Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan
gejaladan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibatinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit infeksi HIV dan
AIDShingga kini masih merupakan masalah global karena penderita penyakit ini dari
tahunke tahun makin meningkat dan sampai saat ini HIV AIDS belum ada vaksin
maupunobat untuk benar - benar dapat menyembuhkan penyakit ini.
Penyebab HIV AIDS sendiri disebabkan diantaranya yaitu selama melakukan
hubungan seks vaginal anal atau oral dengan pasangan yang terinfeksi yang darah, air
mani atau cairan vagina memasuki tubuh. kedua transfusi darah dalam beberapa kasus
virus dapat ditularkan melalui transfusi darah. ketiga yaitu berbagi jarum virus HIV dapat
ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Ke
empat dari ibu ke anak, ibu yang terinfeksi dapat menginfeksi bayi selama kehamilan
atau persalinan atau melalui menyusui.
Di Indonesia penderita HIV AIDS terus meningkat dan dampak yang
ditimbulkan dari HIV AIDS ini juga semakin memprihatinkan, karena sindrom ini telah
menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang sangat tinggi diantara usia produktif.
Masalah yang timbul juga sangat kompleks bukan saja di bidangkesehatan tetapi juga
ekonomi sosial dan lain - lain. Sebagaimana kita ketahui bahwa masalah mendasar yang
dihadapi orang dengan HIV AIDS (ODHA) bukan semata hanya penyakitnya tetapi juga
masih banyak masyarakat belum bisa menerima keberadaan ODHA. Stigma terhadap
ODHA masih cukup banyak ditambah lagi dengan sikap yang menghakimi menjauhkan
mengucilkan mendiskriminasi bahkan sampai perlakuan yang tidak hanya melanggar hak
asasi manusia tetapi juga kriminal. Untuk itu diperlukan upaya untuk mencegah stigma
dan diskriminasi tersebut melalui program penyuluhan dukungan perawatan dan
pengobatan yang melibatkan semua pihak yang terkait agar ODHA dapat berfungsi sosial
kembali.

1
B. Rumusan Masalah
1. Definisi HIV/AIDS
2. Etiologi HIV/AIDS
3. Patogenesis HIV/AIDS
4. Penularan HIV/AIDS
5. Prinsip penularan HIV/AIDS
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui Etiologi HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui Patogenesis HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui Penularan HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui Prinsip penularan HIV/AIDS

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi HIV (AIDS)

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu


menurunya kekebalan tubuh terhadap penyakit karena infeksi virus HIV (Human
Immunodeviciency Virus).

Dari keterangan tersebut jelas bahwa sebelum seseorang menderita AIDS dalam
tubuhnya, terlebih dahulu terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh. Akibat kerusakan kekebalan
tubuh tersebut tubuh penderita menjadi peka terhadap infeksi kuman yang dalam keadaan normal
sebenarnya tidak berbahaya. Infeksi kuman bentuk ini disebut infeksi oportunistik. Infeksi
oportunistik adalah infeksi yang timbul karena mikroba yang berasal dari luar tubuh maupun
dalm tubuh manusia, namun dalam keadaan normal terkendali oleh kekebalan tubuh.

HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti didalam darah,
Air Mani ( Cairan Sperma ) atau Cairan Vagina, dan Air Susu Ibu.

B. Etiologi HIV/AIDS
      Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang disebut Human Immunodeficiency
Virus   (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada
tahun 1983 dengan namaLymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di
Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan 
internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV. HIV terdiri dari 2 tipe yaitu
virus HIV-1 dan HIV-2. Keduanya merupakan virus RNA (Ribonucleic Acid) yang
termasuk retrovirus danlentivirus.
Karakteristik HIV:
a. Tidak dapat hidup di luar tubuh manusia
b. Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia
c. Kerusakan sistem kekebalan tubuh menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit
d. Semua orang dapat terinfeksi HIV

3
e. Orang dengan HIV + terlihat sehat dan merasa sehat
f. Orang dengan HIV + tidak tahu bahwa dirinya sudah terinfeksi HIV
g. Seorang pengidap HIV yang belum menunjukkan gejala dapat menularkan kepada orang lain.
Satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian infeksi HIV yaitu dengan tes darah.

C. Patogenesis HIV/AIDS
Perkembangan penyakit AIDS tergantung dari kemampuan virus HIV untuk
menghancurkan sistem imun pejamu dan ketidakmampuan sistem imun untuk menghancurkan
HIV. Penyakit HIV/AIDS dimulai dengan infeksi akut yang tidak dapat diatasi sempurna oleh
respons imun adaptif dan berlanjut menjadi infeksi jaringan limfoid perifer yang kronik dan
progresif. Perjalanan penyakit HIV dapat diikuti dengan memeriksa jumlah virus di plasma dan
jumlah sel CD4+ dalam darah.
       Setelah terjadi infeksi primer, sel dendrit di epitel akan  menangkap virus kemudian
bermigrasi ke kelenjar getah bening. Sel dendrit mengekspresikan protein yaitu CCR5 yang
berperan dalam pengikatan HIV, sehingga sel dendrit berperan besar dalam penyebaran HIV ke
jaringan limfoid. Di jaringan limfoid, sel dendrit dapat menularkan HIV  ke sel CD4+ melalui
kontak langsung antar sel. Dari jaringan limfoid, HIV masuk ke dalam aliran darah dan
kemudian menginfeksi organ-organ tubuh.
Beberapa hari setelah paparan pertama dengan HIV, replikasi virus dalam jumlah banyak
dapat dideteksi di kelenjar getah bening. Replikasi ini menyebabkan viremia disertai dengan
sindrom HIV akut (gejala dan tanda nonspesifik seperti infeksi virus lainnya). Setelah  terjadi
penyebaran infeksi HIV, terbentuk respons imun adaptif  baik humoral maupun selular terhadap
antigen virus. Respons imun ini dapat mengontrol sebagian dari infeksi dan produksi virus yang
menyebabkan berkurangnya viremia dalam 12 minggu setelah paparan pertama.
Setelah terjadi  infeksi akut dilanjutkan dengan fase kedua dimana kelenjar getah bening
dan limpa menjadi tempat replikasi HIV dan destruksi sel. Pada tahap ini, sistem imun masih
kompeten  mengatasi infeksi mikroba oportunistik dan belum  muncul manifestasi klinis infeksi
HIV, sehingga fase ini disebut juga masa laten klinis (clinical latency period). Pada fase ini
jumlah virus rendah dan sebagian besar sel tidak mengandung HIV. Kendati demikian,
penghancuran sel CD4+ dalam jaringan limfoid terus berlangsung dan jumlah sel CD4+ yang
bersirkulasi semakin berkurang. Pada awal penyakit, tubuh dapat menggantikan sel CD4+  yang

4
hancur dengan yang baru. Namun setelah beberapa tahun siklus infeksi virus, kematian sel  dan
infeksi baru berjalan  terus sehingga akhirnya menyebabkan penurunan jumlah sel CD4+ di
jaringan limfoid dan sirkulasi.
Pada fase kronik progresif, pasien rentan terhadap infeksi lain dan r espons imun terhadap infeksi
tersebut akan menstimulasi produksi HIV dan destruksi jaringan limfoid. Penyakit HIV berjalan
terus ke fase akhir dan letal yang disebut AIDS dimana terjadi destruksi seluruh jaringan limfoid
perifer, jumlah sel CD4+ dalam darah kurang dari 200 sel/mm3, dan viremia HIV meningkat
drastis. Pasien AIDS menderita infeksi oportunistik, neoplasma, kaheksia (HIV wasting
syndrome), gagal ginjal dan degenerasi susunan saraf pusat. Gambaran jumlah CD+ dalam
perjalanan infeksi HIV sampai tahap AIDS dapat dilihat pada gambar.
Virus HIV yang menginfeksi seseorang dapat menimbulkan gejala klinis berbeda-beda.
Lesi-lesi yang muncul sesuai dengan tahap infeksi, mulai dari akut sampai dengan gambaran
AIDS yang sempurna(full-blown AIDS). Kecepatan perkembangan penyakit bervariasi antar
individu, berkisar antara 6 bulan hingga lebih 20 tahun. Waktu yang diperlukan untuk
berkembang menjadi AIDS adalah sekitar 10 tahun. Perjalanan  infeksi HIV dapat dilihat pada
gambar.

D. Penularan HIV

HIV hanya menular lewat cairan tubuh, Penularan itu bisa terjadi melalui:

5
1) Hubungan seks dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan
yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom)

2) Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV

3) Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang
terinfeksi HIV

4) Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya

HIV tidak menular melalui : gigitan nyamuk, ciuman, bersalaman, berpelukan, tinggal satu
rumah.

E. Prinsip penularan HIV

Dalam penularan infeksi HIV dikenal ada istilah yang disebut dengan ESSE yaitu prinsip
dimana dimungkinkan untuk terjadi penularan HIV dari satu manusia ke manusia lainnya. ESSE
ini adalah kepanjangan dari Exit, Survive, Sufficient dan Enter. Dalam bahasa indonesia bisa
diartikan: Jalan keluar virus, Virus yang hidup, Kandungan VIrus yang cukup untuk
menginkubasi serta adanya jalur masuk virus ke tubuh seseorang. HIV hanya bisa menular jika
empat prinsip ini dipenuhi semua dan tidak bisa menular jika hanya salah satu atau sebagian
prinsip terpenuhi.

E = Exit ini maksudnya ada jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung HIV yang ada
dalam tubuh seseorang keluar tubuh. Hal semacam ini misalnya jika terjadi luka atau keluarnya
cairan tubuh yang mengandung HIV seperti ketika seseorang melakukan hubungan seksual. Bagi
penularan melalui jarum suntik bisa diartikan karena ada darah yang tersisa di dalam jarum bekas
dan kemudian masuk kedalam tubuh seseorang.

S = Survive ini maksudnya dari cairan tubuh yang keluar ini harus mengandung virus yang tetap
bertahan hidup. HIV bila berada di luar tubuh inangnya (manusia) dia tidak akan bertahan hidup
lama. Ini misalnya ketika cairan tubuh keluar di saat berenang atau berada dalam udara bebas
lainnya. Prinsip Survive ini juga tidak terpenuhi bila diberitakan HIV dimasukkan dalam
minuman soda atau makanan sebab asam lambung yang pekat akan membuat HIV ini tidak
bertahan hidup.

6
S = Sufficient ini maksudnya kandungan HIV dalam cairan tubuh yang keluar dari orang yang
terifeksi HIV harus ada dalam kandungan yang cukup. Jika jumlahnya sedikit, HIV tidak akan
bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya. Ini mengapa cairan keringan dan saliva (ludah) tidak
bisa menularkan HIV.

E = Enter Adanya jalur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV. Ini mengapa penggunaan kondom serta pelicin kemudian penting
sebab akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika terjadi kontak hubungan seksual.

Program pemerintah untuk memberantas HIV/AIDS yaitu : 3 zeroes

a. Zero new infection


b. Zero death
c. Zero stigma

7
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif M. 2000. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)Edisi


III. Jakarta: Kapita Selekta Kedokteran.
Lan, Virginia M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit -Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Edisi
III. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai