sudah terlihat pada saat kontraksi. Alasan : melakukan episiotomi akan menyebabkan
perdarahan jangan melakukan secara dini.
2. 2.       Masukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum. Kedua jari
agak diregangkan dan berikan tekanan lembut kearah luar pada perineum.

7
Alasan : hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga
membuatnya lebih mudah di episotomi.

1. Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Tempatkan gunting ditengah
fourchette posterior dan gunting mengarah kesudut yang diinginkan, untuk melakukan
episotomi mediolateralis ( jika penolong bukan kidal, episiotomi mediolaterla yang
dilakukakan disisi kiri lebih mudah dijahit ). Pastikan untuk melakukan palpasi/
mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jaauh kearah
samping untuk menghindari sfingter.
2. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua arah
gunting yang mantap. Hindari menggunting sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan
tepi luka yang tidak rata sehingga akan menyulikan penjahitan atau penyembuhan yang lebih
lama.
3. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina.
4. Jika kepala belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episotomi dengan dilapisi kain atau
kasaa disinfeksi tingkat tinggi atau steril diantara kontraksi untuk membantu mengurangi
perdarahan.
5. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan episotomi.
6. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episotomi, perineum, dan
vagina mengalami perluasan dan laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episotomi
atau laserasi tambahan.
7.
Klasifikasi Laserasi

1.Derajat Satu

a. Mukosa vagina
b. Komisura posterior
c. Kulit perineum
2.      Derajat Dua
a.Mukosa vagina
b.Komisura posterior
c.Kulit perineum
d.Otot perineum.
3.      Derajat Tiga
a.Mukosa vagina
b.Komisura posterior
c.Kulit perineum
d.Otot perineum.
e.Otot sfinter ani
4.      Derajat Empat
a.Mukosa vagina
b.Komisura posterior
c.Kulit perineum

8
d.Otot perineum.
e.Otot sfinter ani
f.Dindig depan rektum
 

Pencegahan Laserasi

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala janin dilahirkan, kejadian ini
akan meningkat jika bayi atau janin yang dilaahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali.  Adanya
kerjasama yang baik antara pasien dan penolong saat kepala sedang crowning ( kepala nampak 5-6
cm di vulva ) sangat berperan dalam pencegahan laserasi. Dalam tahap ini pasien dan penolong
bekerjasama dalam mengendalikan kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus
vagina melalui pengaturan irama, kekuatan dan durasi meneran.

9
BAB IV
PENUTUP

1. A.    Kesimpulan
episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum
totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk
mencegah ruptur yang secara berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata agar memudahkan
penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal itu tidak didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.

Sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, karena ada indikasi
tertentu untuk dilakukan episiotomi . para penolong persalinan harus cermat membaca kata rutin
pada episiotomi karena hal itulah yang dianjurkan, bukan episiotominya.

Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan perineum yang tidak teratur dan robekan pada
muskulus sfinter ani ( ruptura perineum totalis ) yang tidak bisa dijahit dan dirawat dengan baik jikaa
terjaadi aakan mengakibatkan beser berak ( inkontinensia alvi ).

Dalam melaksanakan episotomi, berikan anestesi lokal secara dini agar obat tersebut mempunyai
tepat waktu untuk memberikan efek sebelum dilakukan episotomi. Pada episiotomi diberikan
anastesi karena tindakaan ini menimbulkan rasa sakit dan memberikaansatesi lokal merupakaan
asuhan sayang ibu.

B. Saran

Karena episotomi adalah tindakan yang menyebabkan kesakitan pada ibu, maka kita sebagai seorang
bidan tidak boleh melakukan episiotomi tanpa adanya indikasi yang mendukung.

Penulis berharap setelah mambaca makalah ini Bidan tidak lagi menganggap bahwa episotomi
merupakan kegiatan yang rutin dilakukan pada ibu bersalin, tetapi Bidan melakukan episotomi atas
adanya indikasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Salemba Medika. Jakarta

Rohani. Dan Reni Saswita. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Salemba Medika.
Jakarta

JNPK-KR. 2012. Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai