Anda di halaman 1dari 26

Referat

HERNIA

Disusun Oleh :
Noreba, S.Ked
NIM. 1508438072

Pembimbing:
dr. Suindra, Sp.B-KBD

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek

atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Semua hernia terjadi melalui

celah lemah atau kelemahan potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oeh

peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang dan berkelanjutan.1

Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 25% penduduk pria dan 2%

penduduk wanita menderita hernia inguinal didalam hidupnya, dengan hernia

inguinal indirek yang sering terjadi.2 Hernia terjadi enam kali lebih banyak pada

pria dibandingkan wanita. Pada pria, 97% hernia terjadi di inguinalis, 2%

femoralis, dan 1% umbilicalis. Pada wanita, 50% terjadi pada daerah inguinalis,

34% pada canalis femoralis, dan 16% pada umbilicus.3

Hernia dapat terjadi akibat kelainan kongenital maupun didapat. Pada

anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus

vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada

orang dewasa adanya faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan,

beban berat, batuk-batuk kronik, asites, riwayat keluarga dan lain-lain.3

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan

operatif. Pengobatan konservatif terbatas ppada tindakan melakukan reposisi dan

1
pemakaian penyanggah atau penunjang untuk memepertahankan isi hernia yang

telah direposisi.4

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas anatomi, definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi

klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi hernia.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan referat ini adalah :

1. Memahami dan menambah wawasan mengenai hernia.

2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran

khususnya bagian ilmu bedah.

3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di

Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu

kepada beberapa literatur.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

2.1.1 Dinding Abdomen

Lapisan-lapisan dinding abdomen dari luar ke dalam terdiri dari:1

Gambar 1. Lapisan-lapisan dinding abdomen

1) Kulit

Garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan horizontal di sekitar

tubuh. Secara klinis, hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini

3
akan sembuh dengan sedikit jaringan parut, sedangkan insisi yang

menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang

menonjol.

2) Fascia superficialis

a. Lapisan luar adalah paniculus adiposus (fascia camperi) yang

berhubungan dengan lemak superficial dan turun sekitar penis, skrotum,

peritoneum, paha, bokong, dan tebal 3 inci.

b. Lapisan dalam adalah stratum membranosum (fascia scarpae), yaitu

stratum membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di

bagian inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini

bersatu dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum

inguinale, ke arah penis (fascia Buck).

3) Otot dinding anterior abdomen

a. Musculus obliquus abdominis externus

Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua

lapisan, yaitu superficial dan profunda menjadi aponeurosis m. obliquus

abdominis externus. Bersama dengan aponeurosis m. obliquus abdominis

internus dan m. tranversus abdominis membentuk sarung rektus dan linea

alba. Aponeurosis m.obliquus abdominis externus menjadi batas

superficial dari canalis ingunalis. Ligamentum inguinale (Poupart)

merupakan penebala bagia bawah aponeurosis m. obliquus abdominis

externus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang

pubis. Lakunare (Gimbernati) merupakan bagian paling bawah dari

4
ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon m. obliquus

abdominis externus yang berasal dari SIAS.

b. Musculus obliquus abdominis internus

Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di

profunda m. obliquus abdominis externus. Serabut tendon yang terbawah

bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari m. transverses

abdominis membentuk conjoined tendon.

c. Musculus transversus abdominis

Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda m.

obliquus abdominis externus dan serabut-serabutnya berjalan horizontal

ke depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo

yang sama dari m. obliquus abdominis internus membentuk conjoined

tendon.

4) Fascia transversalis

Merupakan lapisa fascia tipis yang membatasi m. transverses

abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2

lapisan, satu terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis

dari bagian luar, keluar dari tendon m. transversalis pada bagian dalam dari

spermatic cord dan berikatan ke linea semilunaris. Ligamentum Cooper

terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus pubis

dan fascia.

5
5) Lemak ekstraperitoneal

Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam

jumlah yang bervariasi dan terletak di antara fascia transversalis dan

peritoneum parietale.

6) Peritoneum parietale

Merupakan membrane serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan

melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi

rongga pelvis.

2.1.2 Regio inguinalis

2.1.2.1 Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus

yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis dan

aponeurosis otot tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum

pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari

aponeurosis Musculus Obliquus Externus. Atapnya ialah aponeurosis Musculus

Obliquus Externus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi

tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.4

Fungsi canalis inguinalis pada laki-laki memungkinkan struktur-struktur

yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju

abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil

memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium

mayor.4

6
Gambar 2. Kanalis Inguinalis

2.1.2.2 Trigonum Hesselbach

Trigonum Hesselbach merupakan daerah yang secara lateral dibentuk oleh

vena epigastrika inferior, pada daerah inferior dibatasi oleh ligamentum inguinale,

dan daerah medialnya dibatasi oleh musculus rectus abdominalis medial. Dasar

trigonum Hesselbach dibentuk oleh fascia tranversalis yang diperkuat oleh serat

aponeurosis musculus tranversus abdomini.4

Gambar 3. Trigonum hassebach

7
2.2 Definisi Hernia

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek

atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi

perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik

dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.4

2.3 Etiologi

Hernia dapat terjadi karena anomaly congenital atau didapat. Berbagai

factor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di annulus

internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.

Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu

yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dapat berperan adalah adanya

prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intraabdomen, dan

kelemahan otot dinding perut karena usia.1

Hernia merupakan penyakit multifaktorial. Adapun faktor-faktor resiko

yang berperan menyebabkan tekanan intraabdomen meninggi secara kronik antara

lain batuk kronik (penyakit paru obstruktif kronis), obesitas, konstipasi, hipertrofi

prostat, kehamilan, riwayat hernia pada keluarga, maneuver valsava, asites,

kelainan jaringan ikat congenital, gangguan sintesis kolagen, riwayat insisi

kuadran kanan bawah, aneurisma arteri, merokok, mengangkat beban berat dan

aktivitas fisik berlebih.5

Beberapa factor yang menyebabkan kegagalan fasia transversalis untuk

menahan kantung visceral dalam orifisium miopektineal adalah (1) keadaan

8
berdiri terlalu lama, (2) defisiensi otot, (3) hancurnya jaringan penyambung akibat

merokok, penuaan, atau penyakit sistemik.2

2.4 Klasifikasi Hernia

Adapun klasifikasi hernia adalah sebagai berikut.6

1) Berdasarkan waktu terjadinya

a. Hernia bawaan/kongenital

- Sempurna: proses di intra uterine, misalnya hernia umbilikalis

fetalis, epigastrika.

- Tidak sempurna: pada waktu lahir kelainan belum tampak, tetapi

sudah ada predisposisi terjadinya hernia. Kelainan ini terjadi 1-2

minggu setelah lahir/setelah berumur beberapa tahun.

b. Hernia dapatan/akuisita

Terdapat dua tipe, yaitu hernia primer dan sekunder. Hernia

primer terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah seperti pada

struktur yang menembus dinding abdomen (pembuluh darah femoralis

yang melalui kanalis femoralis), otot dan aponeurosis yang gagal untuk

menutup normal (misalnya regio lumbal), dan jaringan fibrosa yang

berkembang untuk menutup defek (misalnya umbilikus). Sedangkan

hernia sekunder terjadi pada tempat pembedahan/trauma dinding

abdomen, misalnya laparatomi dan trauma tembus.

9
2) Berdasarkan sifatnya

a. Hernia reponibel

Apabila isi hernia dapat keluar masuk lewat cincin hernia, tanpa

ada gangguan vaskularisasi. Isi hernia keluar jika berdiri atau mengedan

dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan

nyeri atau gejala obstruksi usus. Kalaupun ada rasa nyeri, biasanya

dirasakan di daerah epigastrium/paraumbilikal berupa nyeri visceral

karena regangan pada mesenterium sewaktusatu segmen usus halus

masuk ke dalam kantong hernia.

b. Hernia irreponibel

Apabila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam

rongga perut karena perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong

hernia. Terbagi atas hernia akreta (kantong hernia dan isinya lengket kulit

karena fibrosis) dan hernia irreponibel lainnya (kantong dan isi terjepit

cincin hernia). Masih tidak ada keluhan nyeri dan tanda obstruksi usus.

3) Berdasarkan keadaannya

a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat

kembali ke dalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan

pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih

dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.

b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia

terpuntir atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan

pergerakan otot serta mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus

dan kerusakan jaringan.

10
4) Berdasarkan lokasi/letak

a. Hernia inguinalis

Adalah hernia yang terjadi di lipatan paha. Kantong hernia berisi

usus prolaps celah inguinalis di atas kantong skrotum. Hernia ini

mengikuti funikulus spermatikus atau ligamentum teres uteri dengan

tanda adanya benjolan di regio inguinalis. Hernia inguinalis dapat terjadi

karena anomali kongenital atau didapat.

 Kongenital

Kanalis inguinalis normal pada fetus. Bulan ke-8 kehamilan,

terjadi desensus testis melalui kanal tersebut yang menarik peritoneum ke

daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut

prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, prosesus

mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal

tersebut. Namun, dalam beberapa hal, kanalis tidak menutup. Karena

testis kiri turun terlebih dahulu, kanal inguinal kanan lebih sering

terbuka. Bila kanalis kiri terbuka, biasanya kanan terbuka. Normalnya,

kanalis menutup usia 2 bulan. Bila processus terbuka terus (karena tidak

mengalami obliterasi), akan timbul HIL (Hernia Inguinalis Lateralis)

congenital. Enam puluh persen hernia inguinalis terjadi di sisi kanan.

Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup. Namun, karena

merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat

terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita.7

 Didapat

11
Hernia inguinalis yang didapat disebabkan oleh beberapa hal,

yaitu:

1) Annulus inguinalis internus cukup lebar sehingga dapat dilalui

oleh kantong dan isi hernia

2) Prosesus vaginalis tempat turun.masuk testis, vas deferens,

pembuluh darah, dan saraf ke skrotum terbuka. Testis tidak

sampai ke skrotum. Penurunan baru terjadi 1-2 hari pre partus

sehingga prosesus belum sempat menutup dan waktu dilahirkan

masih terbuka.

3) Peninggian tekanan intra abdomen kronik mendorong isi hernia

melewati annulus internus (kehamilan, batuk kronis,

mengangkat berat, mengejan saat BAB dan BAK).

4) Kelemahan otot dinding perut karena meningkatnya usia,

kerusakan n. iliofemoralis dan n. ilioinguinalis setelah

apendektomi dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.

Terdapat dua tipe hernia inguinalis, yaitu hernia inguinalis lateralis dan

hernia inguinalis medialis. Berikut ini adalah penjelasannya.8

1. Hernia inguinalis lateralis/indirek

Disebut lateralis karena penonjolan berada di sebelah lateral vasa

epigastrika inferior dan disebut indirek karena tidak langsung keluar ke annulus

inguinalis eksternus, melainkan masuk melalui annulus inguinalis internus

terlebih dahulu kemudian melalui kanalis inguinalis, baru keluar melalui annulus

inguinalis eksternus.

12
Umumnya tonjolan berbentuk lonjong. Pada bayi dan anak disebabkan

karena kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum

sebagai akibat proses turunnya testis ke skrotum. 6

Hernia indirek bersifat kongenital dan disebabkan oleh kegagalan penutupan

prosesus vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun ke dalam skrotum. Kantong

yang dihasilkan bisa meluas sepanjang canalis inguinalis dan jika meluas ke

skrotum disebut hernia lengkap. Karena prosesus vaginalis terletak di dalam

funikulus spermatikus, maka prosesus ini dikelilingi oleh m. cremaster dan

dibentuk oleh pleksus venosus pampiniformis, duktus spermatikus, dan a.

spermatica. Lubang interna ke dalam kavitas peritonealis selalu lateral terhadap a.

epigastrica profunda dengan adanya hernia inguinalis indirek, sedangkan lubang

interna medial terhadap pembuluh darah ini bila hernianya direk.7

2. Hernia inguinalis medialis/direk

Disebut medialis karena penonjolan berada di sebelah medial vasa

epigastrika inferior dan disebut direk karena langsung menuju annulus inguinalis

eksterna, lewat kelemahan dinding posterior (trigonum Hesselbach). Hernia

inguinalis medialis hampir selalu disebabkan faktor peninggian tekanan intra

abdomen kronik dan kelemahan dinding trigonum Hesselbach. Umumnya

tonjolan berbentuk bulat, dapat terjadi bilateral. Jarang mengalami inkarserasi dan

strangulasi. 7

b. Hernia femoralis

Hernia femoralis umumnya dijumpai pada wanita tua , kejadian

pada perempuan 4 kali laki-laki. Pintu masuk hernia femoralis adalah

13
annulus femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis

femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v. femoralis sepanjang

kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Kadang kala

hernia ini terjadi karena komplikasi operasi hernia sebelumnya.7

c. Hernia umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus

yang hanya tertutup peritoneum dan kulit . Hernia ini terdapat pada kira –

kira 20 persen pada bayi dan lebih tinggi lagi pada bayi prematur.5

d. Hernia skiatika

Adalah penonjolan kantong peritoneum pada pelvis melalui

foramen skiatika mayor/minor. Keluhannya adalah pembengkakan pada

glutea, mungkin terdapat gejala dari penekanan n. skiatika. Jika hernia

lebar, akan terdapat massa reponibel di daerah gluteus.4,6

e. Hernia diafragmatika

Melalui foramen Bochdalek di diafragma. Penyebabnya adalah

kegagalan penutupan saluran pleuroperitoneal pada perkembangan

embrio sehingga isi rongga abdomen dapat keluar melalui defek pada

daerah posterolateral (hernia Bochdalek) diafragma dan menekan

perkembangan paru-paru pada sisi ipsilateral. Hernia pada sisi

anteromedial dengan defek pada diafragma retrosternal disebut

Morgagni. 7

f. Hernia insisional

Usus/organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah/celah

bekas sayatan operasi. Obesitas, luka operasi sebelumnya, dan infeksi

14
merupakan penyebab utama hernia ini. Sayatan pada nervus

mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang

dilayani saraf tersebut. Hernia insisional yang besar menimbulkan

gerakan pernapasan abdominal paradoks lama seperti flail chest. Fungsi

diafragma menjadi tidak efisien. Diafragma tidak lagi berkontraksi

melawan viscera abdomen dan mendorongnya masuk ke kantong

hernia.5,6

g. Hernia paraumbilikalis

Hernia yang terjadi melalui suatu celah di garis tengah di tepi

cranial umbilicus.7

h. Hernia epigastrika

Keluar melalui defek linea alba antara umbilicus dan processus

xyphoideus. Isinya terdiri dari penonjolan jaringan lemak preperitoneal

dengan atau tanpa kantong peritoneum. Linea alba di sebelah cranial

umbilicus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah caudal sehingga

merupakan predisposisi.7

i. Hernia skrotalis

Adalah kantong HIL yang mencapai skrotum. Gejalanya berupa

benjolan yang reponibel atau jika tidak dapat direposisi atas dasar tidak

ada batasan jelas di cranial dan ada hubungan ke cranial melalui annulus

eksternus. 7

j. Hernia labialis

Adalah HIL yang mencapai labium mayus. Tampak benjolan pada

labium mayus yang hilang timbul.7

15
k. Hernia lumbalis

Hernia ini menonjol melalui trigonum lumbale Petiti. Pada

pemeriksaan fisik, tampak dan teraba benjolan di pinggang dan tepi

bawah tulang rusuk XII atau di tepi cranial panggul dorsal.6,7

l. Hernia intra parietal

Sakus hernia terbentang di antara lapisan dinding abdomen.

Penyebabnya dapat kongenital, yaitu undesensus testiculorum, atau

didapat pada area lemah di lateral deep inguinal ring dan canalis

inguinalis.7

5) Hernia jenis lainnya8

a. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas

penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis

bagian lateral.

b. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang

terjepit.

c. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang

terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.

d. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.6

2.5 Diagnosis

Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.

16
a. Anamnesis

1) Benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu berdiri, menangis kuat,

batuk, bersin atau mengedan dan hilang setelah berbaring

2) Nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya pada region epigastrium atau

paraumbilikal, berupa nyeri visceral karena regangan pada satu segmen

usus halus masuk ke dalam kantong hernia.

3) Keluhan nyeri disertai mual dan muntah (bila timbul strangulasi karena

nekrosis/gangrene atau inkarserata akibat ileus).9

b. Pemeriksaan Fisik

Status Lokalis6,7

Inspeksi

 Hernia reponibel terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu

berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau

saat direposisi.

 Hernia irreponibel terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada

waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat

berbaring atau saat direposisi.

 Hernia inguinal

- Lateralis: muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari

lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.

17
- Medialis: tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

 Hernia skrotalis: benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan

tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.

 Hernia femoralis : benjolan di bawah ligamentum inguinal.

 Hernia epigastrika: benjolan di linea alba.

 Hernia umbilikal: benjolan di umbilikal.

 Hernia perineum: benjolan di perineum.

Palpasi

 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum ditekan lalu pasien

disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat

diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.

 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum ditekan lalu

pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita

tekan maka dapat diasumsikan sebagai hernia inguinalis lateralis.

 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis

inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di

lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia

inguinalis medialis.

 Hernia inguinalis: kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada

funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera. Kantong

hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau

ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada

dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia

18
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping

jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha

dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.

 Hernia femoralis: benjolan lunak di benjolan di bawah ligamentum

inguinal

 Hernia inkarserata: nyeri tekan.

Perkusi

Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan

kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.

Auskultasi

Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang

mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana, yaitu finger test, Ziemen test,

dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:

Pemeriksaan Finger Test

19
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrotum melalui annulus eksternus ke kanal

inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

  Bila impuls di ujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

  Bila impuls di samping jari Hernia Inguinnalis Medialis. 8

Pemeriksaan Zieman Test

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh

penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:

  jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

  jari ke 3 : Hernia Ingunalis Medialis.

  jari ke 4 : Hernia Femoralis. 10

Pemeriksaan Thumb Test

 Annulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh

mengejan

 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.9

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan radiologis10

 Herniografi

20
Injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan

dilakukan x-ray untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan

nyeri kronis pada groin. Pada pemeriksaan radiologis terdapat

gambaran abnormal kadar gas dalam usus/obstruksi usus, massa,

dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse, yakni

suatu keadaan berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta

isinya ke rongga ekstraperitoneal.

 USG, untuk membedakan massa pada lipat paha atau dinding

abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.

2.6 . Penatalaksanaan

 Konservatif 9,10

 Tindakan reposisi dan pemakaian penyangga untuk mempertahankan isi

hernia yang telah direposisi.

 Reposisi dengan cara bimanual yaitu tangan kiri pegang isi hernia,

membentuk corong. Tangan kanan mendorong ke arah cincin hernia

dengan tekanan lambat, narnun menetap sarnpai terjadi reposisi.

 Pada anak, reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan

pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila 6 jam gagal,

maka lakukan herniotomi.

 Pada bayi atau usia lanjut dengan hernia congenital atau indirek, reposisi

dilakukan sesegera mungkin karena insiden terhadap inkarserata dan

strangulasi cukup tinggi. Bila hernia inkarserata tanpa gejala sistemik,

21
maka lakukan reposisi postural bila berhasil lakukan operasi elektif 2 - 3

hari (saat udem jaringan hilang dan KU baik).

 Operatif

Tindakan operatif dilakukan segera bila terjadi inkarseata atau

strangulasi. Tindakan ini menghilangkan hernia dengan membuang kantong

dan memperbaiki dinding abdomen. Prinsip dasar dari tindakan operatif ini

adalah herniotomy dan hernioplasty.7

2.7 Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat

terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ

ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinis

kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin

hernia sehingga terjadi hernia strangulate yang menimbulkan gejala obstruksi

usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada

hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti

pada hernia femoralis retrograde, yaitu dua segmen usus terperangkap didalam

kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum

seperti huruf W.9

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi

hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ

atau struktur di dalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia.

22
Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah

sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi

nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.

Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang pada akhirnya

dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan

dengan rongga perut.8,10

BAB III

KESIMPULAN

23
1. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek

atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Terdiri atas

cincin, kantong, dan isi hernia.

2. Hernia terbagi atas beberapa klasifikasi, berdasarkan waktu, sifat, keadaan

dan lokasinya.

3. Gambaran klinik dan penegakkan diagnosis pada hernia tergantung dari

perkembangan dan lokasi hernia.

4. Penatalaksanaan hernia ada dua yaitu konservatif dan operatif, tergantung

dari gambaran klinis dan jenis hernia.

DAFTAR PUSTAKA

24
1. Luthfi A, Thalut K. Dinding perut, Hernia, retroperitoneum dan omentum.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. EGC 615-641. 2007.

2. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition,
The Mc Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2003, 307-317

3. Faradila N, Israr Y A. Hernia. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.


Pekanbaru: 2009.

4. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 3. Jakarta:


EGC; 2010. Hal 619-629.
5. Holzheimer RG. Inguinal hernia: classification, diagnosis and treatment
classic, traumatic and sportsman’s hernia. Eur J Med Res (2005) 10: 121-
134

6. Ravikumar V, Rajshankar S, Kumar HRS, Gowda N. A clinical study on


the management of inguinal hernias in children on the general surgical
practice. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2013 January, Vol-
7(1): 144-147.

7. Charles F.B., et al. (ed). Schwartz’s. Principles of Surgery. 10th ed. 2014.
The McGraw-Hill Companies

8. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment, 12th ed.


McGraw-Hill; 2006.

9. Brucinardi C. Hernia. 8th edition. E-book Schwartz’s Principal of Surgery.


2007.

10. Mcintosh A, Hutchinson A, Roberts A et al. Evidence-based management


of groin hernia in primary care. Oxf j Surg 2000; 17: 442-7.

25

Anda mungkin juga menyukai