cc
email : gentanusantara@gmail.com
FILSAFAT KONFUSIANISME
Oleh: Ws. Dr. Oesman Arif
HSUN TZU
Buku I
TEKAD UNTUK BELAJAR
Orang bijak ( Kun cu ) berkata : Belajar tidak boleh berhenti . Ibarat warna
hijau . berasal dari warna biru , tetapi warna hijau lebih mendekati alam . Es
berasal dari air , tetapi es lebih dingin dari pada air.Batang pohon yang lurus
terdiri dari serat yang tegak lurus,bila dipanaskan bisa dilengkungkan menjadi
roda kereta, tidak dapat lurus lagi meskipun disinari matahari, hal itu telah
menjadi sifat kayu. Logam dapat menjadi benda tajam karena digosok.Seorang
bijak (kuncu) memperluas pengetahuan dan setiap hari berlatih maka akan
menjadi pandai dan cerdas. Orang yang belum pernah mendaki gunung tak tahu
betapa tingginya langit, orang yang tak pernah menuruni jurang dan lembah tak
mengetahui betapa tebalnya bumi.Orang yang belum membaca buku
peninggalan para raja Jaman dahulu tidak mengetahui betapa dalam dan
luasnya ilmu.Anak-anak dari negeri Kan , Yueh,Yi, dan Ho saat mereka lahir
bersuara sama, setelah mereka besar kehidupan mereka berbeda karena
perbedaan kebiasaan dan pendidikan,
1
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
www.gentanusantara.co.cc
email : gentanusantara@gmail.com
tidak lebih jelas dari pada mencari tempat tinggi untuk memandang panorama
sekeliling, Orang yang berdiri di ketinggian bila melambaikan tangan tidak perlu
menjulurkan tangannya, namun dapat dilihat dari kejauhan. Orang yang berteriak
searah dengan angin tidak memerlukan tenaga berlebihan, suaranya dapat
terdengar jelas.Menggunakan kuda untuk menarik kereta tidak perlu
menambahkan kakinya ,ia sudah dapat berjalan ribuan li ( pal ) . Orang yang
menggunakan perahu ia tidak harus bisa berenang , tetapi dapat menyeberangi
sungai besar dan sungai kecil. Seorang bijak (Kuncu ) dilahirkan tidak berbeda
dengan yang lain , ia juga menggunakan alat-alat untuk hidupnya.
Munculnya semua mahluk hidup pasti ada asal usulnya, kehormatan dan
kehinaan ada asalnya pasti berasal dari perbuatan orangnya. Daging busuk
mengeluarkan belatung, ikan busuk mengeluarkan belatung, kemalasan dan
kecerobohan, dan mengabaikan hidupnya sendiri adalah sumber bencana dan
kesialan. Menguatkan diri sendiri menjadikan kokoh, melemahkan diri sendiri
menjadikan loyo. Kejahatan dalam diri akan mendatangkan kebencian dan
2
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
www.gentanusantara.co.cc
email : gentanusantara@gmail.com
kehancuran. Api membakar kayu kering, air membasahi tanah yang rata dengan
merata. Ada semak dan pohon tumbuh lebat hewan-hewan hidup di sana.
Semua benda berasal dari jenisnya. Apabila sasaran sudah ditentukan maka
panah diluncurkan. Batang pohon-pohon tumbuh besar maka kampak pun
berdatangan. Pohon-pohon menjadi rindang tempat burung-burung datang
beristirahat. Makanan yang mulai berbau busuk mengundang kutu dan lalat
berdatangan. Oleh karena itu perkataan ada yang dapat mengundang bencana,
perilaku juga dapat mendatangkan kehinaan, maka seorang bijak (kuncu) harus
dapat menjaga dirinya tetap dalam kedudukannya yang baik.
hewan Wushu mempunyai lima kepandaian tetapi selalu miskin dan menderita.
Dalam kitab Sanjak tertulis: “Burung She Chiu bersarang di pohon chuang
beranak 7 ekor, dengan adil merawatnya”, seorang bijak yang baik harus
mempunyai watak yang adil seperti itu maka keadilan dapat menyatukan hati
semua orang dalam satu ikatan. Oleh karena itu seorang bijak harus dapat
menyatukan rakyatnya dalam satu hati.
Ilmu yang dimiliki orang bijak (kuncu) masuk dari telinga, disimpan di
dalam hati, kemudian diteruskan ke seluruh tubuh, diwujudkan di dalam
perbuatan saat bergerak maupun saat diam. Semua perbuatannya, semua
gerakannya dapat menjadi teladan bagi orang lain. Orang rendah budi (siau jin)
cara belajarnya demikian, masuk dari telinga keluar dari mulut, jarak telinga
dengan mulut hanya 4 inci bagaimana dapar bertanggung jawab atas keindahan
tubuh yang tujuh kaki ini? Pada jaman dahulu orang belajar demi membina
dirinya, sekarang orang belajar demi menyaingi orang lain. Orang bijak belajar
ilmu untuk membuat dirinya lebih agung, indah dan berwibawa. Orang rendah
budi belajar ilmu untuk menjadikan dirinya seperti burung atau sapi (mencari
nafkah), maka memberi perintah kepada orang lain tanpa menanyakan
kemampuannya adalah kesombongan, menanyakan satu hal lantas
memerintahkan dua hal itu sewenang-wenang, janganlah sombong dan
janganlah sewenang-wenang, orang bijak seperti sebuah gema (tidak lebih tidak
kurang dari sumber suaranya). Belajar ilmu lebih baik bila dekat dengan guru
yang pandai. Tata susila (li) dan musik (ye) mengajarkan prinsip-prinsip pokok
dan tidak menjelaskan rinciannya. Kitab Sanjak (Si King) dan Kitab Hikayat (Su
King) menceritakan hal yang kuno dan tidak sesuai dengan keadaan jaman
sekarang. Kitab Jun Jiu membicarakan anjuran-anjuran yang tidak dapat
dilaksanakan dengan mudah dan dimengerti dengan cepat. Hanya dengan
mendekati guru yang bijak dan mempelajari ilmunya dengan sungguh-sungguh
baru dapat menjadikan diri anda sebagai orang yang mempunyai pribadi yang
pantas dihormati, dan dapat menguasai pengetahuan tentang dunia ini. Oleh
karena itu dikatakan : “belajar itu tidak ada yang lebih baik daripada dekat
dengan guru yang pandai”. Menurut aturan belajar tidak ada yang lebih cepat
daripada menyukai gurunya, yang berikutnya ialah menghormati guru dengan
kesusilaan. Apabila tidak dapat menyukai guru dan menghormati guru,
bagaimana orang dapat mengikuti ajaran dari Kitab Sanjak dan Kitab Hikayat
5
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
www.gentanusantara.co.cc
email : gentanusantara@gmail.com
yang membicarakan berbagai hal yang rumit maka sepanjang hidupnya sampai
dengan hari akhirnya ia tak pernah menjadi seorang terpelajar.
Bila menelusuri riwayat raja jaman dahulu, mencari pokok dari jin (cinta
kasih) dan gi (kebenaran dan keadilan) dan kesusilaan (li) adalah pedoman bagi
perilaku manusia. Ibaratnya orang menarik pelindung leher yang berbulu dengan
lima jarinya dan menarik dengan tangannya maka semua bulu itu akan
berantakan dan bertebaran. Bekerja apabila tidak dilakukan dengan aturan,
seperti yang dijelaskan dalam Kitab Sanjak dan Kitab Hikayat, seperti mengukur
dalamnya sungai dengan jari tangan saja, seperti menumbuk padi-padian
dengan tombak, seperti mengambil makanan dari panci dengan jarum,
semuanya pekerjaan yang tidak akan berhasil baik. Oleh karena itu orang yang
mengagungkan kesusilaan meskipun ia belum cukup tegas namun ia dapat
disebut orang yang sudah mempunyai prinsip. Yang tidak mengagungkan
kesusilaan meskipun ia suka meneliti dan berdiskusi namun ia tidak dapat
menjadi orang terpelajar (ru). Orang yang bertanya tentang hal yang tidak baik
tidak perlu diberitahu, kalau dia ingin memberitahukan hal yang buruk jangan
bertanya kepadanya, kalau dia bicara hal-hal yang buruk jangan didengarkan.
Dengan orang yang suka marah dan bermusuhan jangan diajak berdiskusi. Oleh
karena itu bergaul dekatlah dengan orang yang sudah mencapai jalan suci (tao),
yang tidak mengikuti jalan suci hindarilah. Orang yang mempunyai kesusilaan
dan rasa hormat dapat diajak bicara tentang jalan suci, yang pemikirannya
sistematis dapat diajak mendiskusikan prinsip dari tao, orang yang dapat
memahami berbagai pola pemikiran dapat diajak membicarakan puncak jalan
suci (tao). Maka yang belum dapat diajak berdiskusi sudah diajak berdiskusi itu
ceroboh, yang sudah dapat diajak berdiskusi tetapi tidak diajak berdiskusi
disebut melalaikan. Berbicara dengan orang tanpa memperhatikan wajahnya itu
disebut membutakan diri, maka orang bijak tidak mengabaikan orang, tidak
merahasiakan dan tidak membutakan diri, ia berbicara dengan hati-hati dan
memperhatikan pendengarannya. Kitab Sanjak tertulis: ”Tiada yang tidak sopan,
tiada yang sembrono, semuanya memperoleh berkah dari Tuhan,” begitu
aturannya.
6
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
www.gentanusantara.co.cc
email : gentanusantara@gmail.com
Seratus anak panah dilepaskan ada satu tidak mengenai sasaran, tidak
dapat disebut pemanah yang berhasil. Perjalanan seribu li kurang setengah
langkah tidak dapat disebut perjalanan yang berhasil. Tidak memahami
hubungan antar manusia, cinta kasih (jin) dan kebenaran (gi) tidak terpadu, tidak
dapat disebut pelajar yang berhasil. Orang yang belajar harus dapat memadukan
berbagai ilmu pengetahuan menjadi satu, yang diungkapkan terpadu, yang
diserap masuk terpadu. Orang-orang yang tidak dapat memadukan ilmu
pengetahuan seperti juga orang jalanan, kebaikannya sedikit keburukannya
banyak seperti juga Raja Jik, Raja Kiat, Raja Tiu dan Raja Chee. Orang
terpelajar harus sekuat tenaga dan sungguh-sungguh baru menjadi orang
terpelajar.
7
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim