Makalah ini di buat untuk memenuhi mata kuliah ” Epidemiologi Gizi” yang di bina oleh Bapak
Sunarto Kadir M. Kes
Disusun Oleh
Kelompok 7
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah kami dapat
menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa juga kami
haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang,
hingga hari akhir.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen pengasuh mata kuliah
Epidemologi Gizi, yang telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada kami, sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan
sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah ini, tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Karena itu, mohon kritik serta saran, yang kiranya dapat membangun,
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang lebih baik lagi. kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Dari Penyakit Jantung Koroner……………………………….. 2
1.2 Faktor-Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner………………………… 6
1.3 Hasil Penelitian Gizi Tentang Penyakit Jantung Koroner………………… 12
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1 Kesimpulan………………………………….…………………………….. 16
3.2 Saran…………………………………….………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan permasalahan kesehatan utama yang
dihadapi di berbagai negara di dunia. Banyaknya faktor yang mempengaruhi, menyebabkan
diagnosis dan terapi penyakit tersebut terus berkembang. Di Indonesia kemajuan
perekonomian menjadi salah satu faktor dalam meningkatnya prevalensi penyakit jantung
koroner. Di Indonesia terjadi prevalensi kematian sebanyak 100.000- 499.999 orang. Dari
data tersebut diketahui bahwa tingginya angka prevalensi kematian pada penderita PJK
dikarenakan karena perubahan pola hidup masyarakat yang berubah yang menyebabkan
pengaruh faktor risiko terjadinya PJK ini semakin besar.
Penyebab PJK secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum
dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai
faktor risiko PJK. Faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko alami, utama dan tidak
langsung.
Meskipun penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sulit untuk diobati,
namun para ilmuwan telah berusaha mengembangkan penelitian untuk pengobatan penyakit
jantung koroner. Akhirnya ditemukan beberapa cara yaitu tes diagnosis,angioplasti, operasi
by-pass dan pemberian obat-obatan. Penyakit jantung koroner juga dapat dicegah dengan
cara menghindari faktor risiko yang dapat diubah. Dengan selalu menerapkan prinsip hidup
sehat maka masyarakat dapat terhindar dari kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung
koroner.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Penyakit Jantung Koroner?
2. Apa saja faktor-faktor resiko Penyakit Jantung Koroner?
3. Bagaimana hasil penelitian gizi tentang Penyakit Jantung Koroner?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Penyakit Jantung Koroner.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor resiko Penyakit Jantung Koroner.
3. Untuk mengetahui hasil penelitian gizi tentang Penyakit Jantung Koroner.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Bundalan ventrikel yang membentuk bilik jantung, dimulai dari cincin atrioventrikuler
sampai di apeks jantung.
Bundalan otot atrioventrikuler merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik
jantung.
3) Perikardium: lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri
dari dua lapisan yaitu lapisan pariental dan lapisan viseral yang bertemu di pangkal
jantung membentuk kantung jantung.
b. Bagian Jantung
1) Atrium kanan: menyediakan sekitar 20% volume sekuncup ventrikel kanan, melakukan
kontraksi dan mempunyai aksi sebagai jalan terusan pengisian pasif dari ventrikel kanan.
2) Atrium kiri: menyediakan sekitar 20% volume sekuncup ventrikel kiri, kontraksi dan
mempunyai aksi sebagai jalan terusan pengisian pasif dari ventrikel kiri.
3) Ventrikel kanan: memompa darah yang mengandung karbondioksida ke sirkulasi
pulmonar.
4) Ventrikel kiri: memompa darah yang mengandung oksigen ke sirkulasi pulmonar.
Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan
yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal
terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari pada ventrikel
kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum inter-atriorum), sementara
kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium
dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu
penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup
oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid
(katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
Di antara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya
yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup
yang disebut katup mitral (katup bikuspid). Kedua katup ini berhungsi sebagai pembatas
yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
3
Fisiologi Jantung
a. Periode konstriksi (periode sistole)
Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus
dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra
mengalir ke aorta kemudian di edarkan ke seluruh tubuh.
b. Periode dilatasi (periode diastole)
Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka,
sehingga darah sehingga darah masuk dari atrium ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah
yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan
darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.
c. Periode istirahat
Merupakan waktu antara periode konstriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira
1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit.
Pada tiap-tiap konstriksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc.
4
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana
bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang
oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan
gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori.
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya.
Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low
Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein)
membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan
risiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan.
Aterosklerosis
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koronaria paling
sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam
arteri koronaria, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium.
Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh
darah yang mengurangi kemampuannya untuk melebar. Dan kebutuhan oksigen menjadi tidak
stabil sehingga akan membahayakan miokardium yang terletak di sebelah distal dari daerah lesi.
Aterosklerosis pada arteri besar dan kecil ditandai dengan penimbunan endapan lemak,
trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel
endothel) dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos).
Terhalang atau tersumbatnya pembuluh arteri dapat disebabkan oleh pengendapan
kalsium, kolesterol lemak dan lain-lain substansi, yang dikenal sebagai plak. Dalam periode
tersebut deposit ini tertimbun secara perlahan-lahan yang akhirnya diameter di arteri koroner
yang masih dapat dilalui darah makin lama semakin sempit, sampai pembuluh tersebut tidak
dapat dilewati darah sesuai dengan kebutuhan otot jantung. Terhalangnya aliran darah seperti di
atas disebut sebagai fixed blockage13. Plak sering timbul pada tempat-tempat dimana terjadi
turbulensi maksimum seperti pada percabangan, daerah dengan tekanan tinggi, daerah yang
pernah terkena trauma dimana terjadi deskuamasi endothel yang menyebabkan adesi trombosit.
5
Gambar 2. Aterosklerosis
6
c. Usia
Risiko PJK meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang serius jarang
terjadi sebelum usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit
mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor
pemicu. Pada masa tua terjadi degeneratif fungsi jantung dan pembuluh darah.
d. Ras
Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap PJK daripada orang kulit
putih.
7
terhadap kesehatan. Karena alasan tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang
abnormal menjadi factor risiko utama PJK.
Parameter kolesterol terdiri dari:
1. Kolesterol total
Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah (200mg/dl, bila) 200 mg/dl berarti
risiko untuk terjadinya PJK meningkat.
Kolesterol
Normal Agak tinggi Tinggi
(Pertengahan)
<200 mg/dl 200 – 239 mg/dl >240 mg/dl
Tabel 1. Kolesterol Total
2. LDL kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol biasa disebut kolesterol jahat karena
apabila kadar LDL kolesterol meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh
darah dan pengendapan kolesterol di arteri. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai
petunjuk untuk mengetahui risiko PJK daripada kadar kolesterol total saja. Kadar LDL
kolesterol > 130 mg/dl akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. Kadar LDL kolesterol
yang tinggi ini dapat diturunkan dengan diet.
Kadar Kolesterol
Normal Agak tinggi Tinggi
(Pertengahan)
<130 mg/dl 130 – 159 mg/dl >160 mg/dl
Tabel 2. LDL Kolesterol
3. HDL kolesterol
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol sering disebut kolersterol baik karena
mengangkut kelebihan kolesterol jahat dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang
sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan
terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan,
menambah exercise dan berhenti merokok.
Kadar Kolesterol
8
Normal Agak tinggi Tinggi
(Pertengahan)
> 45 mg/dl 35 - 45 mg/dl >35 mg/dl
Tabel 3. HDL Kolesterol
4. Kadar trigliserid
Trigliserid merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak
jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserid yang tinggi
merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK. Kadar trigliserid perlu diperiksa pada
keadaan sebagai berikut yaitu bila kadar kolesterol total > 200 mg/dl, ada PJK, ada
keluarga yang menderita PJK <55 tahun, ada riwayat keluarga dengan kadar trigliserid
yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas. Pengukuran kadar trigliserid kadang-kadang
diperlukan untuk menghitung kadar LDL kolesterol, karena pemeriksaan laboratorium
biasanya langsung dapat mengukur kolesterol total, HDL kolesterol dan trigliserid.
Kadar Kolesterol
Normal Agak tinggi Tinggi
(Pertengahan)
> 150 mg/dl 150 - 250 mg/dl >500 mg/dl
Tabel 4. Kadar Trigliserid
b. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga
menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktormiokard).
Serta tekanan darah yang tinggi menimbulkan trauma langsung terhadap dinding
pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis
koroner (factor koroner).
Sistolik Diastolik
< 130 < 85 Normal
131 -159 86 – 99 Hipertensi ringan
160 – 179 100 – 109 Hipertensi sedang
9
180 – 209 110 – 119 Hipertensi berat
Hipertensi sangat
> 210 > 120
berat
Tabel 5. Kriteria Tekanan Darah Dewasa
c. Merokok
Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung pada
dinding arteri, karbon monoksida menyebabkan hipoksia arteri, nikotin menyebabkan
mobilisasi katekolamin yang menimbulkan reaksitrombosit, glikoprotein tembakau
dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding arteri.
3. Faktor Risiko Tidak Langsung
a. Diabetes Mellitus
Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose
darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
gula darah (glukoosa) tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya
pengendapanatherosclerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes
cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes
yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung
menaikan kadar kolesterol.
b. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki laki dan >
21 % pada perempuan. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan
LDL kolesterol. Risiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20%
dari BB ideal. Obesitas mendorong timbulnya factor risiko yang lain seperti
diabetes mellitus, hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko
PJK. Obesitas dalam arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan sehingga zat
makanan yang dimakan akan tersimpan akan tersimpan dan tertumpuk dalam
tubuh sebagai lemak
c. Aktivitas Fisik
Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya 2 kali lebih besar ditemukannya PJK
daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas fisik dapat memperburuk faktor
risiko PJK lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid,
10
hipertensi, diabetes dan prediabetes, dan obesitas. Sangat penting sekali untuk
anak-anak dan dewasa untuk melakukan aktifitas fisik sebagai rutinitas sehari-
hari. Salah satu alasan mengapa orang Amerika tidak cukup aktif dikarenakan
mereka hanya menghabiskan waktu di depan TV dan mengerjakan pekerjaannya
di depan computer. Beberapa spesialis menyarankan anak umur 2 tahun dan yang
lebih tua sebaiknya tidak menghabiskan waktu dengan menonton TV atau
memakai computer lebih dari 2 jam. Aktif secara fisik adalah salah satu hal
terpenting yang dapat menjaga kesehatan jantung.
d. Stress
Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun
belum dapat “diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK.
Demikian juga, amat sulit untuk memberikan definisi stress secara cepat.
Mungkin deskripsi yang paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang
Nampak sebagai kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang
abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak
menyenangkan. Jadi seorang yang mengalami tres dapat mengeluh karena
merasa tidak sehat, sakit kepala, berdebar (palpitasi), sakit lambung atau susah
tidur, tidak bahagia, atau bahkan depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir
bersama – sama. Stres dapat memicu pengeluaran
hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi dapat berakibat mempercepat
kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung
terganggu.
e. Diet dan nutrisi
Diet yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko PJK. Misalnya, makanan
yang tinggi lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol yang akan meningkatkan
kolesterol LDL. Dengan demikian, maka harus membatasi makanan tersebut
Lemak jenuh ditemukan di beberapa daging, produk susu, coklat, makanan yang
dipanggang, dan makanan goreng dan makanan yang diproses. Lemak trans
ditemukan di beberapa makanan yang digoreng dan diproses. Kolesterol
ditemukan pada telur, daging, produk susu, makanan yang dipanggang, dan
beberapa jenis kerang. Hal ini juga penting untuk membatasi makanan yang
11
tinggi natrium (garam) dan tambahan gula. Diet tinggi garam dapat
meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Tambahan gula akan memberi kalori
tambahan tanpa nutrisi seperti vitamin dan mineral. Hal ini dapat menyebabkan
berat badan meningkat, yang meningkatkan risiko PJK. Tambahan gula banyak
ditemukan di makanan penutup, buah-buahan kalengan yang dikemas dalam
sirup, minuman buah, dan minuman soda non diet.
f. Alkohol
Alkohol dapat mengurangi risiko PJK. Namun, mengkonsumsi terlalu
banyak alkohol akan menjadi suatu risiko. Ketika diambil secara berlebihan,
alkohol merugikan jantung dan organ lainnya. Hal ini secara langsung dapat
menyebabkan kerusakan otot jantung dan detak jantung yang irreguler dari
jantung. Alkohol dapat menyebabkan obesitas, trigliserida tinggi, tekanan darah
tinggi, stroke dan kanker.41 Alkohol akan meningkatkan tekanan darah.
Hal ini juga akan menambah kalori yang dapat menyebabkan kenaikan berat
badan. Ada banyak alasan untuk tetap konsumsi alkohol dalam batas yang wajar.
Pria dianjurkan untuk minum tidak lebih dari 28 unit seminggu dan perempuan
tidak lebih dari 21 unit . Unit didefinisikan sebagai suatu jenis alkohol (misalnya,
bir, wine, dll).
2.3. Hasil penelitian Gizi Tentang Penyakit Jantung Koroner
1. Metode
Jenis penelitian menggunakan penelitian observasional analitik dengan rancang
bangun penelitian case control. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah pasien
Penyakit Jantung Koroner dan populasi kontrol adalah pasien dislipidemia Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya dengan kriteria inklusi pria dan wanita yang berusia 60–74
tahun dan telah melakukan pemeriksaan kadar profi l lipid. Cara pengambilan sampel
dengan simple random sampling. Pengambilan data dengan cara wawancara kuesioner,
24 hours food recall, dan data rekam medis yang selanjutnya akan dianalisis
menggunakan uji Chi Square. Jumlah sampel yang diambil adalah masing-masing
sebanyak 20 responden kelompok kasus dan kelompok kontrol. Penelitian ini melewati
uji etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga No. 125-KEPK.
12
2. Hasil Dan Pembahasan
Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini, baik pada kelompok
kasus maupun kontrol yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pendapatan.
Variabel lain yang diteliti adalah pola konsumsi pangan yang meliputi asupan kabohidrat
dan lemak, frekuensi makan, serta profi l lipid yang meliputi kadar kolesterol total, kadar
LDL, dan kadar trigliserida. Tabel 1. menunjukkan distribusi jenis kelamin pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagian besar berjenis kelamin pria. Hasil
distribusi usia yaitu sebagian besar kelompok kasus dan kontrol pasien berusia 60–67
tahun. Usia tersebut termasuk dalam kategori lanjut usia (lansia). Pendidikan terakhir
responden menunjukkan hasil distribusi pendidikan pada kelompok kasus memiliki
pendidikan terakhir paling banyak pada perguruan tinggi dan kelompok kontrol SMA.
Sebagian besar pada kedua kelompok memiliki pendapatan di bawah Rp.
3.045.000 setiap bulannya. Menurut Pergub Jatim Nomor 68 Tahun 2015 Tentang Upah
Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2016 batas rendah pendapatan untuk
Kota Surabaya adalah Rp. 3.045.000, sehingga menurut distribusi hasil penelitian
pendapatan pada responden yaitu memiliki pendapatan yang tergolong rendah
(Pemerintah Gubernur Jawa Timur, 2015). Hasil distribusi asupan zat gizi karbohidrat
menunjukkan bahwa 45% responden pada kelompok kasus mengonsumsi karbohidrat
>60%. Pada kelompok kontrol dimana konsumsikarbohidrat >60% lebih banyak yaitu
sebesar 75%. Namun, tidak ditemukan adanya perbedaan asupan karbohidrat yang signifi
kan pada kelompok kasus dan kontrol.
Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan zat gizi karbohidrat
dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan nilai p=0,105. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian Aswin, et al. (2012) dimana tidak ditemukan adanya hubungan antara
asupan karbohidrat dengan kejadian penyakit jantung koroner. Sumber bahan makanan
utama manusia adalah karbohidrat. Zat gizi ini memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai
sumber energi dan dapat menjalankan beberapa fungsi tubuh manusia (Fatmah, 2010).
Dalam satu hari, manusia membutuhkan 50–60% asupan karbohdirat (Samour, 2013).
Menurut Yuliani, et al. (2014), asupan zat gizi karbohidrat yang berlebihan dapat
meningkatkan kadar glukosa di dalam darah dan menyebabkan diabetes mellitus yang
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Hasil
13
distribusi asupan zat gizi lemak menunjukkan bahwa 60% responden pada kelompok
kasus mengonsumsi lemak pada batas baik (25–30%). Pada kelompok kontrol 40%
responden memiliki asupan lemak >30%. Analisis lebih lanjut menemukan adanya
hubungan yang signifi kan antara asupan lemak dengan kejadian PJK pada kelompok
kasus dan kontrol dengan p=0,002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan zat gizi lemak
dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan nilai p = 0,002. Hasil dari odd ratio
(OR=13.500) tersebut sejalan dengan penelitian Putri (2016) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan kadar lemak dengan kejadian penyakit jantung koroner. Asupan lemak
yang berlebihan dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan, karena dapat
meningkatkan kadar lemak yang ada di dalam darah sehingga dapat menyebabkan
penyakit jantung koroner (Fathila, et al., 2015). Kadar lemak yang berlebihan
mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak di sekitar pembuluh darah jantung,
sehingga terjadi penyumbatan dan sel darah merah yang membawa oksigen untuk jantung
menjadi berkurang. Berdasarkan variabel frekuensi makan, ditemukan sebesar 70% pada
kelompok kontrol memiliki frekuensi makan sebanyak minimal 3x/ hari. Hasil yang sama
terlihat pada 85% kelompok kasus, tidak ditemukan adanya hubungan yang signifi kan
antara kedua variabel tersebut. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pasien Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya paling sering mengonsumsi nasi putih sebagai sumber
karbohidrat. Kelompok sumber lemak yang paling banyak dikonsumsi adalah ayam,
telur, ikan dan susu, sedangkan pada kelompok makanan sumber lemak nabati adalah
minyak kelapa yang paling sering digunakan untuk memasak. Kadar profi l lipid dalam
darah merupakan salah satu indikator diagnosa penyakit jantung koroner. Kadar profil
lipid seperti kolesterol total, LDL, dan trigliserida yang berlebihan dapat menyebabkan
penyakit jantung koroner. Kadar kolesterol yang melebihi >250 mg/dl, kadar LDL yang
lebih dari 160 mg/dL dan kadar trigliserida antara 200–499 mg/dL dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung koroner (Waloya, 2013; Fatmah, 2010; Freeman dan Junge,
2008).
Hasil analisis menunjukkan hiperkolesterolemia (kolesterol total > 250 mg/dL)
dialami oleh 15% responden kelompok kasus dan 35% responden kelompok kontrol
(Tabel 3). Tidak terdapat hubungan yang signifi kan antara kolesterol total dan kejadian
14
PJK (p=0,237). Berdasarkan jenis fraksi lipid, ditemukan proporsi peningkatankadar LDL
dan trigliserida yang lebih tinggi pada kelompok kontrol (berturut-turut 60% dan 55%).
Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kedua variabel ini dengan
kejadian PJK (berturut-turut p value = 0,054 dan 0,341). Menurut keterangan responden,
kadar kolesterol yang cukup stabil disebabkan oleh konsumsi rutin obat yang diberikan
oleh dokter dan menaati diet jantung yang telah dianjurkan. Kolesterol yang ada di dalam
darah dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner karena plak yang menempel pada
dinding pembuluh darah sehingga terjadi penyumbatan (aterosklerosis). Akibatnya,
distribusi asupan gizi yang dibawa oleh dari sel darah merah terhambat sehingga jantung
tidak bekerja secara maksimal (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Aswin, et al. (2012) yang menunjukkan
tidak ada hubungan antara kadar LDL dalam darah dengan penyakit jantung koroner.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Zahrawardani (2013) yang menyatakan faktor
utama terjadinya penyakit jantung koroner adalah kadar trigliserida yang ada di dalam
pembuluh darah jantung. Penelitian tersebut mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
kadar trigliserida dalam darah dengan kejadian penyakit jantung koroner. Kadar
trigliserida merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung
koroner, semakin tinggi kadar trigliserida dalam darah, peluang terjadinya penyakit
jantung koronersemakin tinggi (Iskandar et al., 2017). Kadar trigliserida yang tinggi
berisiko diabetes mellitus dan dapat menimbulkan penumpukan plak yang ada di dalam
darah sehingga berisiko penyakit jantung koroner.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner.Pembuluh darah koroner adalah
pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-
rongga jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan
penyebab penyakit arteri koronaria paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga mempersempit
lumen pembuluh darah.
Faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko alami, utama dan tidak langsung.
Faktor risiko alami terdiri dari genetik, jenis kelamin, usia dan ras. Faktor risiko utama
terdiri dari kolesterol, hipertensi dan merokok. Faktor risiko tidak langsung terdiri dari
diabetes mellitus, obesitas, aktivitas fisik, stress, diet nutrisi dan alkohol.
Cara mencegah penyakit jantung koroner adalah berhenti merokok sedini mungkin,
berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, menghindari
stress yang berlebihan, menghindari pola hidup tidak sehat, mengurangi konsumsi alkohol,
menjaga tekanan darah, mengontrol gula darah dan menurunkan berat badan
Cara mengatasi penyakit jantung koroner adalah tes diagnosis,angioplasti, operasi by-
pass dan pemberian obat-obatan.
3.2. Saran
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya kepada
usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun penyakit jantung dapat
menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya ini maka kita harus
mualai dengan berperilaku hidup sehat, dari mulai pola makan yang sehat dan teratur hingga
mulai membiasakan untuk teratur berolahraga dan tidak merokok tentunya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Gubernur Jawa Timur. (2015). Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 68 Tahun
2015 tentang upah minimum kabupaten/kota di Jawa Timur Tahun 2016. Jawa Timur:
Pemerintah Gubernur Jawa Timur.
Samour, P.Q. (2013). Pediatric nutrition 4th edition. Canada: Jones and Bartlett Learning.
Yuliani, F., Oenzil, F. & Iryani, D. (2014). Hubungan berbagai faktor risiko terhadap kejadian
penyakit jantung koroner pada penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(1),
37–40. Diakses dari http://jurnal.fk.unand.ac.id/index. php/jka/article/view/22/17.
Fathila, L, Edward, Z, & Rasyid, R. (2015). Gambaran profil lipid pada pasien infark miokard
akut di RSUP M. Djamil Padang periode 1 Januari 2011–31 Desember 2012. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(2), 513–518.
Adriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar gizi masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Iskandar, Hadi, A. & Alfridsyah. (2017). Faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada
pasien Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh (Risk factors of coronary heart disease in
Meuraxa hospital of Banda Aceh). Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, 2(1): 32–42.
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk of coronary
artery disease: a meta-analysis of individual participant data.
17