Anda di halaman 1dari 9

HALAMAN 1 Mata Kuliah : KMB 1 Nama : Shelly Intania Haryanto Tingkat/Semester : 1 Ners B Tempat Praktik : Poli Bedah

Disetujui
JUDUL Clinical Instructure Clinical Teacher
LAPORAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PENDAHULUAN _____________________ Sri Mulyanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep
DENGAN POST OP OREF FRAKTUR TIBIA
NIP. NIP. 1974010119980302001
.
KONSEP PENYAKIT (Pengertian dan Manifestasi Klinik)
A. Fraktur Tibia
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh
darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien ( Black dan Hawks, 2014).
Fraktur tibial merupakan fraktur yang cukup sering dijumpai dibidang orthopaedi. Kurang lebih 1,3 % dari semua jenis fraktur, paling banyak dijumpai pada laki-
laki dibanding wanita. Kekuatan, tipe dan arah kekuatan gaya yang menciderai lutut menentukan jenis atau pola fraktur tibial. Makin besar energi yan g diabsorbsi
oleh proximal tibia semakin parah jenis frakturnya dalam hal ini derajat displaced dan comminutif-nya. Fraktur seringkali terjadi akibat kecelakan kendaraan
bermotor, terjatuh, kekerasan, dan akibat trauma benda tumpul lainnya. (Wei chen, hong et al., 2015).

B. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya fraktur menurut Black dan Hawks (2014):
1. Deformitas yaitu pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan
tungkai, deformitas rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki deformitas yang nyata.
2. Pembengkakan Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
3. Memar Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme otot Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
5. Nyeri Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing
klien. Nyeri biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera
pada struktur sekitarnya.
6. Ketegangan Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
7. Kehilangan fungsi Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena hilangnya fungsi pengungkit lenga n pada tungkai yang
terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
8. Gerakan abnormal dan krepitasi Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur.
9. Perubahan neurovaskular Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa
kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
10. Syok Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau tersembunyi dapat menyebabkan syok.
HALAMAN 2
CLINICAL PATHWAY

Ansietas

Sumber Referensi: Hoppenfeld, Stanley.2011


HALAMAN 3

Model Konsep Askep: GORDON, 1987


EVALUASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN (TUJUAN dan KRITERIA
HASIL)
Subjectif: D.0074 I.08238 L.08066
1. Mengeluh tidak nyaman Gangguan rasa nyaman Manajemen nyeri Tujuan:
2. Sakala nyeri 1-3 berhubungan dengan efek Observasi: Setelah dilakukan tindakan
3. Mengeluh tidak mampu samping terapi (medikasi)  Identifikasi nyeri keperawatan 1x24 jam, tingkat
relaks dibuktikan dengan tampak tidak  Identifikasi skala nyeri nyeri berkurang.
Objective: nyaman, gelisah dan  Identifikasi respon nyeri non verbal Kriteria hasil:
1. Tampak gelisah menunjukkan gejala distress  Monitor keberhasilan terapi komplementer 1. Keluhan nyeri berkurang
2. Bersikap protektif  Monitor efek samping analgetik 2. Tidak meringis
3. Sulit tidur Terapeutik: 3. Tidak bersikap protektif
4. Nafsu makan menurun  Berikan teknik nonfarmakologis untuk 4. Tidak gelisah
5. Tampak meringis mengurangi nyeri 5. Tidak kesulitan tidur
 Control lingkungan 6. TTV dalam batas normal
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
 Jelaskan penyebab, pemicu dan penyebab
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mendiri
 Ajarkan teknik non farmakologi
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian analgetik
Subjective: D.0054 I.05173 L.05042
1. Mengeluh sulit Gangguan mobilitas fisik Dukungan Mobilisasi Tujuan:
menggerakkan ektremitas berhubungan dengan kerusakan Observasi: Setelah dilakukan tidakan
2. Mengeluh nyeri saat integritas struktur tulang  Identifikasi adanya nyeri keperawatan 1x24 jam,
bergerak dibuktikan dengan kekuatan otot  Identifikasi toleransi fisik melakukan mobilitas fisik meningkat.
3. Mengatakan enggan menurun, sendi kaku, gerakan pergerakan Kriteria hasil:
melakukan pergerakan tidak terkoordinasi, gerakan Terapeutik: 1. Pergerakan ektermitas
Objective: terbatas dan fisik lemah.  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat meningkat
1. Kekuatan otot menurun bantu 2. Kekuatan otot meningkat
2. Sendi kaku  Fasilitasi melakukan pergerakan 3. Rentang gerak meningkat
3. Gerakan tidak terkoordinasi  Libatkan keluarga
4. Gerakan terbatas Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan mobilisasi dini
 Anjurkan mobilisasi sederhana
Subjective: D.0129 I.14564 L.14125
(tidak ada) Gangguan integritas kulit Perawatan Luka Tujuan:
Objective: berhubungan dengan factor Observasi: Setelah dilakukan tidakan
1. Kerusakan jaringan/lapisan mekanis (prosedur operatif)  Monitor karakteristik luka keperawatan 2x24 jam,
kulit dibuktikan dengan kerusakan  Monitor tanda-tanda infeksi integritas kulit meningkat
2. Nyeri jaringan, nyeri, perdarahan, Terapeutik: Kriteria hasil:
3. Perdarahan kemerahan dan hemtoma.  Lepaskan balutan secara perlahan 1. Kerusakan jaringan menurun
4. Kemerahan  Bersihkan dengan cairan NaCl 2. Kerusakan lapirasan kulit
5. Hematoma  Bersihkan jaringan nekrotik menurun
 Pasang salep yang sesuai 3. Nyeri menurun
 Pasang balutan sesuai luka 4. Perdarahan menurun
 Pertahankan teknik steril 5. Kemerahan menurun
 Ganti balutan sesuai eksudat dan drainase
 Berikan diet TKTP
 Berikan suplemen
Edukasi:
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi TKTP
 Anjurkan prosedur perawatan luka secara
mendiri
Klaborasi:
 Kolaborasi prosedr debridment
 Kolaborasi pemberian antibiotik
Subjective: D.0142 I.14539 L.14137
1. Pasien mengatakan Risiko infeksi dibuktikan dengan Pencegahan infeksi Tujuan:
memiliki luka terbuka efek prosedur invasive, Observasi: Setelah dilakukan tidakan
Objective: malnutrisi, peningkatan paparan  monitor tanda dan gejala infeksi local dan keperawatan 2x24 jam, risiko
1. Dilakukan tindakan invasif organisme pathogen sistemik infeksi menurun.
2. terdapat atau tidak tanda lingkungan, ketidak adekuatan Terapeutik: Kriteria hasil:
peradangan pertahanan tubuh primer dan  batasi jumlah pengunjung 1. Tidak ada tanda-tanda
ketidak adekuatan pertahanan  berikan perawatan luka pada area luka infeksi (rubor, kalor, dolor,
tubuh sekunder.  cuci tangan sebelum dans esudah kontak dan fungsiolesa).
dengan pasien dan lingkungannya 2. TTV dalam batas normal
 pertahankan teknik aseptic
Edukasi:
 jelaskan tanda dan gejala infeksi
 ajarkan cara memcuci tangan dengan
benar
 ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
 ajarkan cara perawatan luka
 anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
cairan
Kolaborasi:
 kolaborasi pemberian imunisasi

Subjective: D.0080 I.09314 L.09093


1. Pasien merasa khawatir Ansietas berhubungan dengan Reduksi Ansietas Tujuan:
dengan kondisi yang kekhawatiran mengalami Observasi: Setelah dilakukan tidakan
dialami kegagalan dibuktikan dengan  Monitor tanda-tanda ansietas keperawatan 1x24 jamtingkat
2. Pasien merasa tidak gelisah, tegang, merasa Terapeutik: ansietas menurun
berdaya bingung, TTV meningkat,  Ciptakan suasana trapeutik Kriteria hasil:
Objective: tremor, pucat dan suara  Dengarkan keluhan pasien 1. Verbalisasi kebingungan
1. Pasine tampak gelisah bergetar.  Beri motivasi menurun
2. Pasine tampak tegang  Diskusi perencanaan realistis tindakan 2. Verbalisasi kekhawatiran
3. RR meningkat yang akan dilakukan menurun
4. ND meningkat Edukasi: 3. Perilaku gelisah menurun
5. TD meningkat  Jelaskan prosedur tindakan 4. Perilaku tegang menurn
6. Muka tampak pucat  Anjurkan keluarga bersama pasien 5. Konsentrasi meningkat
6. Pola tidur baik
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
 Latihan kegiatan pengalihan (teknik
relaksasi)
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas
(k/p)
Sumber Pustaka:

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria.
Hoppenfeld, Stanley.2011.Terapi & Rehabilitasi Fraktur (Treatment & Rehabilitation of Fractures).Jakarta:EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Wei chen, hong et all, Posterior tibial plateau fracture: a new treatment-oriented classification and surgical management, www.ijcem.com/ISSN; 1940-
5901/IJCEM0003239/ Int J Clin Exp Med 2015;8(1):472-479 Published January 30, 2015.
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN FRAKTUR TIBIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh:
SHELLY INTANIA HARYANTO
P27220020329

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021

Anda mungkin juga menyukai