Anda di halaman 1dari 2

8.

6 CROSSDOCKING : METODE INOVATIF DALA M MANAJEMEN DISTRIBUSI

Secara tradisional, perusahaan sering menggunakan gudang sebagai tempat penyimpanan produk
sebelum ada pesanan dari pelanggan. Setelah ada pesanan, barang yang dipesan akan diambil dari
gudang, dikemas, kemudian dikirim. pada model crossdocking, gudang tidak berfungsi sebagai tempat
penyimpan produk, tetapi sebagai tempat transfer barang dari truk pengangkut ke truk penjemput. Barang
yang dikirim dari tempat asal sudah dimiliki oleh pemesan, sehingga begitu sampai di gudang, petugas
akan mengetahui ke truk penjemput mana produk tersebut akan ditransfer. Menurut Gue (2001), model
crossdocking menghilangkan dua kegiatan gudang yang paling mahal, yaitu kegiatan penyimpanan dan
order picking, Jadi, pada model ini gudang tidak melaksanakan dua aktivitas tersebut, tetapi tetap
berfungsi sebagai fasilitas penerimaan (receiving) dan pengiriman (shipping).

Aplikasi crossdocking ini bisa terjadi pada beberapa area. Misalnya, distributor bisa menggunakan
konsep ini untuk melakukan konsolidasi item-item yang datang dari berbagai vendor dan akan dikirim ke
pelanggan. Distributor komputer yang membeli komponen dari
berbagai vendor/pabrik akan melakukan konsolidasi komponen-komponen tersebut di suatu lokasi yang
dinamakan pusat merge-in- transit, sehingga mereka bisa dikirim secara bersamaan dalam satu paket.
Pada bisnis ritel, crossdocking bisa dilakukan dengan mengonsolidasikan produk yang datang dari
berbagai vendor untuk dikirim ke berbagai toko/ritel yang akan menjual produk-produk tersebut.

Salah satu keunggulan darii crossdocking adalah waktu tempuh yang pendek bagi barang-barang
yang dikirim. Hal ini disebabkan rata-rata lamanya baranq tinqqal di gudang lebih sedikit, barang yang
sudah jelas pemesannya. Hal tersebut mengurangi biaya simpan. Biaya transpotasi juga bisa berkurang
karena adanya konsolidasi beban tempat dimungkinkan barang yang berasal dari vendor yang berbeda
dibawa oleh truk penjemput yang sama dan barang untuk pemesan yang berbeda dibawa oleh truk
pengirim yang sama. Artinya, akan tercapai skala ekonomi lebih tinggi pada pengiriman. Di Sisi lain,
crossdocking biasanya menimbulkan aktivitas tambahan berupa pelabelan yang lebih saksama, sehingga
tidak terjadi kemungkinan pertukaran barang dari satu pemesan ke pemesan yang lain. Demikian juga
penjadwalan pengiriman dan penjemputan menjadi kompleks karena diperlukan sinkronisasi antara waktu
kedatangan truk pengiriman maupun penjemput di gudang crossdock. Gambar 8.7 mengilustrasikan
model crossdocking.
RECEIVING

SORTING

SHIPPING

Apakah crossdocking bisa dilaksanakan dengan baik pada setiap situasi? Gue (2001), menyatakan
bahwa produk yang tepat ditangani dengan crossdocking adalah yang variasinya sedikit dan volume
kebutuhannya banyak, Apabila variasi atau ketidakpastian tinggi, proses crossdocking akan sulit
dilakukan karena tidak mudah untuk menyinkronkan waktu pengiriman dan penjemputan, Oleh karena itu
Pada model crossdocking, pemesan harus sudah memiliki firm order (pesanan definitif) beberapa hari
sebelum jadwal pengiriman. Demikian juga jika volume ransaksi rendah, crossdocking tidak akan
ekonomis untuk dilakukan. Pada situasi seperti ini justru lebih ekonomis bagi gudang untuk menyimpan
persediaan daripada melakukan crossdocking. Syarat lain yang sangat penting bagi suksesnya
crossdocking adalah hubungan yang dekat dan pertukaran informasi yang transparan antara perusahaan
pemesan dengan perusahaan perngirim. Tentunya diperlakukan kemauan dan teknologi yang bisa
membantu proses pertukaran informasi agar crossdocking bisa berjalan dengan lancar

Anda mungkin juga menyukai