Anda di halaman 1dari 11

PASKA ANESTESI

1) KEADAAN PASKA ANESTESI


Ruang pemulihan : RR
Kesadaran : Compos Mentis , GCS : E/M/V : 4/6/5
Tekanan darah : 150/89 mmHg Nadi : 90 X/menit reguler
Respirasi : Spontan RR : 20X/menit
SpO2 : 100%
Komplikasi :-
Tindakan :-

2) KEADAAN PASCA OPERASI DI RECOVERY ROOM


Maasuk RR jam : 10.20 WIB
Keadaan umum : sadar
Nadi : 90 X/mnt
Tekanan darah : 150/89 mmHg
Suhu badan : 34,5 C
Pernafasan : Baik
Bromage score :1

A. ANALISA DATA PASKA OPERASI

No Data Masalah
.
1. DS : Klien mengatakan badannya Hipothermia
terasa dingin
DO :
a. Klien tampak menggigil
b. Suhu : 34,5 C
TD : 150/90 mmHg
N : 90X/mnt
RR : 20 X/mnt

2. DS : Pasien mengatakan badannya Resiko penurunan


sudah tidak lemas curah jantung
DO:
a. Pasien post spinal anestesi
b. TD : 150/90 mmHg, N :
90X/mnt, RR : 20 X/mnt, S :
34,5 C

B. DIAGNOSA KEPENATAAN ANESTESI PASKA OPERASI


1. Hipothermia
2. Resiko penurunan curah jantung

C. RENCANA ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PASKA OPERASI

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


.
1. Hipothermia Setelah a. Monitor suhu a. Mengetahui
dilakukan pasien. penurunan
tindakan suhu tubuh
kepenataan pasien
anestesi selama b. Identifikasi b. Dapat segera
10 menit penyebab mengatasi
hipothermia Hipotermia penyebab
teratasi dengan hipothermia
kriteria hasil : c. Atur suhu c. Suhu ruangan
a. Tanda-tanda ruangan yang hangat
vital dalam dapat
batas normal mengurangi
S: 36 C hipothermia
TD : 120/80 d. Tutup bagian d. Tubuh
mmHg tubuh yang menjadi
N: terbuka hangat
80X/mnt, e. Kolaborasi e. Perawatan
RR : 20 dengan lanjutan
X/mnt, perawat
b. Pasien tidak bangsal untuk
menggigil memonitor
suhu tubuh
pasien dan
memberikan
tindakan
penghangatan
serta
memotivasi
klien untuk
minum
hangat.
2. Resiko penurunan curah Setelah a. Monitor a. Mengetahui
jantung dilakukan tekanan darah secara cepat
tindakan tanda-tanda
kepenataan penurunan
anestesi selama tekanan darah
10 menit resiko
penurunan b. Monitor heart b. Mengetahui
curah jantung rate perubahan
teratasi dengan hemodinamik
kriteria hasil : lainnya
TD : 120/80 c. Monitor c. Mengetahui
mmHg, N : saturasi perubahan
80X/mnt, RR : oksigen hemodinamik
20 X/mnt, S: lainnya
34,5 C d. Monitor d. Mengetahui
keluhan nyeri perubahan
dada hemodinamik
lainnya
e. Kolaborasi e. Mengetahui
dengan perubahan
perawat hemodinamik
ruangan untuk dan segera
memonitor melaporkan ke
vital sign DPJP anestesi.
setiap 15menit
sampai dengan
1 jam paska
operasi.

D. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PASKA OPERASI


Hari/tgl/jam No. Dx Tindakan Respon
12/11/’20 1 a. Memonitor suhu pasien. a. Suhu tubuh 34,5 C
10.15 b. Mengidentifikasi penyebab b. Suhu ruangan berAC
Hipotermia dengan control suhu :
16 C
c. Mengatur suhu ruangan c. Control AC dengan
menaikkan suhu
menjadi 25 C
d. Menutup bagian tubuh yang d. Klien merasa lebih
terbuka baik.
e. Berkolaborasi dengan e. Perawat mengerti dan
perawat bangsal untuk melanjutklan instruksi
memonitor suhu tubuh
pasien dan memberikan
tindakan penghangatan serta
memotivasi klien untuk
minum hangat.
12/11/’20 2 a. Memonitor tekanan darah a. Tekanan darah
10.15 150/90mmHg
b. Memonitor heart rate b. Heart rate 80 X/mnt
c. Memonitor saturasi oksigen c. Saturasi O2 : 99%
d. Memonitor keluhan nyeri d. Pasuen tampak rileks,
dada tidak ada nyeri dada.
e. Perawat mengerti dan
e. Berkolaborasi dengan perawat melanjutklan instruksi
ruangan untuk memonitor
vital sign setiap 15menit
sampai dengan 1 jam paska
operasi

E. EVALUASI ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PASKA OPERASI


No Masalah Kesehatan Anestesi Evaluasi
1. Hipothermia S : pasien mengatakan badannya sudah
tidak terlalu dingin
O : Suhu tubuh 36 C, TD : 140/90 mmHg,
N : 90X/mnt, RR : 20 X/mnt
A:-
P : Intervensi kepenataan anestesi
dipertahankan dan dilanjutkan di bangsal
perawatan
2. Resiko penurunan curah jantung S : Pasien mengatakan badannya sudah
tidak lemas
O: TD : 150/90 mmHg, N : 90X/mnt,
RR : 20 X/mnt, S : 34,5 C
A:-
P : Intervensi kepenataan anestesi
dipertahankan dan dilanjutkan di bangsal
perawatan

 
d)
 
Hipoksia
histotoksikJenis
ini terjadi akibat
adanya zat racun
yang masuk
bersama dengan
udara yangdihirup.
Hipoksia ini
disebabkan
karena
penghambatan
proses oksidasi
jaringan.Sering
timbul pada area
tambang atau
pada kondisi
polusi dan kasus
yang palingberat
adalah keracunan
sianida. (Irman
Somantri, 2009,
hlm.18)
HIPERKAPNEA
Secara harfiah
hiperkapnea
adalah
berlebihnya
( hiper ) karbon
dioksida dalam
jaringan.Mekanis
me penting yang
mendasari
terjadinya
hiperkapnia
adalah ventilasi
alveolar
yanginadekuat
untuk jumlah CO
2

 yang diproduksi
atau dengan kata
lain timbulnya
retensi CO
2
 didalam jaringan.
(Irman Somantri,
2009, hlm.19)

Anda mungkin juga menyukai